Pelajaran hari ini benar benar membosankan bagi hana. Padahal gak biasanya hana kek begini.
Dia malah tidak fokus kepada pak mardi yang sedang menjelaskan mata pelajarannya. Fokusnya kali ini sedang teralihkan kepada seorang lelaki yang sedang tidur pada saat jam pelajaran.
Ia jadi teringat semalam bagaimana ia sampai bisa tidur satu ranjang bersama jeno.
"Baik hana silahkan kerjakan soal ini. Saya tau kamu pasti bisa. " ucap pak mardi sambil menyerahkan spidol papan tulis kepadanya untuk mengerjakan soal tersebut.
Hana pun mengerjakannya dengan sat set sat set. Karena memang walaupun ia tidak mendengarkan penjelasan pak mardi tadi, ia sudah tau apa yang harus di kerjakan terlebih dahulu. Secara ini kan hana sebagai anak olimpiade pasti dia sudah tau jawabannya.
"Yak. Terimakasih bagus sekali hana, selanjutnya adalah lee jeno yang sedang tertidur pulas saat saya menerangkan. Baiklah lee jeno ayo maju."
Jeno pun masih setia tidur di tempatnya.
"Hana tolong itu lee jeno di bangunkan." Pinta pak mardi.
Hana pun menggoyang goyang kan dan menepuk nepuk badan jeno. " Jen bangun, itu di suruh pak mardi maju ngerjain tugas."
Sedangkan jeno ia masih terus tertidur. Pak mardi sangat muak dengan perilaku jeno. Terpaksa ia sendiri yang harus membangunkan jeno dari mimpi indahnya.
"Ohh, seneng nya bisa tidur di kelas." Ucap pak mardi sambil memukul jeno menggunakan spidolnya cukup keras.
"A-anjing " gerutu jeno dan ia mengusap usap kepalanya yang tadi di pukul oleh pak mardi menggunakan penggaris.
"Ohhh, berani ya kamu sama guru. Sana kerjain soalnya sampe selesai. Jangan lupa pake caranya."
Dengan sangat terpaksa jeno bangkit dari kursinya dan mengambil spidol yang pak mardi berikan padanya.
Saat sampai di depan papan tulis jeno pun hanya, celingak celinguk karena memang ia sama sekali tidak paham harus diapakan angka angka di depannya ini.
"Kenapa, jen? Soalnya terlalu mudah buat kamu ya sampe sampe kamu tidur di jam mapel saya".
Jeno hanya menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.
~Saatnya jam istirahat ke dua di mulai.
Its time to be get the second break.~"Baiklah anak anak karena waktunya sudah habis dan jeno belum selesai mengerjakan satu soalpun. Maka kerjakan buku siswa halaman 127 sampai dengan halaman 200. Kerjakan semua latihan soalnya. Besok harus sudah selesai di kumpulkan di meja saya. Nanti hana ya yang mengumpulkan."
"Baik pak." Jawab hana
"Kalau begitu terimakasih, saya tinggal dulu."
Kelas langsung berubah menjadi ramai kembali.
"Gila aja pak mardi ngasih tugas segitu banyaknya dan harus selesai besok, bisa meledak kepala gue. Mana matematika."
"Gara gara jeno sih, gue juga yang kena imbasnya."
"Tau tuh. Mentang mentang bokap nya kaya banyak duit. Dia bisa seenaknya aja."
Kira kira seperti itulah obrolan para siswa di kelas. Raut wajah jeno kelihatan bahwa ia sedang menahan amarah. Tangannya terkepal menampilkan urat uratnya. Dan itu membuatnya terlihat sangat maskulin.
"Sabar jen." Ucap hana mencoba menenangkan jeno yang sedang menahan amarah. Jeno tidak menggubris hana sama sekali.
Setelah itu jeno pun langsung pergi dari kelasnya. Dan menuju rooftop. Ia duduk di kursi yang sudah tidak di gunakan. Ia menyenderkan badannya yang sangat lelah, entah apa penyebabnya.