fourteenth

28 5 0
                                    

Jeno sudah sampai di rumahnya. Setelah ia mengalami hari yang cukup berat baginya. Ia akan memarkirkan motornya di garasinya.

Namun belum juga jeno memarkirkan motornya. Saat ia masih berada di gerbang depan rumahnya ia melihat mobil ayahnya yang terparkir di garasi.

"Ngapain tu si tua bangke ke sini." Ucap jeno di dalam hati.

Tapi jeno tak peduli dan kembali untuk memarkirkan motornya di garasi rumahnya.

Ia memarkirkan motornya pas di sebelah mobil sang ayah. Setelah memarkirkan motornya jeno mematikan motornya melepas helemnya menyugar rambutnya ke belakang. karena helem membuat rambutnya awut awutan dan barulah ia beranjak dari motornya dan masuk ke rumahnya.

Jeno membuka pintu rumahnya tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

Baru saja jeno membuka pintu rumahnya, ia langsung di suguhkan tatapan mengintimidasi oleh ayahnya.

Terlihatlah sang ayah yang sedang duduk nyaman di sofa berwarna kuning yang di letakkan di ruang tamu dengan membaca sebuah buku dan jangan lupakan secangkir kopi hangat yang menemaninya.

"Dari mana aja kamu jam segini baru pulang?" Tanya sang ayah. Ia meletakan buku yang tadi ia baca ke meja yang berada dekat di sofa.

Pantas saja ayahnya menanyakan hal seperti itu. Sekarang saja sudah menunjukkan  jam 10 malam.

Jeno hanya berdecak. "Ck, bukan urusan lo!."

Setelah mengatakan itu jeno hanya melintas melewati ayahnya tanpa rasa hormat maupun bersalah sama sekali.

Jeno pergi menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas.

Namun belum juga sampai ke lantai atas. Saat ia masih berada di tangga. Tepatnya pada anak tangga yang ke lima, sang ayah malah menghampirinya.

Ayahnya berada di sebelah tangga ia tidak menaiki tangga tersebut.

"Sejak kapan kamu jadi ga punya sopan santun kaya gini hah?!"

Ayahnya bisa di katakan cukup marah. Cukup marah loh ya bukan marah.

Ia sebal bagaimana darah dagingnya bisa berubah 180⁰ seperti ini.

Anaknya yang dulu merupakan seorang penakut dan yaaa lumayan culun bisa jadi pemberontak bahkan hampir menjadi pembunuh ini.

Bahkan ayahnya sering mendapatkan laporan dari sekolah kalau jeno itu sering membolos jam pelajaran yang ia tidak sukai.

Tapi sang ayah hanya diam saja. Baginya membolos jam pelajaran itu tidak terlalu parah.

Ia hanya memberikan nasihat bagi jeno agar tidak sering untuk membolos pelajaran hanya lewat handphone saja. Karena ia terlalu sibuk dan malas untuk menemui anaknya yang satu ini.

Bahkan ia sekarang sudah tak tinggal bersama lagi bersama anaknya yang satu ini.

Sekedar informasi jeno hanya tinggal sendirian bersama seorang asisten rumah tangga di rumah yang di belikan oleh ayahnya ini.

Jeno tinggal sendirian di rumah ini karena. Dulu sang ayah dan sang ibu pernah bertengkar hebat.

Saat itu jeno masih sangat kecil. Ia baru berusia 5 tahun.

Jeno yang masih sangat kecil itu tak sengaja mendengar pertikaian kedua orang tuanya. Saat ia akan menunjukan hasil gambaran kepada ibu yang ia panggil dengan sebutan "bunda"

Flashback

Saat ini jeno sedang berada di kamarnya. Kamar dengan nuansa cat berwarna biru dengan beberapa mainan yang berserakan berada di dekatnya.

Me and my bad boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang