XXXIX. Persidangan

707 75 3
                                    

Happy Reading ^^
.
.
.

Elvior bertemu Dionza di ujung gerbang istana Axiron. Dua pemuda itu saling menatap dalam tujuan yang sama, kembali menggelar perkara Putri Adraenneth.

Awalnya Raja Kalvian terkejut mendapati kabar tersebut dari putranya. Putranya itu tidak hanya mempertaruhkan nama saudarinya, namun juga dengan berani melawan ibunya sendiri. Dionza tak peduli.. ia yang akan meneruskan kerajaannya di masa depan sudah seharusnya menegakkan keadilan meski harus melawan sang Ibu yang melahirkannya.

"Terima kasih sudah sampai sejauh ini," Elvior memecah keheningan diantara mereka membuat Dionza tersenyum miring.

"Ingatlah jika aku yang lebih dulu mencintai kakakku dibanding kau, Yang mulia. Jadi, aku yang seharusnya berterima kasih, kau bisa saja membuat Auvory menyerang kerajaanmu," Ejek Dionza penuh ketulusan.

"Kalau begitu, kau juga harus ingat jika kerajaanku memiliki armada dan prajurit militer yang mumpuni jika harus melawan Auvory," Balas Elvior sedikit arogan.

Saling melempar senyum mengejek, mereka akhirnya kembali ke mode serius. Akan banyak yang mungkin mereka korbankan di kemudian hari setelah ini. Semoga saja semuanya berjalan lancar.

Mereka berbalik dengan kompak menghadap istana Axiron diikuti beberapa pengikut mereka. Inilah saatnya, saat dimana kesempatan itu terbuka. Kesempatan dimana Adraenneth dapat menghirup udara dengan bebas, dimana Adraenneth dapat kembali menyandang namanya tanpa ketakutan.. saat dimana Elvior dapat meraihnya, walau ia tak sadar jika hal itu merupakan rintangan yang harus dilaluinya lagi.

...

"Cukup sudah kau menangis disini!" Hardikan di belakang Adraenneth menyadarkannya jika ia tak sendiri di samping persik biru itu.

Adraenneth berbalik mendapati Putri Mahkota Molvia yang menatapnya tajam penuh emosi. Tercetak jelas kemarahan itu, meski Adraenneth tak tahu darimana Miraguel mengetahui segalanya.

"Apa yang ada dipikiranmu Adraenneth!! Mengapa kau menyetujui sesuatu yang konyol hanya demi pelayan rendahanmu itu!" Hina Miraguel kembali. Tak membiarkan Adraenneth menjawab, ia terus mencecarnya penuh kemarahan, "Kau pikir bisa menjadi pahlawan dengan membunuh mimpi sang penerus tahta Molvia?! Aku kecewa padamu, Adraenneth. Kau tak lebihnya seperti rubah yang berpura-pura mati untuk menyelamatkan diri! Ohh, aku bisa saja membunuh pelayanmu itu didalam penjara sekarang!"

Tak senang mendengar cercaan dan ancaman Miraguel, Adraenneth terpancing untuk membalasnya tak kalah frustasi, "Anda pikir ini keinginanku? Tanyakan saja pada Raja Emegreen mengapa ia mengajukan hal seperti itu!"

"Kau bisa menolaknya dengan mengorbankan pelayan rendahanmu itu!"

"Lalu bagaimana jika aku tak hanya mengorbankan Phoebe dalam hal ini?!" Sentak Adraenneth telak membuat Miraguel terdiam. "Bagaimana jika aku menolak dan bukan saja mengorbankan Phoebe?"

"Apa maksudmu?" Perlahan kemarahan Miraguel memudar dengan sorot keraguan.

"Dalang dari penuduhan Phoebe menginginkan hal yang lebih besar dari ini. Phoebe hanya batu loncatan untuk dijadikan sebagai tujuan yang lebih besar. Mereka menginginkan tahta Elvior," Ucap Adraenneth pelan.

Miraguel diliputi perasaan gamang, dalang dibalik semuanya sungguh licik. Jadi karena hal itu mengapa kabar hubungannya dengan Leivieth terbongkar. Mereka ingin memperkeruh kerajaan dengan skandal lalu disaat kerajaan lengah mereka akan kembali menyerang hingga Elvior turun dari tahtanya.

"Siapa dalang dibalik semuanya? Menurutku tak ada yang lebih berpotensi.. oh tidak.." Ucapan Miraguel memelan disaat menyadari siapa yang berpotensi menjadi Putra Mahkota jika Elvior diturunkan.

Make Me Your Queen [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang