[5] hak istimewa

1.8K 260 15
                                    

banyak orang yang menganggap jidan tidak pantas mendapatkan kebanggan sekolah, havian. orang-orang banyak yang menyenggol hubungan keduanya setalah jidan memberanikan diri menggenggam tangan havian di ramainya kantin saat itu.

namun ketika melihat mata jidan, havian sadar jika jidan tidak pernah mendengarkan ucapan sekitar.

dan menurut havian, jidan tidak seburuk itu walaupun tingkahnya di sekolah benar benar tidak patut dicontoh.

ini namanya havian's privilege.

sifat jidan yang terkenal kasar dan semaunya itu tidak pernah ditunjukan ke havian sama sekali. jidan benar-benar memperlakukan havian seperti barang kaca yang mudah pecah, dengan lembut dan berhati-hati. dan orang tidak tau banyak tentang itu.

selain itu jidan juga.....







"aku maunya di cookies di toko ituu, yang diujung jalan."

"ini hari minggu yang mana buka itu tokonya."

havian mengerucutkan bibirnya ketika jidan mengatakan toko cookies yang ia mau tutup.

"masa tutup sih?"

terdengar suara tawa kecil di seberang sana, "ya kan karyawannya butuh libur juga, kasian kalo kerja mulu."

"tapi kan aku mauuuuu."

"besok senin ya? abis pulang sekolah kita ngedate disana."

"MAUNYA SEKARANG."

"ih pasti kamu lagi mayun mayun gitu, bentar deh yang aku tutup dulu ya?"

"KOK DITUTUP?!" alis havian menekuk.

"iya, maaf tapi bentar ya sayangku."

dahlah, havian bete jadi ia langsung menekan tombol reject tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, hpnya pun juga di lempar ke kasur.

"MINGGU NYEBELIN!"





havian ketiduran karena kesal tadi ia memilih untuk tidur. saat matanya mengerjap ia merasakan usapan lembut di pipinya.

"udah bangun?"

oh, jidan.

tapi havian masih bete.

havian pun menarik selimutnya lagi, menutupi seluruh badannya yang membuat jidan terkekeh.

"panas lo yang." ucap jidan namu tidak ada jawaban dari havian.

dengan jail pun jidan meninggikan suhu ac yang ada di dalam kamar havian, yang beberapa menit kemudian membuat gumpalan selimut bergerak gerak.

jidan yang sedang duduk di kursi belajar milik havian menoleh, "kalo panas dibuka selimutnya."

masih tidak ada jawaban.

jidan langsung beranjak dan menarik pelan selimut itu, kemudian terkekeh mendapati havian yang merengut kesal.

"kok diem?" tanya jidan.

"apasihh?? acnya turunin dong, panas!"

"bangun deh."

bukannya menurut, havian malah mengubah posisi tidurnya membelakangi jidan.

"aku geret mau?" tanya jidan. ini sebuah pertanyaan tapi untuk havian ini peringatan.

"IYA INI BANGUN."

havian bangun dari tidurnya sembari mengucek matanya, jidan pun duduk di pinggir kasur havian lalu memutar badan havian menghadapnnya.

cosmos [hoonsuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang