- Cinq -

625 65 0
                                    

Renjun menghela nafasnya, Ia mengingat kejadian tadi Ia memukul Jisung. Bayangan Jisung kesakitan membuatnya mengusap wajahnya dengan kasar.

"Kalau saja dia tidak berteriak aku tidak akan memukulnya seperti itu"

Ddrrtt~ Ddrttt~

"Hallo, ada apa Paman?"

"......"

"Iya aku akan kesana!"

Renjun keluar dari kamarnya, harusnya Ia pulang untuk mandi lalu kembali ke rumah sakit namun Ia malah menghajar Jisung, Ia memasukan baju dan juga celana kedalam paper bag. Ia berniat mandi di rumah sakit saja.

Renjun keluar dari kamarnya, Ia menatap pintu kamar Jisung sebentar sebelum akhirnya menuruni anak tangga dengan cepat.

Apa sekarang dia sedang mengobati lukanya? -Batin Renjun

Renjun menggeleng pelan "Persetan dengan luka-lukanya, aku tidak peduli. Dia mati pun aku tidak peduli!" Ucapnya lalu melenggang pergi keluar dari rumah.

Renjun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, mobil merah ini pemberian mendiang Ayahnya saat Ia berhasil memenangkan olimpiade matematika.

"Ayah, walaupun Ibu sudah menyakiti hati kita tolong jaga Ibu dari sanaa..." Gumam Renjun menatap lurus jalanan yang tidak terlalu ramai ini.

Renjun menaikan kecepatan mobilnya, Ia ingin segera sampai di rumah sakit.

Renjun membelokan mobilnya memasuki area parkiran rumah sakit. Ia berjalan menuju ruangan Seungwan sembari menenteng papper bag yang Ia bawa dari rumah.

Taeil nampak baru saja keluar dari ruangan sang Ibu.

"Aku menyuruhmu pulang untuk mandi Renjun"

"Aku tidak sempat, Paman. Ibuku bagaimana?"

"Tadi Ibumu mengalami kejang tapi sekarang sudah membaik. Paman tinggal dulu ya"

"Terima kasih, Paman!"

Renjun melihat Ibunya dari kaca pintunya, melihat sang Ibu yang tengah tidur.

Ckleeekk~

Renjun meletakan Papper bagnya di nakas, Ia lalu duduk di bangku.

"Sakit sekali ya Bu.." Ucap Renjun sembari memegang jemari Seungwan

"Harusnya Ibu tidak mengalami kejadian seperti ini.."

Renjun lalu memposisikan Kepalanya untuk tidur di samping tangan Seungwan.

"Injun.."

"Ayah??"

"Kemari, Nak.. Apa Ayah pernah mengajarimu untuk berlaku kasar terhadap orang lain?" Tanya Jierui dan Renjun pun menggeleng.

"Kau anak baik, anak Ayah bukan orang yang mudah memukul seseorang.."

"Terlepas dari rasa sakit yang kita alami, biarlah. Biarlah menjadi kenangan pahit, bagaimanapun dia tetap Adikmu.."

"Bukankah, Injun ingin sekali mempunyai seorang Adik? Belajarlah untuk menerimanya.." Renjun pun mengangguk

"Aku rindu Ayah.."

Namun sosok putih itu kian menjauh membuat Renjun menangis histeris memanggil Ayahnya

"Ayah!"

"Ayah jangan pergi!!"

"Aku ingin bersama Ayah.."

𝐏𝐀𝐈𝐍 : 𝐑𝐞𝐧𝐣𝐮𝐧 & 𝐉𝐢𝐬𝐮𝐧𝐠 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang