Chapter 11

157 19 1
                                    

Memutari setiap ruangan bersembunyi hingga akhirnya ia kembali ke lantai 4, makhluk itu tidak hentinya mengejar, bahkan lebih parahnya membawa pisau, izana masih setia berlari sampai ia terpojok di suatu ruangan dan merasa aman.

࿖  ࿖ ࿖


Ia menyandarkan punggungnya ke pagar penjara, ya ia kembali ke penjara tempat sebelumnya ia bersembunyi.

Hari ini sungguh sangat lelah bahkan sore hari telah tiba, sebentar lagi akan malam, sudah akan terhitung 3 hari mereka tersesat dalam hutan keramat itu, izana tidak peduli berapa hari yg ia habiskan dalam hutan tersebut, ia sudah sangat lelah dan tidak lagi sanggup untuk berlari, perutnya sudah sangat nyeri, kakinya pegal dan badannya sangat lelah, ia ingin istirahat, dan berhenti berlari.

Tiba² bau anyir keluar dari lehernya, ia memegang lehernya dan terdapat noda merah di tangannya, kepalanya berputar, sangat berat dan pandangannya hampir tidak stabil, ia bangkit dan menahan kepalanya yg sangat berat, hampir tidak bisa menopangnya.

Sesosok anak kecil tadi masih setia bersamanya ke mana saja bahkan sampai sekarang, gadis mungil itu mendekatinya dan terlihat tangannya kosong, tetapi kuku² di jarinya kian memanjang dan mengeluarkan banyak darah.

"Kau pikir kau bisa lari keturunan musuh? Haha bodoh, leluhur mu telah memenjarakan tuan ku, bahkan sampai tuan ku kehilangan nyawa" "Untuk itu kau harus membayarnya, banyak nyawa yg telah leluhur mu bantai" "Tanpa merasa bersalah malah pergi begitu saja cih!"

Ia menyerang izana dengan kukunya, izana yg hampir tak sadarkan diri hampir tak bisa menghindar.

Pertarungan terjadi sudah sekitar 2 jam, stamina izana sudah hampir habis, kulitnya mati rasa,dan mulai dingin, serta bibirnya yg tadinya berwarna merah cantik, kini telah berubah menjadi sedikit memucat.

Merasa agak aman karena hantu tadi telah pergi ia menarik nafas dalam² dan sebuah benda keras tiba² menghantam kepalanya.

"....kepar*t lu....." ucapnya lirih, akhirnya ia ambruk ke lantai kayu kastil, kepalanya telah bersimbah darah, pandangannya sudah sangat kabur dan hampir tidak melihat apa². "Udah batas gw ya? Ahahahaha ka.... Kakucho dan semuanya, gw....." "... Pamit dulu" ucapnya seraya tersenyum sambil meneteskan air mata, ia lega, ia sudah tenang, ia sudah keluar dari hutan tersebut ahaha sungguh sangat bebas.

"Ah sudah mati, aku harus melapor ke tuan ku"

Meninggalkan peristiwa tadi kini rindou dan mitsuya tengah panik mencari izana.

"Kak mitsu kok ninggalin izana sih?! Kan kabur jadinya tu anak, mana sekarat lagi dia!" rindou menatap sebal ke arah mitsuya. "Gw nyariin elu, elu kan di tangkep ama setan tadi, ya kali nungguin elu mati dulu, yg ada gw bakal di maki ama ran, terus di iket di ranjang seumur hidup" "G kasian entar gw g bisa berdiri?" "engga" jawab rindou.

"Ah udah lupain, skrg kita cari izana!" rindou menarik tangan mitsuya, dan menuju ke lantai atas, mereka segera ke tempat penjara yg mereka sangat tertarik karena ada bau anyir yg berasal dari sana.

Memasukinya ada seorang lelaki tinggi yg tengah menggendong kekasihnya.

Eh apa itu kakucho? Eh iy itu kakucho! Dan siapa yg di gendongnya?

"Oh mitsuya, rindou? Tadi kok pas ada sinyal kalian gk kasih tau gw ya kalo kak izana udah kesakitan nahan luka di perut?" "Kalian lupa ya? Ahaha gpp kok tenang aja kak izana udah tidur, udah gk sakit ya kan kak?"

Hah apa maksudnya? Luka milik izana sudah sembuh secepat itu? Bagaimana bisa? Dan tidur? Kenapa dia tidur? Siapa org yg di gendong oleh kakucho?

"Kakucho siapa yg lu gendong?" tanya rindou kepada kakucho, semakin mendekat rindou semakin ia melihat sosok kakucho yg sudah tak bersemangat tengah menggendong izana yg telah bersimbah darah.

Matanya terbelak tak percaya dengan apa yg ia lihat, rambut seputih salju milik izana kini telah bercampur warna merah darah, lehernya memiliki bekas luka tusuk yg sangat mengerikan, luka di perutnya yg di perban belum sembuh, juga masih basah dan wajahnya yg sudah sangat pucat.

Mitsuya yg penasaran pun mendekati mereka, dan ia juga sama kagetnya.

"Ba-bagaimana bisa?" ucap lirih mitsuya memandangi tubuh tak bernyawa milik izana. "Ya, kak izana udah gk kesakitan lagi dia cuma tidur, lukanya udah sembuh" kakucho memandang kosong wajah izana yg sangat tenang, menganggap bahwa kak izananya hanya tertidur untuk sementara.

Rindou memandang sedih wajah kakucho. "Kakucho maafin gw, gw gk bisa jaga izana hiks gw salah hiks gw, gw minta maaf ke elu" kakucho tidak menjawab sesaat, kemudian kakucho tersenyum. "Bukan salah elu, elu udah ngelakuin yg terbaik sampe lu berani nyobek baju elu cuma buat balut lukanya" "Makasih udah jaga kak izana untuk sementara"

Hening menyelimuti ruangan tersebut, kakucho berjalan ke arah pintu keluar sambil membawa tubuh izana, mitsuya berkata pelan dan lemah lembut tetapi masih bisa si dengar. "Kakucho lebih baik kita tinggalin tubuhnya izana, takutnya.... Takutnya kalo di bawa entar tubuhnya udah rusak kalo kita bawa pulang" kakucho melirik mitsuya, dan kemudian menaruh kembali tubuh izana ke lantai.

Ia sebenarnya tak tega meninggalkan tubuh izana yg sudah dingin di kastil tersebut sendirian, ia hanya bisa menurut terhadap mitsuya, mau bagaimanapun mitsuya adalah org terpercaya yg ada dalam rombongan anak kost, ia harus menurut apa perkataanya, karena ia menganggap mitsuya seperti kakak kandungannya sendiri.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~∆~~~~~~~~~∆~~~~~~~∆~~~~~~~~

"Tuan ku, telah ada satu org yg terbunuh dalam rombongan, tersisa 2 org lagi yg harus kita bunuh, kita harus lanjut?" tanya gadis tadi.

"Mn lanjutkan tugas kalian"

"Baik tuan ku, akan ku laksanakan perintah mu, terimakasih telah membangkitkan ku lagi" kata gadis mungil itu sambil tersenyum lebar ke arah tuannya sang pemilik kastil.

"Mn" jawab sang pemilik kastil.

Setelah kepergian bocah tadi, ia menatap jendela yg tepat berada di sampingnya, mengingat masa lalunya yg kelam, dan beberapa peristiwa yg membuatnya trauma, apa lagi tempat terakhir ia menghembuskan nafas masih teringat jelas dalam benaknya, walau telah berlalu berabad-abad yg lalu ia tetap tidak bisa menerimanya, semua keturunan org yg membunuhnya belum cukup, bahkan rakyat desanya masih lebih banyak dari pada org² yg di bunuhnya.

"Bajing*n kau penjajah tak ber otak!"

"Brengs*k!"

"Aku tau kau telah mati, tapi.... Tapi itu tidak cukup! Telah banyak nyawa yg kau habisi! Rakyat desa ku banyak yg kehilangan nyawa karena ulah mu!"

"Bahkan ichiro mati di bunuh oleh mu! Apa salahnya?! Apa salah ku?! Apa salah rakyat desa ku?!"

"Hah bajing*n!"
.
.
.
.
TBC
Mwehehehe udah prens sekian Terima gaji, bye² udah ngantuk gw.
Sepertinya chapter depan bakal mengungkap rahasia kastil ini, dan mengungkap siapa pemilik kastil ini jadi kalo agak bosen ya maap.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Horror Castle //Tokrev (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang