"Ada ribut-ribut apa ini?"
Semua pandangan kini tertuju pada ruang meeting. Wanita yang tadi panik menjadi semakin panik, sementara Hanna kembali menatap nyalang pada satpam-satpam itu. Wanita tersebut berjalan mendekat dan menceritakan semuanya.
"Jadi maksudmu anak-anak itu yang harus bertanggung jawab atas kekacauan yang sudah terjadi?"
"Saya sudah menyuruh mereka untuk keluar dari sini, tetapi mereka tetap tidak mau. Bahkan gadis yang rambutnya sebahu itu menyerang satpam kita hingga kepalanya berdarah, pak!"
"Kau mengusir mereka dengan bagaimana?" tanyanya menatap tajam ke arah wanita itu.
"Eh, maksudnya?"
"Orang yang mau kau usir barusan adalah adikku dan teman-temannya."
Wanita dan satpam yang ada di sana pun terkejut bukan main. Mereka bahkan menjadi semakin panik, apalagi melihat Hanna yang sudah tidak peduli lagi.
"Pak ... I-itu, saya tidak tahu ..."
"Setelah ini kalian datang ke ruangan saya."
Yoojin berjalan ke arah Hanna dan memeriksa apakah adiknya baik-baik saja.
"Kau baik-baik saja?" tanyanya dengan menatap Hanna.
"Aku tidak apa-apa. Bagaimana bisa kakak memperkerjakan orang-orang tak sopan seperti mereka. Mereka bahkan berani menyentuh Bomi."
"Kakak akan mengurus mereka, kalian pergilah ke kafetaria. Sepertinya kalian datang ke sini dan belum makan siang."
"Oh, ada keributan apa?"
"Woah, Hanna?"
Seorang pria berambut pirang berjalan ke arah mereka, dia menatap Hanna dengan senyuman yang khas.
"Nomen?"
"Wah, tak ku sangka kita bertemu lagi."
"Hanna ternyata punya kenalan setampan ini?" bisik Arin pada Bomi.
Seketika keduanya lupa dengan yang sudah terjadi.
"Pergilah. Kakak sedang melakukan meeting, kalau sudah selesai urusan kakak akan menemui kalian."
"Kenapa terburu-buru? Padahal aku masih ingin berbicara dengan adikmu."
"Urusanmu itu denganku bukan dengan adikku."
"Sepertinya situasinya tidak baik. Aku dan teman-temanku akan pergi saja."
Hanna bergegas menarik kedua temannya masuk ke dalam lift.
"Hanna, ternyata kau dikelilingi oleh orang-orang tampan. Aku sangat iri!" ujar Bomi dengan menatap tombolan pada dinding lift.
"Yah, mereka semua tidak waras. Ah, sudahlah. Padahal aku ingin berkeliling di perusahaan ini, tetapi semuanya kacau. Kalian tidak apa-apa, kan?" tanya Hanna khawatir.
"Tenang saja. Berkatmu, kami baik-baik saja," balas Arin dengan tersenyum.
"Syukurlah."
Di kafetaria, mereka sedang menikmati berbagai macam makanan. Tentu saja tanpa harus bayar, apalagi identitas Hanna sebagai adik Yoojin sudah tersebar di penjuru perusahaan Yo.
"Ku rasa kakakmu tidak terlalu buruk!" ungkap Arin dengan memakan kimchi.
"Saat kau selalu di suruh pulang lebib awal, aku selalu berpikir kakakmu itu terlalu posesif. Bagaimana bisa mengekang seorang gadis muda sepertimu. Aku juga sempat berpikir untuk mencoba mengajakmu kabur, haha."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Step Brother-Lookism
Hayran KurguHanna... Seorang gadis cantik yang tinggal hanya berdua dengan ibunya, memiliki kehidupan yang baik dan damai. Setelah pernikahan ibunya dengan seorang pengusaha kaya raya, hidup Hanna berubah 180°, di mana kakak tirinya yaitu Yoojin selalu mengekan...