Chapter 2 - Khitbah dan Ta'aruf

3.3K 287 50
                                    


Happy Reading!!!


"Kamu serius Taheem? Baru dua hari kan kamu ketemu Beena?" Ad-Da'ari bertanya pada anaknya karena ia meragukan keputusan sang anak yang ingin melamar putri dari sahabatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu serius Taheem? Baru dua hari kan kamu ketemu Beena?" Ad-Da'ari bertanya pada anaknya karena ia meragukan keputusan sang anak yang ingin melamar putri dari sahabatnya.

"Sangat serius Abi." Taheem berucap dengan tatapan tegasnya.

"Maaf Abi, Syifa menginterupsi. Beena anaknya kiyai Ja'far Abi?" Syifa yang sedaritadi ikut menyimak bersama suaminya angkat bicara.

"Iya Syifa. Dia sahabat baik Abi." Ad-Da'ari menjawab.

"Kebetulan Beena itu temen baik Syifa Abi. Rumah kita kan di lingkungan yang sama. Dari kecil Syifa main bareng Beena. Pas kuliah juga satu jurusan sama Syifa." Syifa menjelaskan. Membuat Taheem bersyukur, dirinya bisa menggali info tentang Beena melalui iparnya.

"Kalau gitu aku bisa tanya tentang Beena ke kamu ya Syif." Taheem bertekad.

"Boleh. Tapi aku harus izin dulu ke Beena kalau mau beberin semua tentang Beena ke kamu yang berniat ta'aruf. Oiya, Kamu udah tahu belum? Selama ini, lelaki yang datang ke rumah untuk melamar Beena, ditolak semua sama kiyai Ja'far." Syifa menjelaskan lagi. Kali ini Ad-Da'ari sedikit tersedak kopi karena merasa tersindir. Masalahnya dirinya juga tidak jauh berbeda dengan sang sahabat. Jika masalah putrinya, dirinya akan sangat keras.

"Kalau itu aku tau. Makanya kira-kira gimana caranya biar diterima sama kiyai Ja'far? Gimana Abi? Kasih Taheem saran." Taheem menatap Abinya dengan serius.

"Cukup jadi diri kamu apa adanya Taheem. Juga terus berpasrah sama Allah. Kalau Allah izinin, Beena dan keluarganya bisa dengan mudah terima lamaran kamu." Sang ayah menasehati putranya.

"Bilang dulu ke ummi nanti pas ummi pulang. Minta doa sama ummi dek." Hanan juga ikut menasihati adik kesayangannya. Iya, walaupun terlihat cuek pada Taheem, Hanan sebetulnya sangat menyayangi adiknya yang hemat bicara itu.

"Iya. Ummi pulang aku langsung bilang ke ummi."- Taheem.

"Bilang apa Taheem?" Umminya kebetulan baru saja pulang dengan jubah dokternya yang masih tersampir. Ia mencium tangan sang suami. Anak-anaknya juga langsung menghampirinya untuk mencium tangan.

"Taheem mau lamar anaknya Ja'far Ummi." Ad-Da'ari menjawab pertanyaan istrinya.

"Ya Allah. Alhamdulillah... akhirnya doa hamba terijabah. Akhirnya anak kedua hamba hatinya terbuka untuk melamar perempuan." Salma sujud syukur ditempat ia berdiri.

"Ummi memangnya setuju kalau Taheem melamar putrinya kiyai Ja'far?" Taheem memastikan.

"Setuju dong sayang. Ummi kenal baik dengan kiyai Ja'far, juga istrinya, ustadzah Tyas. Ummi yakin putrinya itu perempuan baik-baik."

"Masalahnya ada lagi Ummi. Kiyai Ja'far selama ini menolak semua lamaran lelaki untuk putrinya itu." Hanan mengadu pada Umminya. Membuat Umminya itu menghela napas.

Ta'aruf [Taegyu] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang