8 Cinta adalah ....

163 55 6
                                    

"Allah selalu mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Allah selalu mendekat. Kita saja yang sering kali menjauh."

~~oOo~~

Apa itu cinta?

Pertanyaan itu menyeruak di benak Kamala saat dia merebahkan diri di tempat tidur. Pandangan wanita itu tertuju ke langit-langit kamar yang kusam.

Indekosnya mengenaskan. Suram dan murung. Sesuai dengan suasana hati Kamala saat ini. Namun, lampu putih yang menyala terang di tengah plafon seolah menjadi setitik cahaya bagi jiwa Kamala yang kering.

"Kenapa Dion gampang banget ngelamar orang?" Wanita itu melontarkan tanya pada diri sendiri. "Kayak nggak difilter gitu kalau mau cari istri. Asal nemu di jalan aja terus ambil. Hah, memangnya aku kucing?"

Embusan keras napas Kamala terdengar. Wanita itu berguling-guling di atas tempat tidur. Sudah hampir subuh, tetapi kantuk tak juga kunjung menyapa.

Sekonyong-konyong ingatan Kamala melayang pada sosok Sarah. Sontak wanita itu duduk tegak dengan mata nanar.

"Apa-apaan ini? Kenapa aku malah jadi ingat adik Dion?"

Kamala beringsut turun dari tempat tidur. Dia berjalan ke arah lemari kayu estetik hasil penjelajahan di salah satu e-commerce besar. Wanita itu mematut diri di cermin yang tertempel pada pintu lemari.

"Yang dipakai Sarah itu namanya kerudung, kan?" Kamala bertanya pada pantulan dirinya di cermin.

Profesinya sebagai editor menuntut Kamala banyak membaca untuk mengasup informasi. Wanita itu mampu memahami perbedaan antara jilbab, kerudung, dan khimar dengan baik. Hanya saja dia tidak pernah menggunakan atribut keagamaan ala kaum muslimah itu.

"Dion tadi sembarangan jawab pertanyaanku. Astaga. Kalau beneran jadi istri dia, bisa berabe aku." 

Kamala menyentuh kepalanya. Helaian halus rambut sehitam langit malam itu berkilau tertimpa sinar lampu. Wanita itu menghela napas panjang.

"Adiknya saja setertutup itu. Aku nggak bakalan bisa jadi wanita sesuai standar Dion."

Kamala teringat lagi percakapannya dengan Dion sepulang kerja tadi. Pria itu secara gamblang menyatakan persetujuannya untuk melamar Kamala. Jawaban yang tentu saja disambut tawa kecil oleh wanita itu.

Bagaimana tidak jika mereka saja baru bertemu dalam hitungan jam. Kamala tidak mengenal Dion. Yang terpenting lagi, Dion tidak mengenal Kamala.

Jika pria itu sampai tahu latar belakang Kamala, niscaya Dion akan segera mundur cepat dan menyesali keputusannya melamar Kamala. 

"Sudahlah. Itu cuma candaan aja. Mana mungkinlah Dion beneran ngelamar aku."

Kamala membesarkan hatinya sendiri. Dia membuka lemari. Tidak ada item fesyen bernama kerudung di sana. Namun, Kamala punya beberapa syal yang sering digunakan saat musim hujan tiba.

Blasio NoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang