hari-hari ujian sudah dilewati havian dengan cukup baik walau terkadang ia tidak fokus karena memikirkan kekasihnya. oh iya, kekasih, entahlah havian saat ini bingung apakah ia dan jidan masih menjalin hubungan atau tidak, mengingat beberapa hari yang lalu jidan berkata tidak akan muncul mengganggu havian lagi.
dan benar, jidan tidak pernah muncul dihadapan havian, tidak ada notifikasi pesan yang berisik, sleep call lagi, apapun tentang jidan dalam sekejap lenyap.
maka dari itu, disini lah havian yang berdiri di depan bangunan rumah yang tinggi— lebih tepatnya kost jidan. havian ingin memastikan hubungannya walaupun nanti hasilnya buruk , itu gapapa yang penting hubungan keduanya jelas. langkah kaki havian mulai melewati tiap kamar kost sampai akhirnya ia berdiri di depan kamar jidan. tangannya terulur dengan ragu untuk mengetuk pintu kamar di depannya.
mata havian membelalak kaget ketika sang empu kamar keluar dengan keadaan yang berantakan, mata menyipit, rambut acak-acak khas orang yang baru bangun tidur. tak kalah terkejutnya dengan havian, jidan juga terkejut melihat keberadaan havian yang ada di depan kamarnya.
mereka berdua menatap satu sama lain selama beberapa detik sampai havian membuka mulutnya, "ji—"
"pulang aja sana, aku ngga ada tenaga buat ngomong." ucap jidan dengan ketus. jidan keluar melewati havian yang masih berdiri di depan kamarnya, berjalan turun entah apa yang akan dilakukannya.
sementara havian sendiri tengah menahan air matanya yang sudah menumpuk di pelupuk matanya, berfikir apa yang harus ia lakukan? pergi atau tidak? menunggu atau memaksa jidan? pikiran havian berkecamuk. terlalu larut dengan pikirannya, havian sampai tidak sadar jika jidan sudah kembali naik, membawa satu kantong plastik yang bisa dipastikan isinya makanan.
havian menoleh ke arah jidan yang sedang berjalan ke kamarnya. ketika jidan sampai di hadapan havian untuk masuk ke kamarnya pun tetap menghiraukan havian yang masih berdiri dan sibuk membuka pintu kamarnya.
havian menggigit bibir bawahnya sembari menahan tangisnya, dengan berani havian meraih lengan jidan yang membuat si empunya menoleh.
"m-maafin aku..." dan pecah. air mata havian lolos begitu saja dari kedua matanya. bahunya bergetar berusaha menahan tangisnya, matanya terpejam sembari meremat pelan lengan jidan.
havian terisak cukup lama, kepalanya menunduk dengan jemari kecilnya yang masih bertenger di lengan jidan.
terdengar suara helaan nafas berat yang lolos dari bibir jidan. tangannya memegang lembut jemari havian, menariknya lembut masuk ke dalam kamar kostnya.
havian masih menangis, ia sudah berulang kali mengusap air matanya tetapi air matanya tetap saja lolos. jidan yang melihat itu lagi-lagi menghela nafasnya.
akhirnya jidan menarik havian, merengkuh badan kecil itu yang belakangan ini selalu ia rindukan. havian yang berada di dalam dekapan jidan semakin menangis.
"jidan, maafin aku... aku kemarin jahat banget sama kamu, aku minta maaf..."
"maaf mulut ku kayak orang jahat, aku minta maaf... aku harusnya ngga ngomong gitu, maaf jidan." ucap havian yang berusaha mengeluarkan suaranya di sela-sela tangisannya.
berusaha berbicara disaat menangis itu susah. tenggorokan havian rasanya sakit ketika berusaha menahan tangisnya ketika ingin berbicara.
sementara jidan yang tengah menumpukan kepanya di atas kepalanya havian memejamkan matanya sembari mengusap lembut rambut havian, dan tentu saja mendengarkan tiap kata yang keluar dari mulut havian.
"jidan masih marah ya? aku minta maaf, maaf udah jahat... maaf, kalo jidan gamau ketemu aku lagi gapapa kok soalnya aku udah nyakitin kamu."
jidan merenggangkan pelukannya, memberi jarak dengan havian untuk melihat kondisi havian saat ini. ah, havian masih menangis.
"udah gausah nangis." ucap jidan sembari mengusap air mata yang turun di pipi havian.
"kamu ngga makan? pipi kamu kemana?" jidan menyerngit heran menyadari pipi gembil havian hilang entah kemana.
"waktu kesini udah makan belum?"
havian makin menangis, "a-aku kesini mau minta maaf bukan mau makan."
jidan terkekeh mendengarnya kemudian merengkuh badan havian lagi, kali ini lebih erat. kalau gini jidan ngga bisa marah, havian yang menangis dihadapannya saat ini sangat lucu dan benar-benar menggemaskan.
"gapapa, jidan udah ga marah, jidan udah maafin havian. jidan juga tau ujiannya berat, jidan juga minta maaf udah ganggu waktu havian.
havian menggeleng di dekapan jidan, "enggak- enggak, jidan ngga ganggu havian.." ucap havian.
"apanya yang ngga ganggu? kemarin aja kamu sampe marah."
"maaf, maaf havian udah ngomong jahat kayak gitu..."
jidan terkekeh, "iya udah dimaafin, gausah minta maaf lagi." ucap jidan.
havian mendongakan kepalanya, menatap jidan dari bawah dan begitu pun sebaliknya, jidab juga menatap havian.
"ini jidan mau udahan sama havian apa lanjut?" tanya havian dengan lirih.
"kamu maunya lanjut apa udahan?"
"aku tanya kamu, aku yang salah disini, keputusannya di kamu..."
jidan menggigit pipi bagian dalamnya, havian dilihat dari atas sini benar-benar menggemaskan. mata yang lembap dan berbinar itu menambah bonus kegemasannya.
"boong kalo aku gamau lanjut sama kamu, aku—"
havian berjinjit, menempelkan kedua belah bibir mereka. jidan membulatkan bola matanya terkejut, pergerakan havian tidak terasa didekapannya dan tiba-tiba saja sudah mengecup bibir.
"loh?"
sementara havian meringis, menampilkan giginya yang rapi itu, "hehe..."
"kok nakal?"
"aku ga nakal cuman menyalurkan rasa sayang." ucap havian.
"oh ya?"
kali ini jidan meraih tengkuk havian kemudian menempelkan bibir keduanya lagi. havian tersenyum dan memejamkan matanya, menikmati ciuman yang diberi jidan. sampai beberapa menit jidan melepaskan ciuman itu.
"aku sayang kamu..." cicit havian.
jidan memeluk havian kembali dengan gemas sembari menggoyangkan badan pacar gemasnya itu, "harusnya aku rekam kamu ngomong gitu."
"jangan lebay!"
"hehe, jidan juga sayang havian."
sore itu, keduanya melemparkan senyuman terbaik tiap detik dengan sejuta kupu-kupu yang berterbang di perut.
◆♠︎◆♠︎◆
aku gak sanggup mau bikin mereka berantem :(
happy reading <3
KAMU SEDANG MEMBACA
cosmos [hoonsuk]
Fanfiction"jidan! kamu nih bisa ga sih jangan banyak tingkah mulu? aku marah." "sini cium." "ck, sini pipinya!" warn! bxb ©oieneyskis, 2021.