Jisung duduk di teras sembari memandang langit malam.
Ia kembali memikirkan pesan yang Ia baca kemarin saat memegang ponsel Renjun.
"Kakak sakit.."
"Tapi, sakit apa?"
Sungchan
Besok sekolah tidak?Sekolah
Setelah membalas pesan dari Sungchan, Jisung langsung meletakan ponselnya di meja.
Setidaknya Ia punya teman untuk menemani harinya yang terasa sepi ini.
Orang yang dulu menghajarnya sekarang malah menjadi baik kepadanya setelah di beri peringatan oleh Renjun tentunya.
Prangggg~
"Ibu!" Teriak Jisung yang langsung berlari menuju kamar Ibunya.
Jisung melihat pecahan piring di lantai, Ia lalu menatap Ibunya "Ibu kenapa?"
"Kakinya tidak bisa di gerakan!"
"A..apaa?" Jisung pun terkejut mendengar ucapan sang Ibu
"Kaki Ibu tidak bisa di gerakan, Jisung!!"
Jisung segera menenangkan Ibunya, jujur Ia bingung sekali selalu menghadapi kejadian tiba-tiba seperti ini.
Beberapa minggu lalu Ibunya lupa, sekarang kakinya tidak bisa di gerakan.
Lantas besok apalagi kejutan yang akan Tuhan berikan untuk keluarganya?
Tidak ingin menyalahkan Tuhan namun cobaan selalu datang pada keluarganya, terlebih lagi pada Ibu. Ia harus mengeluh kepada siapa lagi? Ia sungguh frustasi menjalani kehidupan seperti ini.
"Ibu kan habis minum obat, mungkin ini reaksi sementara obat yang Ibu minum.."
"Ibu lumpuh, Ji.. Lumpuh..."
"Tidak, Ibu tidak lumpuh."
Melihat orang-orang terdekatnya sakit, mungkin seisi rumah ini juga akan sakit termasuk dirinya. Karena, sejujurnya Jisung tidak sekuat itu menghadapi semua ini
Seungwan masih menangis namun kini tangisannya sedikit mereda, Seungwan menatap anaknya.
"Sekarang Ibu tidak bisa lagi berjalan, sekarang Ibu tidak berguna Jisung.."
"Ibu, berhenti mengatakan sesuatu yang tidak ingin aku dengar. Aku tidak suka, ini hanya reaksi sementara obat yang Ibu minum sore tadi."
Seungwan mengalihkan pandangannya kearah lain "Tuhan memang adil.."
"Aku menyakiti suamiku, aku menelantarkan anak-anakku dan sekarang aku menerima hukumannya.."
"Kenapa Tuhan tidak langsung mengambil nyawaku saja, aku lelah..."
"Ibu bicara apa sih!" Ucap Jisung marah
"Untuk apa Ibu hidup, kalau harus seperti ini?!"
"Berhenti!"
"Ibu hanya lelah.."
Jisung meninggalkan Seungwan dengan wajah kesal, Ia tahu Ibunya sakit tapi pikirannya juga kacau sekarang.
Sudah berapa puluh kali Seungwan bilang lelah padanya, Ia benci kata lelah apalagi kata itu keluar dari mulut sang Ibu.
Perasaannya hancur, harus seperti apalagi meyakinkan Ibunya agar mempunyai semangat untuk sembuh.
Walaupun Ia tahu itu tidak mungkin..
Renjun pulang larut malam Ia habis bertemu dengan Haechan, jika sudah bertemu Haechan Ia seakan lupa akan semua beban berat yang ada di pundaknya.
Sepi,
Itulah yang Renjun rasakan ketika memasuki rumah ini, ah perasaan ini datang lagi.
Ia benci suasana seperti ini, Ia benci sendirian.
Renjun berjalan keatas lalu membuka kamar adiknya, Jisung sedang tertidur dengan pulasnya.
Ia lalu berjalan mendekati sang adik
"Mimpi indah, Ji.." Ucap Renjun sembari mengusap pelan rambut adiknya, sebelum Renjun beranjak, Ia membenarkan selimut Jisung dulu.
Renjun menutup pintu kamar adiknya sangat pelan, takut jika adiknya terbangun.
Renjun lalu berjalan menuju kamar sang Ibu, Ia membuka pintunya dan terkejut ketika melihat banyak obat yang berserakan di lantai.
Ibunya membuang obat-obatannya di lantai, Renjun segera menghampiri Ibunya.
Ada perasaan sesak saat Ia memunguti obat-obat tersebut, Renjun menangis.
Ada apa dengan Ibunya? Kenapa bisa sampai seperti ini, apa ada hal yang Renjun tidak tahu?
"Kenapa di ambil lagi?" Tanya Seungwan dengan suara parau
Renjun menengok ke sumber suara tersebut
"Ibu.."
"Kenapa Bu? Kenapa membuang semua obat-obat ini?" Tanya Renjun dengan suara bergetar sembari memegang onat-obatan Ibunya
"Ibu tidak ingin sembuh?"
"Ibu tidak ingin melihatku dan Jisung tumbuh dewasa?"
"Ibu lumpuh.." Poting Seungwan cepat membuat Renjun mematung
"Berhenti bilang kalau ini hanya reaksi obat, Ibu sudah menunggunya beberapa jam yang lalu tapi kaki ini masih tidak bisa di gerakan."
"Ya Tuhan...."
Renjun memijat pelipisnya pusing, sesuatu yang lain terjadi hari ini.
Renjun tidak terkejut, karena sebelumnya sudah di beritahu oleh Taeil.
"Untuk apa Ibu meminum obat sebanyak itu jika pada akhirnya Ibu akan mati?"
"Ibu bicara apa?!"
"Lebih baik Tuhan cabut nyawaku sekarang, aku lelah.."
"Berhenti bilang sesuatu yang memuakkan!!"
"Ibu lelah.."
"Kenapa kalian selalu menuntut Ibu untuk sembuh?!!!"
"IBU TIDAK AKAN SEMBUH!!"
Renjun menatap tidak percaya pada Ibunya, Ibunya berteriak.
Setidak kuat itu kah untuk bertahan? Jika begitu haruskah Ia menuruti sang Ibu untuk tidak meminun obat-obatnya lagi?
Haruskah??
"Kalau Ibu lelah dengan semua ini, ya sudah lakukan saja apa yang menurut Ibu benar."
"Aku sudah tidak bisa menahan Ibu untuk bertahan."
Renjun pergi meninggalkan Ibunya yang tengah menangis.
Renjun mengunci pintu kamarnya dengan rapat, Ia membanting gelas yang ada di mejanya.
"AAAARRRRRRGGGGHHHHH!!!!!"
"KENAPA??!!!"
"Kenapa harus seperti ini???"
"Kenapa Ya Tuhan.. Kenapa???"
Renjun menangis kencang, Ia sudah tidak peduli jika tangisannya mengganggu tidur orang lain.
Hatinya sakit ketika Ibunya mengatakan ingin mati saja. Sakit sekali.
Tokkk~ Tokkk~
"Kak??"
Tokkk~ Tokkk~
"Kakak baik-baik saja?"
Namun belum sempat Renjun buka, Jisung pergi ke kamar Ibunya.
Ia mendengar sesuatu yang terjatuh dari kamar Ibunya
Benar saja Ibunya terjatuh dari tempat tidur dengan muntahan darah lalu tubuhnya mengejang membuat Jisung panik.
"KAK RENJUN!!!!" Teriak Jisung kencang
Renjun membuka pintu kamarnya dengan kasar, Ia melihat Ibunya mengejang.
"Ayo kita bawa kerumah sakit!!" Perintah Renjun
Jisung langsung menyambar kunci mobil, Ia membuka pintunya terlebih dahulu sebelum akhirnya membawa Ibunya masuk ke dalam mobil.
___To be continued..
Ini dikittt 😁
Satu part lagi menuju ending dan epilog :')
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐀𝐈𝐍 : 𝐑𝐞𝐧𝐣𝐮𝐧 & 𝐉𝐢𝐬𝐮𝐧𝐠 ✔
Fanfiction[𝐑𝐄𝐏𝐎𝐒𝐓] "𝐀𝐤𝐮.. 𝐀𝐤𝐮 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠𝐭𝐮𝐚𝐧𝐲𝐚.." "𝐉𝐢𝐤𝐚 𝐤𝐚𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐀𝐝𝐢𝐤 𝐭𝐢𝐫𝐢 𝐤𝐚𝐮 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐤𝐚𝐩 𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦�...