- Treize -

723 35 1
                                    

Kemarin Renjun dan Jisung di panggil Taeil untuk menyetujui pelepasan alat-alat medis, ini sudah seminggu semenjak Seungwan di nyatakan mati otak dan tidak ada perkembangan sampai sekarang.

"Kakk??"

"Mau bagaimana lagi? Ibu tidak ada perkembangan sama sekali Ji.." Ucap Renjun pasrah

Kini Jisung menatap Taeil memelas "Paman, bisa tunggu sebentar lagi? Aku yakin Ibu pasti bangun. Aku yakin Paman.."

"Jii??"

"Kak, kumohon tunggu sebentar lagi. Jika memang tidak ada perubahan aku akan menyetujui surat ini."

Begitulah sampai akhirnya permintaannya untuk menunggu Ibunya tersadar salah.

Ibunya sudah lelah. Ia bahkan tidak menggerakan jari-jarinya, mereka sedih kini perpisahannya dengan sang Ibu berada tepat di depannya.

Dua jam dari sekarang seluruh alat-alat medis akan di lepaskan, mereka di beri waktu dua jam untuk mengucapkan salam perpisahan.

Berat sekali, hidup keduanya harus menerima berbagai cobaan hidup yang datang pada mereka di usia remaja yang masih membutuhkan sosok bimbingan orangtua.

Kini, satu-satunya kebahagiaan mereka pergi.

Ibunya pergi meninggalkan dua anak lelaki yang masih membutuhkan sosoknya.

Ibunya pergi tanpa pamit.

"Kakak saja dulu, aku akan menunggu di depan." Ucap Jisung lesu, matanya lelah akibat terus-menerus menangisi sang Ibu

Renjun lalu melangkahkan kakinya masuk ke kamar Ibunya, Ia berjalan dengan perasaan hancur.

Renjun menyeka air matanya berulang kali, Ia duduk tepat di samping Ibunya.

"Ibu.." Panggil Renjun sembari mengusap jemari Seungwan

"Ibu lelah berjuang untuk sembuh yaa?"

"Ibu.."

"Aku minta maaf untuk semua hal yang aku lakukan dulu.."

"Aku minta maaf sudah memaksa Ibu untuk bertahan jika pada akhirnya Ibu memilih menyerah. Aku sungguh hiksss.... Aku.."

"...minta maaf Buu.. Hiksss.. Jika dengan pergi membuat Ibu bahagia dan tidak lagi merasakan sakit.. Tidak apa-apa Bu.. Hiksss.. A-aku.."

"Akan menjaga Jisung, Ibu tidak perlu khawatir, aku akan menjaganya.."

"Pasti Ayah sudah menunggu Ibu ya disana?"

"Ayah aku titip Ibu.. Aku sayang Ibu..

"Sayang sekali..."

Renjun pun bangkit dari duduknya Ia menciumi wajah Ibunya berulang kali dan menangis kencang.

Renjun tidak peduli, jika tangisannya mengganggu orang lain.

Hatinya sakit di tinggalkan orang yang sangat Ia cintai untuk pergi selamanya, Ia tidak pernah siap untuk ini.

Ia tidak mau di tinggalkan tapi Tuhan mengambilnya karena tidak ingin membuat Ibunya merasakan sakit lagi.

Setelah menangis Renjun pun keluar dengan langkah lemas, rasanya untuk berjalan saja kakinya seperti melayang.

Haechan dan Taeil dengan sigap membantu Renjun untuk berdiri dan memapahnya ke kursi, setelah mendudukan Renjun yang masih menangis tersedu.

Kini giliran Jisung yang masuk ke ruangan, Jisung beberapa kali memundurkan langkahnya.

Ia tidak siap, Ia menolehkan kepalanya melihat Renjun yang masih menangis.

𝐏𝐀𝐈𝐍 : 𝐑𝐞𝐧𝐣𝐮𝐧 & 𝐉𝐢𝐬𝐮𝐧𝐠 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang