XIII. Bandit

820 99 1
                                    

Happy Reading :)

Elvior menatap tenang matahari yang nyaris tenggelam diujung gunung bersama Miraguel disampingnya dengan senyum mengagumi siluet jingga dan nila.

"Aku sangat menyukai saat terbenamnya mentari," Gumam Miraguel menatap sang Putera Mahkota yang turut memandang mentari.

"Mengapa?" Tanya Elvior.

Miraguel tampak memikirkan sesuatu, mencoba bertanya dalam dirinya, "Mungkin dengan menatap langit disaat petang mampu membuatku berpikir jika setidaknya alam mampu memberikan yang terindah untuk hari yang usai."

Sangat naif. Elvior terkekeh pelan. Tak ada yang lucu, ia hanya menertawai dirinya yang terjebak dalam sebuah ikatan yang tak diinginkannya. Untuk apa alam memperlihatkan keindahan bila tak mampu menghibur hatinya? Jujur saja ia telah berusaha menghilangkan sosok Adraenneth dalam pikirannya, namun sosok Miraguel tak mampu membantunya dalam hal itu.

Miraguel dan Adraenneth adalah orang yang berbeda. Miraguel merupakan perempuan yang sangat patuh, apa yang diperintahkan oleh Elvior akan senantiasa diikutinya, menolakpun dengan tanpa paksaan dan alasan yang mampu ditangkis Elvior, sangat cocok menjadi permaisuri. Tak seperti si keras kepala Adraenneth. Bagaimana keadaan perempuan itu?

"Menurutmu seperti itu, namun yang terjadi pada manusia berbeda. Tidak selamanya memiliki hari yang indah seperti langit jingga itu," Balas Elvior.

Dan sesuai dugaan Elvior jika Miraguel tak akan membantahnya meski Elvior dapat melihat tatapan penolakan akan asumsinya. Benar-benar membosankan. Kini dirinya kembali pada sesuatu yang sama dari sebelumnya, monoton. Namun, setidaknya ia masih memiliki Zerkan yang kadang memberinya pertimbangan dengan asumsi berbeda darinya. Mengingat Zerkan, sepertinya pengawal pribadinya itu harus bertemu dengannya. Seharusnya Zerkan sudah melaporkan sesuatu.

"Bagaimana dengan iring-iringan yang akan kita lakukan?" Tanya Miraguel.

"Iring-irigannya akan bertepatan dengan pernikahan Dazeel," Jawab Elvior.

Miraguel terdiam, tak tahu akan apa yang perlu mereka bahas lagi. Ia mencoba membangun hubungan baik dengan pendampingnya itu, namun Elvior adalah orang yang sangat cuek, berbicara seadanya sesuai dengan apa yang mereka bahas. Tak pernah Elvior memulai percakapan atau topik baru dalam percakapan mereka.

"A-aku, apa sebelum kita menikah.. kau memiliki orang yang kau cintai, Putera Mahkota?" Tanya Miraguel ragu.

Elvior terdiam. Menimbang akan apa yang harus ia jawab. Menceritakan tentang Adraenneth mungkin bukan sesuatu yang baik.

"Aku melihat kau adalah lelaki yang menjadi dansa pertama Puteri Adraenneth di penobatan kedewasaannya," Tambah Miraguel lagi.

Elvior mungkin tak bisa meremehkan analisa Miraguel, perempuan itu terlalu peka dengan kondisi. Ia cerdas dalam menganalisa, mungkin itu yang membuatnya menjadi pendiam, karena ia menganalisa dalam diamnya.

"Haruskah aku terlalu jujur dengan perasaan masa lalu ku padamu?" Tanya Elvior sedikit sarkas, namun Miraguel menganggapnya hanya pertanyaan biasa.

"Mengapa tidak? Aku adalah pendampingmu sekarang, bukan?"

Elvior menahan decak. Ia sangat tak senang mendengar kata pendamping itu keluar dari mulut perempuan yang berbeda. Astaga mengapa ia jadi begitu tergila-gila pada Adraenneth? Ini pasti karena perasaan bersalahnya yang tak mampu menepati janjinya.

"Ya. Aku mencintai Adraenneth," Sahutan frontal itu membuat Miraguel terpaku. Ia tak menyangka jika seorang Elvior benar-benar tak berperasaan. Tidakkah Elvior bisa mengatakan itu dengan pelan dan halus?

Make Me Your Queen [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang