Bonus Chapter - Teori Cinta oleh Sternberg

2.5K 170 67
                                    


Assalamualaikum readers fillah.


Gimana? Adakah yang kangen Taheem dan Beena hingga menunggu Bonus chapter? Hehehe.



Semoga bisa menghibur dan diambil positifnya. Selamat menikmati. Salam sayang dari Taheem dan Beena yang sekarang sudah punya anak.


"Lucu banget dedek Umar ustadzah pengen aku uwel-uwel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lucu banget dedek Umar ustadzah pengen aku uwel-uwel." Untuk yang kesekian kalinya. Umar menjadi sasaran para santri dan santriwati untuk dijadikan mainan. Hari ini, Beena kembali mengajak Umar untuk menemaninya mengajar di pesantren. Usia anaknya yang sudah berjalan 6 bulan membuat Umar semakin tidak bisa diam. Ketawa, meracaukan kata-kata yang masih belum jelas maknanya, merangkak sana-sini, pokoknya sangat aktif. Oiya, Umar juga mulai mencoba menyebut 'mama' dan 'papa' dan sudah bisa tertawa lepas ketika diajak bercanda.

Umar hanya akan diam ketika mama atau papanya sedang mengaji. Bahkan Umar akan mudah tertidur di pangkuan Taheem atau Beena jika mereka mengaji. Umar kelihatannya begitu dekat dengan Al-Qur'an karena Umar akan melihat fokus pada Al-Qur'an ketika Taheem atau Beena sedang membukanya. Mungkin, ini semua buah dari Taheem dan Beena yang gencar beribadah ketika Beena sedang hamil Umar.

"Alhamdulillah kakak Humaira, terimakasih." Beena menirukan suara anak kecil. Ia tersenyum lembut melihat sang anak tertawa karena Humaira, santriwati bimbingan Sarah, mengajak anaknya bercanda.

"Ustadzah ustadzah, kenapa Umar mirip banget sama ustadz Taheem ya?" Iziq memperhatikan dengan seksama wajah bayi itu. Ia yakin kalau Umar sudah besar, akan sama garangnya dengan Ustadz Taheem yang sering ia dan Royyan ganggu.

"Namanya juga anak ustadz Taheem, wajar dong. Aneh kamu Iziq." Humaira malah sewot.

"Hahaha. Iya, betul kata Humaira, Umar kan memang anak ustadz Taheem, Iziq. Mirip sekali ya sama papanya? Kalau sama ustadzah mirip nggak?" Beena mengangkat Umar dan mendekatkan Umar dengan wajahnya.

"Mirip dikit ustadzah." Royyan memberikan gestur jari yang menandakan sangat sedikit.

"Yah, sedikit katanya sayang mirip mamanya." Beena mencium pipi Umar.

"Gapapa dong ustadzah. Kalau anak laki-laki, betul mirip ustadz Taheem. Anak berikutnya, kalau perempuan pasti cantik kayak ustadzah." Humaira tersenyum.

"Buat anak berikutnya yang banyak ustadzah, jangan cuma sekali, biar ada satu yang mirip sama ustadzah Beena." Iziq dengan seringaian jahilnya berkata pada sang ustadzah. Sungguh membuat Beena terkesiap, mengapa santri bangor itu mengeluarkan kata-kata yang cukup ambigu?

"Itu sih untung di ustadz Taheem ya? Hahahaha." Royyan dan Iziq tertawa bersama. Berbeda dengan Humaira yang kebingungan.

"Astaghfirullah. Ustadzah laporin kalian ke ustadz Juna nanti." Beena menghela napas dan banyak banyak beristighfar.

Ta'aruf [Taegyu] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang