dari awal pacaran bahkan dari awal jaman pdkt, jidan selalu mengingatkan kalau belajar jangan dipaksa semakin dipaksa akan susah pahamnya dan jangan lupa jaga kesehatan.
namun, havian tetaplah havian si keras kepala dan selalu ingin mendapatkan nilai sempurna itu akan tetap tekun belajar walau kepalanya sudah sakit bukan main.
beberapa menit yang lalu, jidan berada di kamar havian. niatnya ingin mengajak havian keluar, menghirup udara segar, mengingat ujian sudah di depan mata dan jidan tau bagaimana kerasnya havian dalam belajar.
tetapi niatnya itu ia urungkan ketika melihat havian yang masih membuka lembaran-lembaran kertas yang jidan pikir itu membosankan. alhasil jidan hanya rebahan, menatap kekasihnya itu dari tempat tidurnya.
"sayang?"
jidan hanya mendengar erangan kecil sebagai respon panggilannya, ia menghela nafas kecil. ia pun bangun dan menghampiri meja belajar havian.
lembar demi lembar buku sudah havian baca sampai matanya terasa sakit dan pedih. kacamata yang ia pakai sedikit diturunkan, niatnya mengucek matanya namun udah lebih dicegah.
kepala havian mendongak dan mendapati jidan yang entah sejak kapan berdiri di belakang havian.
ah, havian lupa kalo jidan ada di kamarnya.
"jangan dikucek, nanti sakit."
"kenapa?"
"mau keluar?"
mata havian menyipit tidak suka, "kamu nggak lihat aku lagi ngapain? kamu belajar juga sana daripada nggak ngapa ngapain!" jawabnya dengan ketus.
jidan sendiri agak terkejut ketika mendengar penuturan havian, menurutnya agak menyakitkan sedikit tapi ia mencoba paham bagaimana pusingnya belajar, karena jidan tau belajar tidak semudah itu.
jidan hanya tersenyum tipis kemudian mengusap rambut havian pelan, "cuman mau ajak kamu cari udara." namun havian menepis tangan jidan.
"gak! aku lagi pusin—"
"havian! hidung!" dengan cepat jidan bergerak mencari tisu atau kain yang bisa mengusap darah yang keluar dari hidung havian.
pikirannya kalut sampai jidan mengambil jaketnya dan mengusapkan pada hidung havian, membantu havian membersihkan darahnya.
"istirahat dulu oke? jangan dipaksain, jangan gini, nggak sehat sayang..."
jidan menatap cemas havian yang tengah membersihkan darahnya.
"ini ngga seberapa kok, aku udah biasa... gausah lebay deh."
ngga seberapa? udah biasa?
jidan tertegun... sebenarnya apa yang havian ingin raih? dan berapa kali havian mimisan seperti ini?
"ga seberapa? kamu gila ya? ini artinya kamu capek, badan kamu perlu istirahat! ngerti nggak sih kamu? jangan paksain diri kamu sendiri."
"apasih? kenapa kamu marah-marah? aku cuman mau belajar biar nilai aku naik lagi! apa yang salah?"
jidan mengepalkan tangannya kuat-kuat, menahan emosinya yang saat ini udah ada di puncak kepalanya.
"istirahat ya? istirahat enak tau, cuman tidur gitu kok, belajar masih bisa dilanjutin nanti lagi."
havian menoleh dengan tatapan tajam.
"mending kamu pulang deh, kamu ganggu disini."
setelah melontarkan kalimat itu, jidan tertawa renyah entah mengejek dirinya atau untuk menutupi hatinya yang tengah berdenyut sakit saat ini.
"aku disini cuman mau ngebantuin kamu?"
"apanya yang mau kamu bantu sih?! ngga ada, kamu bantuin aku mecah mecahin soal itu juga nggak. jadi kamu ngebantuin di sebelah mana????"
"aku mau belajar dan kamu ganggu aku tiap belajar, paham gak sih kamu? jadi kasih aku waktu sendirian buat belajar bisa? kamu juga urus bela—"
"iya. stop."
kali ini havian yang terdiam.
jidan terlihat sangat menyeramkan, sorot matanya yang tajam itu seperti menusuk kepala havian. dan jujur saja ini kali pertama havian melihat jidan seperti ini selama satu tahun menjalin hubungan. havian takut.
"oke, aku nggak bakal ganggu kamu. aku nggak bakal ngeluangin waktu aku buat kamu lagi. jadi kamu ga bakal terganggu sama aku lagi, oke?"
bukan. bukan ini yang havian maksud.
"ji—"
"udah ya? aku pulang dulu kalau gitu, jangan sia-siain waktunya. semoga ujian kamu lancar."
setelah itu jidan keluar dari kamar havian, menutup pintu kamar dengan pelan yang membuat si empunya menjadi terdiam kaku.
havian masih berdiri di tempat, bengong. kepalanya semakin sakit memikirkan ucapan jidan sebelumnya, hubungannya udah selesai atau bagaimana? air matanya akhirnya lolos. havian sadar sudah keterlaluan, pikirannya baru jernih dari kejadian barusan.
ia terlalu keras dan kasar kepada jidan dan sekarang havian tidak tau harus bagaimana. kamarnya terasa hampa, dingin karena keegoisannya dan keras kepalanya itu.
suara isakan tangis memenuhi ruangan, havian menangis keras dengan kondisi yang berantakan.
◆♠︎◆♠︎◆
halo.... pacarannya berantem dulu ya :'D
semoga kalian nggak bosen bacanya hehe
enjoy!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
cosmos [hoonsuk]
Fanfiction"jidan! kamu nih bisa ga sih jangan banyak tingkah mulu? aku marah." "sini cium." "ck, sini pipinya!" warn! bxb ©oieneyskis, 2021.