Thoma dan Lumine mengikuti Gorou dari belakang sembari menjaga jarak dan saling mengawasi titik buta mereka. Lantai yang berdebu dan lembab serta dinding yang berlumut tidak membuat Gorou gentar meskipun jauh dalam dirinya dia juga takut sebagai seorang manusia biasa. Dia tidak tahu seperti apa musuhnya di bawah sini sebab biasanya di medan perang hanya manusia lain lah yang menjadi musuhnya bukan sesuatu yang tidak bisa dipahami otak manusia normal. Koridor ruangan ini diterangi oleh cahaya lampu yang berkedip-kedip kalau diingat kembali kata para angkatan laut harusnya fasilitas penelitian ini sudah dikosongkan dan tentu saja aliran listrik sudah dipadamkan. Kalau lampu fasilitas penelitian ini menyala artinya tentu saja ada yang datang kesini entah mereka baru tiba atau sudah meninggalkan tempat ini.
Gorou: "Kita masuki bagian asrama dulu dan cari apa saja yang bisa kita temukan"
Thoma: "Harusnya listrik sudah mati kan?"
Gorou: "Kalau begitu kalian berdua tahu kan apa yang sebenarnya terjadi?"
Thoma: "Aku harap bukan sesuatu yang buruk"
Gorou: "Sepertinya itu sesuatu yang mustahil untuk bisa kita hindari"
Mereka tiba di depan koridor yang mengarahkan bagian asrama pegawai. Bagian asrama tidak terlalu besar toh di sini hanya terdapat kamar-kamar tidur yang tidak lebih dari tiga puluh kamar. Gorou, Thoma, Lumine mengecek satu-persatu kamar tidur pegawai yang terdiri dari dua ranjang susun artinya satu kamar di isi oleh empat orang. Dua lemari pakaian, dua meja kerja kursi, dan dua meja lampu tidur yang sudah berdebu dan dihiasi juga jaring laba-laba. Dari kamar nomor satu hingga duapuluh sembilan tidak ada satupun yang bisa dijadikan petunjuk. Kamar-kamar disitu hanya tersisa pakaian-pakaian lusuh dan rusak tidak ada yang meninggalkan berkas, catatan atau apapun yang mengisahkan kejadian beberapa tahun lalu di bawah sini.
Thoma: "Kamar nomor 30"
Lumine: "Bisa terbuka?"
Thoma: "Keras sekali! Mungkin engsel pintunya serta lubang kuncinya sudah berkarat jadi sulit terbuka"
Lumine: "Mundur kalian jaga jarak biar aku buka pintunya"
Gorou: "Oke"
Keduanya mundur hingga beberapa meter saat Lumine mengangkat godamnya dengan jarinya kemudian gadis itu mundur beberepa langkah hingga mencapai dinding ujung koridor. Jarinya dia gunakan bagaikan tongkat sihir diayunkan lah jarinya untuk mengangkat godam itu.
(BAAAAAAM!)
Lumine: "Tada! Pintu terbuka!"
Gorou: "Kalau begini musuh bisa langsung tahu kita ada di mana"
Lumine: "Tenang saja kan kita ini bersenjata kita bisa mengalahkan mereka dengan mudah"
Gorou: "Lumine kau ingat kan kalau Thoma dan aku hanyalah manusia biasa yang tidak punya kemampuan psikis seperti kalian?"
Lumine: "Kekuatan manusia yang sebenarnya itu datang dari keinginan dan usaha mereka"
Gorou: "Doktor sering mendoktrinmu dengan ideologi seperti itu yah"
Lumine: "Daripada dididik aneh-aneh kan"
Gorou: "Oke mari kita lihat ada apa di dalam sini"
Mereka memasuki pintu kamar dan menemukan hanya ada satu ranjang, satu lemari pakaian, satu meja kerja, dan satu meja lampu tidur. Sepertinya kamar ini khusus untuk seseorang yang harus bekerja sendirian terlihat dari berbagai furnitur yang hanya tersedia untuk satu orang. Mereka mulai mengecek isi laci, lemari hingga bawah kasur di kamar itu meskipun untuk kesekian kalinya mereka harus menghirup debu.
Thoma: "Uhuk! Uhuk! Untung saja kita membawa masker"
Gorou: "Hei, lihat sepertinya kamar bukan milik seorang peneliti"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mind Diver Team: Di Bawah Tanah
Fanfiction"Sebagai kelanjutan dari saga epik 'Mind Diver Team', seri kedua ini mengajak pembaca untuk menyelami lebih dalam semesta alternatif 'Genshin Impact' yang dipenuhi misteri dan horor. Karya fiksi ilmiah ini menghadirkan sebuah petualangan baru yang p...