Muslims worried about the future. But remembering that Allah is the best planners.
~~oOo~~
"Aduh, apaan sih?" Kamala langsung bersuara keras.
"Kamu yang kenapa! Otak dipakai, jangan ego doang digedein!"
Kamala melongo. Dia mencoba balik badan, tetapi tertahan pelukan erat dari belakang.
"Di–Dion …," sapa wanita itu rikuh.
"Aku nggak bakal lepasin kamu sebelum kamu janji satu hal dulu," ucap pria itu tepat di telinganya.
"Jan–janji apa?" Kamala gugup. Dia bisa merasakan panas tubuh Dion yang membuatnya salah tingkah.
"Janji jangan mencoba bunuh diri."
Seluruh indra Kamala mendadak mati rasa. Wanita itu melongo. Matanya mengerjap-ngerjap bingung.
"Kamu ngomong apa, sih?" Kamala tak tahan memendam perasaan.
"Janji jangan coba lompat dari jembatan penyeberangan."
Kamala terperangah. Kali ini seluruh rasa malu yang sempat dirasakannya sirna sudah. Berganti rasa geli yang membuatnya tak tahan untuk tidak tertawa.
Jadi, itulah yang dilakukan Kamala. Mulut mungilnya meloloskan tawa kecil yang semakin lama berubah jadi gelak keras. Wanita itu terbahak-bahak, tidak peduli dirinya tengah jadi tontonan orang-orang sekarang.
Melihat Kamala tertawa, pengawasan Dion mulai longgar. Perlahan dilepasnya pelukan. Namun, pria itu masih waspada dengan sosok Kamala.
"Astaga, kamu salah paham, Dion." Wanita itu mengusap air mata yang menetes di sudut penglihatan. Susah payah dia menghentikan tawa.
"Salah paham bagaimana?" Dion menyipitkan mata.
"Aku tak sedang mencoba bunuh diri. Astaga." Kamala geleng-geleng kepala.
Dia berjalan cepat meninggalkan lokasi jembatan penyeberangan. Langkah wanita itu lebar-lebar. Setelah situasinya berjalan normal, Kamala baru merasakan jelas tatapan tajam menusuk disertai sorot penasaran dari orang-orang.
Dan itu membuatnya malu.
"Kamala, tunggu!"
Dia tidak menggubris perintah Dion. Kaki Kamala terus berjalan menuruni tangga baja. Sampai akhirnya dia kembali menjejak trotoar dan bergabung dengan para pejalan kaki yang lain.
Sayangnya pergerakan Kamala kembali tersendat. Citra di sekelilingnya kembali mengabur. Kamala berhenti di tepi trotoar, merapat ke satu pagar sekaligus papan nama sebuah perusahaan asuransi besar.
Jantungnya kembali berpacu cepat. Kamala memejamkan mata. Otaknya mulai memutar seluruh memori tentang teknik meditasi yang ditontonnya di YouTube. Tarik napas. Embuskan. Tarik napas lagi. Embuskan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blasio Note
SpiritualBagaimana jadinya bila seorang penulis tidak mampu menulis lagi? Kamala adalah seorang editor sekaligus penulis dengan gangguan kecemasan akut. Penderitaannya makin bertambah setelah dokter memvonis wanita muda itu menderita ablasio retina. Putus as...