Chapter 11 - Relawan Palestina

1.7K 158 38
                                    


Assalamualaikum readers. Apakah ada yang menunggu kelanjutan book ini? Semoga tidak bosan dengan ceritanya. Selamat membaca.


Beena Ghaida Ar-Rasyid

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beena Ghaida Ar-Rasyid.

Perempuan muslim itu tengah galau akibat suaminya yang akan dikirim ke Palestina oleh sang ayah. Ia sudah terbiasa setiap hari bersama suaminya, kini harus berpisah selama dua minggu penuh. Beena tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya akan kesepian. Padahal dirinya sedang hamil muda kali ini. Butuh perhatian lebih dari suaminya.

Taheem Raufa Ad-Da'ari.

Lelaki muslim itu tengah bingung dengan gelagat sang istri. Istrinya itu menemplok padanya seperti cicak. Membuat pola-pola abstrak dengan jarinya di dada Taheem. Juga tangan istrinya itu iseng mengelus perut six pack miliknya. Tak lupa bibir istrinya yang mengerucut lucu. Semua terlihat imut seharusnya, tapi Taheem bisa lihat juga raut sendu disana.

"Sayang, mas hanya pergi dua minggu aja. Kamu kan disini ditemani Ain, ummi, juga bunda. Hmm?" Taheem yang semula tengah sibuk membaca standard operational untuk menjadi relawan di Palestina menjatuhkan atensinya pada sang istri. Ia juga tanggalkan kacamata bulat yang semula ia kenakan.

"Iya, tapi nanti kalau aku kangen sama mas gimana?" Beena memasang jurus andalannya, puppy eyes.

"Ya Allah... Haha." Taheem gemas dengan sang istri. "Kan kamu bisa telfon mas sayang. Mas juga perginya masih tiga hari lagi. Sekarang puas-puasin dulu deh sayang-sayangannya." Taheem memeluk istrinya erat dan menciumi pucuk kepala istrinya.

"Jangan nakal ya mas disana, jangan lirik-lirik perempuan lain. Nanti aku gigit tangan berotot mas ini." Ancam Beena sembari terkekeh.

"Mana bisa mas lirik perempuan lain kalau kamu seindah ini sayang."

"Kan hati nggak ada yang tahu mas. Kalau Allah berkehendak, apapun bisa terjadi." Ucap Beena dengan psimisnya.

"Iya sayang. Tenang aja, yaudah yuk tidur dulu. Nanti bangun sahurnya bisa-bisa telat. Gausah mikir yang aneh-aneh lagi." Taheem memejamkan matanya sembari memeluk Beena.

"Mas..." Beena yang masih belum bisa tidur menoel-noel hidung Taheem agar suaminya terbangun.

"Hmmm?" Taheem hanya berdeham tanpa membuka matanya.

"Mas Taheem..." Beena masih berusaha membangunkan Taheem.

"Iya sayangku, calon penghuni shurga, bidadari cantiknya mas, kenapa?" Taheem akhirnya membuka matanya.

"Mau makan indomie soto pakai rawit yang banyak, pakai telur dua butir, pakai jeruk nipis, pakai kerupuk udang." Beena berkedip polos. Dirinya entah mengapa kembali lapar, padahal sudah makan juga setelah tarawih tadi.

Taheem bingung, ini istrinya kok seperti sedang memesan makanan di warung nasi? Memangnya dirinya mirip seperti penjaga warung nasi kah?

"Tapi sudah jam setengah dua belas malam sayang. Sebentar lagi masuk waktu sahur." Ucap Taheem lembut.

Ta'aruf [Taegyu] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang