Chapter 16 (end ✓)

243 24 13
                                    

"Kakak! Jangan mencampuri urusanku!"
.
.
.
Akeno menatap sengit pada kakak perempuannya.

"Akeno, sudah ku bilang jangan melukai org sembarangan!"

"Tau apa kakak tentang penyebab kematian mu sendiri! Kakak tidak tau kan bahwa semua bocah ini adalah keturunannya!"

"Aku tau! Tapi mereka tidak tau apa yg terjadi di masa lalu! Sudahlah Akeno lebih baik kau menyerah daripada melukai org tak berdosa!"

Akeno tertawa untuk sementara, kemudian mulai memanggil seluruh pasukannya untuk muncul di hadapan seluruh org yg hadir. "Kau bilang menyerah? Ahahahaha dendam ku belum terbalaskan, mengapa aku harus menyerah? Masih banyak nyawa yg belum ku habisi" ia mengarahkan kelima pisaunya kepada Akasuki, dengan cepat Akasuki menghindari pisau itu.

Akasuki kemudian menatapnya dingin "Sekarang kau tidak sopan"

"Cih! Aku tidak peduli, dendam ku belum terbalas"

"Hah... Sudah ku bilang dulu, jangan bolos pelajaran, jika kau tidak bolos pasti kau tau apakah balas dendam itu baik atau tidak" kini Akasuki mulai memasang ancang² untuk menyerang.

Ia kemudian mengarahkan senjatanya yg berupa pedang besar kepada Akeno, ia menyerangnya dengan gerakan yg sangat lincah dan gesit, seperti pedang itu tidak terasa berat sama sekali.

'Ku kira cupu, ternyata suhu'- Semuanya.

Akeno kemudian terkena pedang sang kakak, dan sempat jatuh, kemudian Ichiro menawarkan diri untuk membantunya bangkit tetapi Akeno menolak "Aku bisa sendiri" setelah bangkit ia menatap pada kakaknya sambil tersenyum "Ternyata teknik pedang mu masih sama ya? Masih sama mengesankan seperti dulu, bahkan ayah dan ibu sampai sangat menyayangi mu dari pada aku"

"Apa mata mu buta? Mata ku saja yg sudah hilang bisa membedakan mana kasih sayang dari mereka, aku tidak pernah merasakannya, kau lah yg merasakan semua itu"

"Selama ini kau yg merasakannya, kau bahkan tidak tau rasanya di asingkan, kau bisa minum teh, kau bisa tidur, tidak perlu bekerja, dan pengawal ada banyak di kastil"

"Tapi aku berbeda dengan mu, aku tidak bisa minum teh, aku tidak bisa tidur karena tidak ada alas tidur sama sekali, aku perlu bekerja untuk menghidupi diri ku sendiri, bahkan aku berjaga-jaga sendiri jika ada org yg mengancam. Aku seperti itu karena tuduhan yg kau lantaran waktu itu kepada diri ku"

"Walau begitu aku tidak benci pada mu"

Keduanya mulai berhenti saling menyerang, dan menatap satu sama lain. Akeno menatap wanita di seberangnya dengan tatapan bertanya, sedangkan Akasuki menatapnya dengan lurus dan tenang.

"Kau tau? Sejahat-jahatnya org yg melukai diri ku, aku tidak akan pernah menyimpan dendam yg begitu berlebihan seperti mu, itu semua hanya akan membuang waktu mu Akeno. Lebih baik kita semua yg berada di sini turu di tanah"

TN: Tidur di tanah

"Mangsut lokh! Lokh nyuruh kita yg idup juga turu!" Draken menunjuk-nunjuk Akasuki dengan marah, org² di sekitar pun langsung menahan draken supaya masalah tidak bertambah lagi.

Akasuki menatap ke arah suara draken, dan bertanya dengan berteriak pada Chifuyu "Chipuy! Ada apa dengan yg botak itu?! Apakah aku salah bicara?!"

"Ah dia tidak apa²! Kau fokus saja perang dunia dengan adek mu!"

Akeno menatap ke arah org² yg saling berbicara. Ia dengan tiba² meninju kakaknya hingga terpental sekitar beberapa kaki.

"Bangs*d kau Akeno, dasar adik durhaka, Akan ku kutuk kau menjadi eeee babi!"

"Kakak tolong, jika kau ingin mengutuk ku, minimal beri kutukan yg sedikit elit, apakah wajah ku semirip itu dengan babi?"

"Menurut ku kau memang mirip" jawab Akasuki tersenyum lucknut pada adik tercintah nya.

Horror Castle //Tokrev (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang