RADION || 20

1.1K 105 8
                                    

"BANGSAT LO! PASTI LO KAN YANG BOCOR?!" Suara teriakan Raiden memenuhi seantero kelas IPA satu.

Hanya ada mereka berdua di dalam kelas. Semua siswa yang ada di kelas itu telah Raiden perintahkan untuk keluar.

Raiden menarik kerah seragam Axel. Mendorong tubuh cowok itu sampai meja dan kursi yang ada di belakangnya jatuh berantakan.

"B–bukan gue, Bang."

"Halah, bacot! Siapa lagi kalau bukan lo, hah?!" Raiden naik ke atas tubuh Axel. Menahannya lalu melayangkan satu tinjuannya tepat di wajah cowok itu.

"DEN UDAH, DEN!" Para anggota inti Camelion datang di waktu yang tepat sebelum Raiden melayangkan tinjuannya yang kedua.

Dengan menerobos para siswa dan siswi yang mengerubungi depan kelas, Arlan pun berhasil menarik Raiden dan menahan cowok itu di bantu oleh Daplo. Sedangkan Zean membantu Axel berdiri.

"LEPASIN GUE ANJING! KENAPA LO NAHAN GUE?!" Raiden mencoba memberontak.

Jika melihat Raiden marah atau emosi seperti ini, cowok itu benar-benar terlihat mengerikan. Lebih mengerikan dari pada Radion atau yang lainnya.

Sedari dulu Raiden memiliki sifat yang keras dan kasar. Maka jika cowok itu sedang marah, ia akan sangat terlihat mengerikan. Apalagi jika masalahnya kepada laki-laki. Ia tak akan segan-segan untuk menghabisinya.

"Lo ngapain bego?! Ini di sekolah! Lo mau ketahuan kepsek terus di skors?"

"Gue nggak peduli. Emangnya lo pada nggak kesel lihat nih bocah? Nih bocah yang udah bocorin semuanya ke Blidvinter," tunjuk Raiden.

"Lo jangan mikir yang aneh-aneh dulu, Den! Lo nggak punya buktinya," ujar Daplo.

"Iya, Den. Udah, lah! Tuh anak-anak di luar ada yang vidio-in lo. Kalau nanti di sebar ke guru gimana?"

"Biarin aja. Seenggaknya gue bisa kasih pelajaran ke nih bocah! Kalau gue nggak kasih pelajaran, semua yang kita lakuin di Camelion sia-sia tau nggak? Lo mau?! Lo pada nggak peduli sama Camelion?!" Semuanya terdiam.

"Serius lo yang ngelakuin ini semua?" Tanya Galen menatap Axel.

Cowok itu menggeleng kuat. "Nggak, Bang! Gue nggak ngelakuin apa-apa."

"Halah, omong kosong! Lo berani sama gue?!" Bentak Raiden.

Axel kembali menggeleng lalu menunduk.

"Den, apaan, sih?! Dia nggak mungkin kayak gitu. Lagian dia mau tahu dari mana? Dia kan udah nggak gabung di mana-mana."

"Ya lo pikir aja sendiri, Lan! Masa di situasi kayak gini lo nggak bisa mikir? Dia tahu dari siapa lagi kalau bukan dari si Irzan? Mereka kan CS banget."

"Permisi, Bang! Ini ada apa, ya? Kenapa sama Axel?"

Semua tatapan mata langsung tertuju ke arah seorang lelaki yang sudah berdiri di ambang pintu kelas.

"Tuh orangnya dateng! Panjang umur lo, Zan."

Irzan menghampiri mereka. Menatap kaget ruangan kelas yang sudah berantakan serta wajah Axel yang membiru. Ia baru saja datang dari kantin. Sebelum ke kantin, tidak terjadi masalah apa-apa di sini.

"Xel, lo di hajar siapa? Anak-anak Blidvinter lagi? Bilang, Xel!" Irzan mengguncang-guncangkan bahu Axel keras. Tetapi Axel hanya diam.

"Xel—"

"Gue yang hajar!"

Irzan terbelalak ketika mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Raiden, seniornya. Raiden tidak pernah menatapnya seperti sekarang. Tatapan cowok itu benar-benar menyeramkan, seperti menatap dirinya yang sedang menjadi musuhnya.

RADIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang