Chapter 7 - Hak Merawat Anak

2.2K 188 24
                                    


Happy reading smart readers!!



Beena dan Taheem terkejut ketika melihat kondisi Juaina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beena dan Taheem terkejut ketika melihat kondisi Juaina. Matanya sembab, hidungnya memerah, kakinya pincang saat berjalan, juga sarung yang ia kenakan, sungguh memprihatinkan sekali adik perempuan dari Taheem ini.

"Ain, Ain kenapa cantik?" Beena langsung menghampiri Juaina dan memeluknya erat. Juaina malah kembali menangis di pelukan Beena. Dalam hati Juaina bersyukur bisa memiliki kakak ipar seperti Beena, sudah cantik, baik lagi, semoga dirinya juga bisa menjadi perempuan sebaik Beena.

"Hiks. Ain tadi keserempet motor kak Beena, terus hiks... gamis ain robek." Juaina masih terisak dengan menyembunyikan wajahnya di bahu Beena. Beena mengusap-ngusap punggung perempuan itu dengan lembut.

"Taheem, kayaknya kaki adikmu luka. Sebaiknya diobati." Jaynal memarkirkan motornya di depan gedung At-Ta'lim.

"Makasih Jaynal, sudah nolongin ain." Taheem menepuk bahu kawan semuslimnya itu. 

Ia salut dengan Jaynal, caranya membantu adiknya dengan jauh menjunjung tinggi kehormatan adiknya itu membuat Taheem kagum. Jarang sekali bisa kita temukan lelaki seperti itu. Apalagi para readers yang Taheem yakin sedang berhalu ingin memiliki suami sebaik Taheem atau Jaynal.

"Nggak masalah Taheem. Oiya, kalau gitu saya duluan ke gedung ikhwan ya Taheem. Saya ada kelas tafsir. Assalamualaikum." Jaynal berpamitan dengan mereka. Mereka menjawab salam Jaynal secara serempak setelahnya.

"Ganti pakai gamis kak Beena ya ain. Kita ke rumah bundanya kak Beena dulu. Sama obatin itu kaki kamu. Masih bisa jalan? Mau kak Beena gendong?" Beena dengan raut khawatir dan perangai keibuannya bertanya lembut pada Juaina. Hal itu malah membuat Taheem tersenyum-senyum tidak jelas. Dirinya semakin jatuh pada pesona istrinya semakin hari berganti, mungkin Allah menunjukkan semua jalan atas doanya.

"Kak Beena ngaco. Mana tega ain minta kak Beena gendong ain. Kak Taheem, gendong..." Juaina mengulurkan tangannya pada sang kakak.

"Nggak usah manja ain. Jalan aja sendiri sambil dituntun." Taheem memutar bola matanya malas.

"Pelit banget sih kak kulkas. Coba kalau kak Beena yang jatuh gini, pasti langsung digendong ala bridal style. Huh." Juaina mendengus. "Harusnya aku cepet-cepet nikah juga biar ada yang mau gendong aku. Berdoa biar cepet-cepet jadi istri sahnya usta- EHH Astaghfirullahal'adzim... ya Allah Ain khilaf." Juaina memukul-mukul mulutnya yang suka keceplosan kalau sedang merajuk sembari mengomel.

"Hayoo jadi istri sahnya siapa? Ustadz Jaynal?" Beena menoel-noel dagu Juaina sembari tersenyum meledek.

"Iyalahh—Eh maksudnya Aamiin... Eh kok Aamiin sih? Uhmm itu euu nggak gitu... ihh apasih kak Beena kok nanyanyaa gitu..." Juaina yang tiba-tiba gagap merengek pada kakak iparnya. Dirinya malu tahu diledek begitu.

Ta'aruf [Taegyu] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang