10-SHAKALARA

28 1 0
                                    

SELAMAT MEMBACA KESAYANGAN AKOHH

"Reen, udah tenang. Lo kenapa sih? Belakangan ini lo aneh banget tau nggak?" Ujar Lara sambil menepuk nepuk pundak Maureen.

Sedari tadi Maureen tak berhenti menangis. Fikirannya kalut, bagaimana jika seseorang beralfabet ke empat belas itu mengetahui penyamarannya selama ini? Bagaimana jika orang tersebut berniat untuk membalaskan dendam kedua orang tuanya melalui dirinya? Ah sudahlah, memikirkannya saja membuat Maureen kembali menangis kejer.

Lara menghembuskan nafasnya pasrah. Ia berdiri dari duduknya dan melenggang keluar kamar untuk mengambilkan Maureen minum. Setelah selesai, ia memberikan gelas tersebut kepada sahabat nya itu "Minum dulu, baru nanti cerita sama gue"

Maureen menerimanya dengan malas, ia meneguk air di dalam gelas tersebut hingga tandas. Lara tersenyum melihatnya, ia pun mengambil alih gelas tersebut dan meletakkannya di atas nakas milik Maureen.

"Cerita sama gue" Kata Lara serius.

Mata Maureen beralih menatap Lara. Ia menggeleng tanda tak mau menceritakan yang sebenarnya.

"Udahlah Reen, lo itu sahabat gue. Gue tau pasti ada yang lo sembunyiin dari gue. Cerita aja Reen, kali aja gue bisa bantu"

Lagi lagi, Maureen hanya menggelng lemah. Matanya menatap kosong gorden di depannya. Pandangannya begitu menyiratkan kehampaan, ketakutan, dan kekhawatiran yang beradu menjadi satu. Lara yang melihatnya pun dibuat meringis.

"Pulang" Celetuk Maureen.

Dahi Lara mengernyit tak faham "Maksudnya?"

"Lo pulang aja Ra... gue butuh waktu sendiri dulu" Jelas Maureen.

"Tapi lo-"

"Pulang Ra!" Tegas Maureen tak mau di bantah.

Lara pun mengalah, ia mnghembuskan nafasnya pelan "Oke gue pulang, tapi lo harus janji setelah ini lo cerita sama gue"

"Pulang" Titah Maureen tak berniat membalas perkataan Lara.

Lara mendengus, ia merasa di kacangi "Iya iya! Gue pulang nih. Jangan kangen!"

***

Athar berjalan dengan langkah lebar dan senyuamn yang senantiasa terbit di bibir pink alami nya itu. Ia berjingkrak bahagia ketika foto milik Ghia sudah selesai dijadikan pollaroid. Saat dirinya melihat jam yang terpampang di kamarnya, senyuman itu memudar. Pukul 19:30 malam.

"Damn! Gue kebablasan!" Umpat Athar saat melihat jendela kamarnya sudah menggelap. Hari sudah berganti malam, apakah ia harus mengunjungi Ghia malam malam seperti ini? Perjalanan dari rumah Shaveena menuju pemakaman umum sekitar lima bas menit. Bisa dipastikan jika ia akan sampai ke pemakaman sekitar pukul delapan malam.

Sejenak, Athar melamun. Ia menimang nimang apakah ia harus mengunjungi Ghia atau tidak. Hari ini adalah hari diamna Ghia berusia tujuh belas tahun, mana mungkin Athar melawatkannya? Ia juga sudah bersikeras membuatkan Ghia kado bukan? Ia tak mau usaha nya sia sia.

"Gue bakal tetep ke makam!"

"Masa bodo sama setan setan yang terpana liat wajah ganteng gue"

SHAKALARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang