Part 7 update😉
Check it out
⬇️⬇️Senin.
Tin tin
Suara klakson mobil terdengar di telinga Anna. Sontak saja Anna dan siswa siswi lain menoleh ke sumber suara. Ada yang berjalan santai tanpa menghiraukan. Ada juga yang menatap tajam pada penguna mobil karena mengagetkan mereka.
Anna yang hafal betul dengan mobil itu segera berlari kecil mendekat.
Pemilik mobil lantas langsung menuruni kaca disebelah kursi kemudi.
"Kok om disini?" Ternyata Adam.
"Jemput kamu lah"
Anna dengan gugupnya melirik sekeliling dimana mata para murid lain tertuju ke arahnya menatap dengan raut bertanya.
Siapa yang tidak bingung. Seluruh sekolah sudah tau bahwa Anna adalah anak dari seorang pecandu narkoba dan juga dari kalangan orang bawah alias miskin.
Lantas siapa yang menjemput Anna saat ini. tidak mungkin ayahnya.
Semua orang tampak berbisik satu sama lain sambil terus berjalan melewati mobil itu. Sesekali melirik penasaran kepada pemilik mobil.
Anna segera masuk ke dalam mobil. Tidak mungkin juga dia menolak jemputan Adam dengan dalih bahwa dia malu dan takut jadi bahan perbincangan. Besok pasti trending pikir Anna.
"Kok pulang cepet?" Tanya Anna sembari memasang seatbelt nya.
"Terserah saya lah. Kan saya bos nya"
Terdengar angkuh Adam menjawab setelah melajukan mobil nya menjauhi kawasan sekolah Anna."Heuum sombong" Anna bersedekap mengerucutkan bibirnya.
"Mau makan?"
"Boleh"
"Makan apa?"
"Terserah om deh"
"Hmm perempuan"
Supermarket jadi tujuan Adam kali ini. Adam melihat rak di sisi kanan dan kirinya sambil mendorong troli belanjanya. Anna? Gadis itu membuntuti Adam bak anak kucing.
"Kamu kalo ada yang mau dibeli ambil aja"
Mendapatkan lampu hijau dari Adam, Anna segera memutar balik berlari kecil ke rak yang sedari tadi menjadi incarannya.Tangannya bergerak sangat gesit mengambil banyak nugget kemasan. Lalu membalikan tubuhnya lagi menuju tempat Adam untuk meletakkan nugget nugget nya di troli.
Adam hanya bisa terdiam menatap nugget nugget yang lebih mendominasi isi trolinya. Lalu melirik ke arah Anna yang tersenyum bak anak kecil yang mendapat permen.
Adam paham, mungkin di kondisi Anna yang sedang seperti ini butuh berkali-kali dalam berpikir untuk sekedar membeli makanan yang dia inginkan.
Adam tau Anna selalu mementingkan sang bunda. Lebih baik Anna kumpulkan uang untuk pengobatan bundanya dibandingkan membeli apa yang sedang diinginkannya. Anna adalah contoh anak yang berbakti.
"Cuma ini?"
Adam kembali menawarkan kalau saja masih ada yang ingin dibeli gadis itu."Ini aja hehe"
Adam kembali berjalan melanjutkan kegiatannya memilih-milih bahan makanan.
Anna pun kembali membuntuti Adam sambil sesekali melirik kanan kiri guna mencari kalau saja ada barang yang menarik perhatiannya.Sangking fokusnya melirik isi rak, Anna sampai tak melihat Adam yang kini sudah berhenti berjalan.
Brukk
Alhasil tubuh Anna sukses menabrak punggung keras Adam.Anna hafal betul bau parfum Adam. Bahkan ketika Adam tak memakai parfum sekalipun, Anna tau betul bau maskulin khas dari tubuh Adam.
Tapi kali ini beda. Anna mencium bau yang berbeda. Seperti...parfum wanita.
Adam lantas menoleh saat Anna menabrak tubuhnya.
"Kamu kenapa?""Gapapa. Ga fokus aja tadi jalan"
Adam kembali lanjut memilih barang."Om ganti parfum?"
"Enggak. Kenapa?"
Adam kembali bertanya tanpa melirik Anna. Masih melirik barang yang ada ditangannya.Tak mendengar jawaban dari Anna, lantas Adam menoleh mendapati gadis itu menggigit bibir bawahnya seperti menahan sesuatu.
"Kamu kenapa?"
Anna menoleh mendapati tatapan bingung dari Adam. Kemudian tersenyum kecil "heemm gapapa"
Setelahnya, Adam segera menuju kasir lantas membayar belanjaannya lalu pulang.~•~
Hening..
Tak biasa Anna terdiam seperti ini. Pikirannya berputar. Dia bingung. Haruskah bertanya atau diam saja? Batin nya terus menyuarakan pertanyaan yang sama.Saat ini mereka sudah ada di rumah Adam. Selesai makan siang tadi, Anna termenung di depan Tv besar milik Adam. Sedangkan pemiliknya saat ini sudah berkutat dengan berkas-berkas di meja kerjanya yang bersebelahan dengan ruang tengah. Hanya dibatasi sekat berongga yang memungkinkan untuk melihat ke ruang yang lain.
Keterdiaman Anna yang tak biasa ini pun menarik perhatian Adam untuk bertanya.
"Kamu kenapa?"Lantas Anna menoleh dan kembali tersenyum kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Cuma kepikiran bunda.""Aku mau pulang aja om." Lanjutnya seraya mengambil tas nya di atas meja.
Adam segera berdiri, melepas kacamata nya, meletakkan nya di meja lalu berjalan mengikuti Anna menuju pintu rumahnya.
"Mau dianter?" Suaranya itu selalu terdengar lembut. Membuat Anna enggan pulang.
"Enggak usah om." Jawab Anna yang sudah membuka pintu
"Besok kesini lagi kan?"
Biasanya Anna yang berkata seperti itu. Tapi kali ini Adam nampak enggan ditinggal sampai-sampai pria itu bertanya duluan.
Anna tak menyuarakan jawabannya. Hanya mengangguk, detik selanjutnya hanya ada keterdiaman Adam sendiri. Apa yang salah dengan anak itu? Batin Adam.
~•~
Selama di dalam bus, Anna masih berkutat dengan pikirannya. Pandangannya mengarah keluar melalui celah jendela bus. Apa Adam sudah punya pacar? Apa Adam ga sanggup nunggu sampai Anna lulus lalu menikah?
Ah Anna hampir gila memikirkannya.
Sampai di rumah, Anna segera menghapus semua pikiran negatif itu. Ia tak mau terlihat kacau di setidaknya saat bersama bunda.
"Bunda, Anna bawa nugget" dengan sumringah Anna menunjukan kantong belanjaan kehadapan bundanya.
"Kok banyak banget? Dapet dari mana?"
"Dibeliin om Adam"
"Kamu itu. Jangan ngerepotin Adam terus"
"Yeeee gapapa kok. Om Adam kan banyak duit" dengan santainya menjawab sambil memperlihatkan deretan gigi rapihnya. Meletakkan nugget-nugget itu kedalam kulkas lalu istirahat. Ia ingin menghilangkan semua pikiran negatif di kepalanya.
Hai
Sorry ya aku baru update. Aku kepikiran kek nya cerita ini ga terlalu menarik.
Tapi sekarang aku berusaha buat lanjutin lagi dan cari inspirasi biar ceritanya lebih menarik :)
Kritik dan saran kalian sangat diperlukan so, silakan berkomentar apabila ada kata yang salah atau penulisan yang tidak tepat;)
Arigato gozaimasu🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
a place
De TodoBesok aku main kesini lagi ya om" Selalu seperti itu setiap hari. Tak pernah dilewatkannya satu haripun tanpa mengatakan kalimat tersebut. Atau... . "Pulang dulu ya om, besok aku main kesini lagi" . . "Dadah, besok aku kesini lagi ya" . . Tapi hari...