5. Hujan

59 21 1
                                    

Hujan itu tidak hanya membawa air, tapi juga membawa berkah

-Daniel
.
.
.

Salah satu kebiasaan buruk Lea adalah lupa waktu jika sudah mengerjakan tugas. Seperti saat ini, Lea bahkan tidak sadar jika perpustakaan fakultas sebentar lagi tutup. Lea begitu asik dengan tugasnya sejak siang tadi. Bahkan ia sampai melupakan makan siangnya. Sungguh kebiasaan yang amat buruk.

Lea segera mengemasi barang-barangnya saat pustakawan memberitahukan bahwa perpustakaan akan tutup. Tugasnya belum selesai, maka dari itu Lea berencana berpindah ke kafe sekalian mencari makan. Namun saat keluar dari perpustakaan, Lea dikejutkan dengan hujan yang turun begitu lebat. Ia tidak tahu jika hujan tengah mengguyur karena saat di perpustakaan telinganya tertutupi dengan earphone yang memutarkan lagu-lagu kesukaannya.

"Yah.. gimana dong ini? Mana enggak bawa payung." Keluhnya saat menyadari bahwa dirinya akan basah kuyup jika memaksakan diri menuju parkiran.

Hujan kali ini benar-bener deras ditambah lagi sesekali petir tampak menyambar, membuat nyali Lea sedikit menciut. Lea menoleh ke sekelilingnya. Sepi... gedung tempat dimana Lea berada adalah gedung dekanat yang hanya berisi perpustakaan, ruang dekan, ruang dosen serta staff kantor. Maka dari itu saat sore seperti ini keadaan gedung sangat sepi, berbeda dengan gedung pembelajaran atau pusat kegiatan mahasiswa yang biasanya tetap ramai meski malam menyapa.

Lea menepi, memilih mendudukkan badannya di salah satu kursi yang ada di lobby gedung, menunggu hujan sedikit reda agar ia bisa berlari menuju parkiran. Lea mengeratkan cardigannya saat angin berhembus cukup kuat. Seketika tubuh Lea meremang merasakan hawa dingin yang menusuk kulit. Hal itu mendadak membuat Lea jadi semakin menyesal karena tidak membawa jaket dan hanya mengenakan cardigan tipis.

"Kok bisa hujan sih, padahal tadi panas banget. " Gumam Lea lagi.

Lea melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul lima lebih tujuh, lagit benar-benar semakin gelap, gedung juga semakin sepi, beberapa menit yang lalu ia melihat dua pustakawan keluar gedung dengan satu payung untuk berdua. Itu artinya hanya dirinya yang ada di gedung ini.

Mendadak Lea menjadi semakin meremang saat pikirannya membayangkan hal yang tidak-tidak. Rasanya ia ingin segera berlari menuju parkiran. Namun sekali lagi, ia mengkhawatirkan laptop dan buku-bukunya.

Alhasil setelah cukup lama berpikir, tepat pukul jam lima lebih dua puluh Lea memutuskan untuk menerjang hujan. Namun, saat baru saja ia melangkahkan kaki, mendadak sebuah petir menyambar begitu kerasnya. Tidak hanya itu, petir juga menyambar sebuah ranting pohon yang membuat sebuah ranting yang cukup besar jatuh begitu saja.

Lea yang terkejut pun turut terjatuh. Lea terduduk dengan lemas. Mendadak ia seperti tidak memiliki tenaga. Sungguh rasanya ia benar-benar ingin menangis saat ini.P

**

"Mau kemana?."

Jati bertanya saat tiba-tiba Daniel beranjak dari duduknya. Daniel dan anak-anak kontrakan tengah nongkrong asik di Magnolia. Menikmati kopi hangat di sela-sela hujan lebat.

"Kampus."

"Lah ngapain jam segini di kampus? Terus kita gimana?." Tanya Arka, mereka ini datang bersama dengan mobil Daniel. Lalu jika Daniel pergi mereka semua bagaimana?.

"Nanti gue balik lagi jemput kalian.. atau gini aja, nanti kalian pesan taksi online biar gue yang bayar."

"Memangnya mau ngapain sih jam segini ke kampus?. Bentar lagi magrib." Imbuh Keenan.

DanileaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang