02| Lost

2.5K 277 45
                                    

Hari ini adalah hari bersejarah dalam hidup sepasang pengantin baru itu. Setelah sumpah terucapkan, suasana menjadi riuh. Hanna tengah duduk sedikit menjauh dari kerumunan, dia benci jika banyak ibu-ibu yang akan menempel padanya. Toh, Hanna masih SMP, lalu kenapa mereka mau memperkenalkan putra mereka padanya.

Yah, mereka kagum pada Hanna. Dia memiliki kepribadian yang baik, bahkan dia pintar dalam semua hal. Hanna juga memiliki fisik yang terbilang sempurna, kulit putih bersih, halus dan kaki yang jenjang, padahal masih bocah SMP.

Seminggu setelah pernikahan itu, Hanna semakin sulit untuk sekedar bergaul dengan teman-temannya. Pasalnya, setiap kali akan keluar atau sekedar belajar bersama, Yoojin akan melarangnya.

Selama seminggu itu pulak, kedua orang tuanya tidak ada yang tahu bahwa Yoojin sering mengunci Hanna di kamarnya sendiri, lantaran gadis itu selalu mencoba untuk melarikan diri.

"Buka pintunya, ku mohon. Aku tidak akan ke mana-mana, aku janji. Kak, bukan pintunya!"

Sudah setengah Jam Hanna terus-menerus meminta Yoojin untuk membuka pintu kamarnya sendiri.

"Berteriaklah sampai tenggorokanmu sakit. Pintu itu tidak akan terbuka sampai kau benar-benar jera."

Yoojin berjalan menuju ruang televisi, mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.

"Lakukan!"

Malamnya, Hanna tertidur dengan pulas di lantai kamarnya. Dia sudah lelah meminta Yoojin untuk membukakan pintu kamar, tetapi pria itu seakan tuli. Seseorang memasuki kamar Hanna, menggendongnya dan diletakan di atas ranjang. Bahkan tak lupa menyelimuti gadis itu dan mencium dahinya.

"Jadilah gadis baik, Hanna. Kakak sayang kau."

Keesokan harinya, Hanna bangun seperti biasa. Yah kejadian ini bukan hanya sekali ataupun dua kali. Ponselnya berdering, Hanna segera melihat siapa yang menelepon.

"Ini dari Haneul. Ada apa, ya?"

"Halo?"

"Hanna, kenapa kau baru menjawab panggilanku?"

"Kau kenapa? Nada bicaramu sedi-"

"Hanna, aku turut berduka cita."

"Berduka cita? Apa maksudmu?"

"Apa kakakmu belum memberitahukan padamu?"

"Tidak. Memangnya ada apa?" Hanna nampak kebingungan apalagi dia baru bangun tidur.

"Hanna, ayah dan ibumu mengalami kecelakaan semalam. Bahkan beritanya sudah tersebar. Tentu saja, ayahmu seorang pengusaha terkenal di seoul, siapa yang tidak mengenalnya?"

"Ha-Haneul, k-kau tidak bercanda, kan?"

"Lihat saja internet. Berita buruknya adalah mereka akan dimakamkan siang ini!"

"Tidak. Itu tidak mungkin!"

Hanna segera mematikan panggilan dan melempar ponselnya ke segala arah. Beruntung pintu kamarnya tidak terkunci, jadi dia bisa pergi ke luar. Saat akan membuka pintu utama, Yoojin lebih dulu menangkapnya.

"Mau ke mana kau?"

Hanna berbalik menatap kakak tirinya itu dengan air mata yang mengalir tanpa henti.

"Lepas. Aku mau pergi ke rumah ayah dan ibu."

"Aku tidak mengizinkannya. Kembali kekamarmu, sekarang!"

Tentu saja itu perintah bukanlah permintaan. Hanya saja, Hanna harus memastikan sendiri bahwa kedua orang tuanya masih hidup, terlebih lagi ibunya.

"Aku tidak mau. Biarkan aku melihat mereka dan memastikan bahwa mereka baik-baik saja."

The Step Brother-LookismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang