III

680 75 6
                                    

"Hm..perasaan gw doang apa emang ada yang bikin gw gak tenang?"




Sang Surya sepertinya sedang marah, terasa sinarnya seperti sedang memanggang ribuan makhluk hidup di bumi. Teman-temannya pun sepertinya tidak mau menampakkan diri, saking panasnya mungkin.

Sekarang ia menyesal menerima ajakan sang adik yang meminta untuk menemuinya di Bars. Lain kali, ingatkan Seonghwa jika adiknya itu sama menyebalkannya dengan dirinya.

Ponselnya sudah berdering beberapa kali. Tapi ia biarkan saja, karena ia tahu siapa penelponnya, sudah pasti sang adik.

Kepalanya rasa-rasa ingin meledak merasakan ini semua. Ditambah sekarang jalanan sedang macet. Ya, karena jalur yang dilewatinya dekat dengan SMA dan universitas.

Minho sudah ingin menabrak seluruh mobil-mobil di depannya. Karena, demi pipi moci kekasihnya yang gembil, aura dari Seonghwa benar-benar menyeramkan.

Setelah beberapa menit, lalu lintas kembali berjalan normal. Aura milik Seonghwa sudah agak tidak mencekam tadi, meskipun agak ada aura tidak mengenakkan.

Seonghwa menatap datar para siswa-siswi dan mahasiswa yang berlalu lalang di trotoar. Hingga mobilnya berhenti, mata Seonghwa menatap Minho tajam.

Mengerti maksud sang tuan, Minho menelan ludahnya untuk membasahi tenggorokannya. "Maaf tuan. Di depan ada perbaikan jalan, jadi memang agak lama."

Dihembuskannya nafas dengan kasar. Hari ini menjadi hari yang paling menjengkelkan, dari ayahnya datang ke perusahaannya, adiknya memintanya untuk bertemu, sekarang macet.

Hingga, matanya menatap pada segerombol orang yang mengantri sosis bakar. Tapi, fokusnya pada satu orang yang sedang memakan sosis bakar di samping segerombolan mahasiswi yang berbincang-bincang.

Minho yang merasakan atmosfer di sekitarnya sudah mulai membaik pun diam-diam melirik bosnya yang sedang fokus pada jalanan.

Untung sedang macet, ia bisa mengikuti arah pandang Seonghwa. Minho menangkap satu orang pemuda, dan ia mengunci rupa pemuda itu. Dan kembali menjalankan mobil.

Di sepanjang perjalanan, Seonghwa hanya diam dan melamun. Semoga saja tidak kesambet bosnya itu.

Mereka akhirnya tiba di bangunan tua yang sudah terbengkalai. Seonghwa membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.

Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah adiknya sedang duduk di sebuah meja dengan memegang cambuk. Dan ada beberapa orang yang diikat olehnya.

Seonghwa tanpa banyak bicara pun memerintahkan Minho untuk memasukkan mereka ke dalam jeruji besi sebelum ia eksekusi.

"Singkat saja, musuhmu. Ingat dengan seseorang yang menyusup di perusahan mu? Mereka semua adalah anak buahnya. Kebetulan aku mengetahui info ini dari anggotaku," lapor Jiwon pada sang kakak.

Memang biasa Jiwon membawa musuh-musuh kakaknya untuk dibawa ke Bars milik kakaknya itu. Karena prinsipnya adalah, musuh Seonghwa adalah musuhnya, begitupun sebaliknya.

Jadi, mereka sering sekali membantu sama lain.

"Jadi, karena aku membantumu menangkap mereka jadi~"

Seonghwa memutar bola matanya malas, adiknya ini jika sudah membantunya pasti meminta hal-hal lain sebagai imbalan.

"Baiklah-baiklah, senjata yang kau inginkan bulan lalu akan ku kirimkan besok ke kantormu." Pada akhirnya Seonghwa akan mengiyakan permintaan adiknya.

Ia dan adiknya sering mendapatkan hal-hal yang mereka inginkan. Itulah sebabnya saat apa yang mereka inginkan tidak terpenuhi, maka siap-siap saja kau menjadi bidik emosi mereka.

You Don't Know Me || SeongJoongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang