[20]

3.9K 708 72
                                    

Dan pilihan Jihoon ternyata jatuh pada rumahnya sendiri. Idiot, tapi tidak ada tempat lain yang terdengar strategis untuk keadaan seperti ini selain rumahnya.

Jihoon tidak mungkin membawa Hyunsuk ke kafe atau tempat makan lainnya, meski ia lapar tapi ini bukan saat yang tepat untuk makan.

Tidak mungkin pula mengajak Hyunsuk ke sebuah taman atau sejenisnya, ini hampir malam, banyak nyamuk.

Maka, rumah tentu saja pilihan terbaik.

Karena itu, di sinilah mereka. Di ruang tengah rumah Jihoon tengah duduk bersebelahan dengan canggung.

Hyunsuk berniat menyalakan rokok untuk memberikan sedikit keberanian baginya guna meminta maaf.

Tapi sebelum itu terjadi, Jihoon menahan tangannya.

"Sori, kak, sori banget. Lo gak bisa ngerokok di rumah gue. Lo tau sendiri alesannya."

Ah, ya. Hyunsuk tahu, Ayah Jihoon seorang abdi negara, seorang tentara. Merokok jelas hal yang sangat dilarang bagi keluarganya.

"Sori, gue lupa. Kebiasaan juga kalo lagi semrawut."

"Gapapa." balas Jihoon semakin merasa tidak enak.

"Ekhm," Hyunsuk berdehem. Baiklah, tidak ada gunanya merasa canggung atau pmenunda-nunda lagi.

"Gue mau minta maaf, udah egois dan kekanakan. Harusnya gue gak gitu, lo sama Sunwoo udah gitu sejak dulu, tolol kalo tiba-tiba gue cemburu sama hal yang biasa."

Di luar dugaan, Jihoon justru tertawa lega daripada menyalahkan Hyunsuk seperti apa yang diperkirakan pria itu.

"Sebenernya tuh ini gak masalah sama sekali, aku malah seneng dicemburuin gitu meski sama orang yang gak masuk akal," Jihoon tertawa lagi.

"Soalnya kalo kamu cemburu itu artinya kamu sayang—uhm, cinta juga mungkin hehe... Tapi aku lagi sibuk kemaren, mau turnamen jadinya latihan terus, tugas juga kayak gak ada abisnya.

Jadinya aku diemin kamu dan terkesan kalo aku kesel atau mungkin marah sama kamu. Padahal nggak, dan kamu gak harus minta maaf. Nggak salah, kamu berhak."

"Jelek banget omongannya, kayak Yeonjun."

"Kamu bukannya pernah berharap punya soulmate kayak bang Yeonjun?"

"Iya, tapi bukan bagian ininya. Bagian banyak duitnya." keduanya tahu itu hanya candaan, karenanya muncul tawa renyah.

"Aku minta maaf soal ngumpat malem itu."

Hyunsuk menggeleng, "gapapa, aku yang duluan ngatain kamu."

Lagi, keduanya tertawa seolah mereka tidak pernah bertengkar atau saling diam.

"Baikkan, ya, kita?" kali ini Hyunsuk mengangguk dan tersenyum manis sampai rasanya permen paling manis di dunia sekalipun akan berkecil hati, merasa kalah.

Tanpa sadar tangan Jihoon terulur, mengusap pipi dan sudut bibir Hyunsuk pelan. Membuat yang diberi sentuhan fisik menegang.

"Can I kiss you?"

Butuh waktu lebih satu menit bagi Hyunsuk untuk bisa merespon, dan respon yang ia berikan hanya berupa anggukan kecil.

Tapi itu lebih dari cukup bagi Jihoon untuk yakin bahwa Hyunsuk tidak akan mengutuknya jika ia memajukan wajahnya dan mendekatkan bibirnya pada bibir si kakak.

Sedikit tersenyum begitu melihat Hyunsuk secara naluri menutup matanya, menunggu Jihoon dengan tidak sabaran.

Terbukti dengan tangannya yang sedikit menarik kerah Jihoon.

My Stupid Soulmate [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang