[24]

3.7K 667 26
                                    

Hyunsuk berusaha sangat keras untuk menarik perhatian Seolhee—Bunda Jihoon. Tapi apapun yang ia lakukan sepertinya terlihat sangat salah di mata sang Bunda.

Terbukti ketika Jihoon membawa Hyunsuk kembali ke rumahnya, Seolhee selalu bersikap sinis. Memandang Hyunsuk rendah dan terus mengungkit-ungkit kesalahan yang terjadi di masa lalu.

Tak jarang Jihoon berakhir berdebat dengan Bundanya, berujung Hyunsuk harus menelan pahitnya dicampakkan dan pulang dengan perasaan tidak enak.

Hyunsuk pernah meminta Jihoon untuk beristirahat, setidaknya sampai Seolhee mau berdamai dengannya sedikit saja.

Tapi Jihoon menolak, tidak ada yang lelah. Jadi mereka tidak butuh istirahat. Padahal nyatanya Hyunsuk sangat lelah.

"Kamu kuliah jurusan apa?"

Mereka mencoba untuk yang kesekian kalinya, kembali datang ke rumah yang kini terasa seperti ruang ujian.

"Arsitektur, tante." balas Hyunsuk ramah. Sangat ramah, melupakan fakta bahwa pertanyaan yang dilontarkan Seolhee bernada sinis.

"Bisa masak?"

"Jelas nggak, Jihoon gak mungkin ngeluh laper kalo kamu bisa masak." tentu saja, selalu seperti itu.

"Bunda," dan Jihoon memohon. Meminta pada Seolhee untuk berhenti memojokkan Hyunsuk.

"Kamu aja bisa masak masa dia nggak," Seolhee menatap Hyunsuk dengan ujung matanya. "Nanti kamu yang ngelakuin segalanya buat dia? Kamu yang kerja, kamu yang masak sama ngurus rumah juga. Dia cuma ongkang-ongkang kaki persis kayak anak Mami."

"Tante, maaf, saya bisa belajar."

"Sekarang udah bukan waktunya belajar, harusnya kamu udah ahli. Gimana sih?"

Jihoon meremat tangan Hyunsuk, berusaha menguatkan kasihannya dari celaan Seolhee yang seolah tidak ada habisnya itu.

"Bisa rapihin rumah?"

"Bisa. Kak Hyunsuk jago rapihin sesuatu. Dia nyusun menara dari lidi aja jago banget, apalagi rapihin barang gede. Ya, 'kan, kak?"

Hyunsuk dan Jihoon tercengang mendengar Jisung tiba-tiba ikut bergabung dengan obrolan tidak nyaman itu.

Duduk di samping Seolhee dan berkedip pada Hyunsuk.

"Kak Hyunsuk juga bisa masak, lebih hebat dari abang kalo dia emang mau."

Seolhee terlihat tidak suka, tapi dia tetap tersenyum pada Jisung. "Sana jemput Sunwoo, ajak main ke sini nanti Bunda masakkin."

Hati Hyunsuk tercabik sakit melihat Seolhee baik terhadap orang lain sementara padanya terlihat seperti Ibu Tiri.

Seolhee bahkan pernah membandingkannya dengan Sunwoo. Yang tentu saja, Hyunsuk kalah telak di matanya meski Hyunsuk seorang Pemenang dalam kehidupan Jihoon.

"Aku mau pulang." cicit Hyunsuk pada Jihoon, tidak lagi ingin berada di sini jika Sunwoo berkunjung, Hyunsuk tidak siap jika harus dibandingkan lagi.

Jihoon menurut, mengantar Hyunsuk meski Seolhee melarang.

"Maafin aku," Hyunsuk mengeratkan pelukannya pada perut Jihoon, menekan pipinya pada punggung si Maret.

Terdengar isakan pelan, Jihoon membelokkan setangnya, tidak jadi mengantar Hyunsuk pulang.

Ia membawa Hyunsuk kembali ke taman, ke tempat duduk di mana ia dulu meneriaki Hyunsuk.

Kembali seperti semula, Hyunsuk duduk dengan Jihoon yang berada di depannya. Hanya saja kali ini Jihoon berjongkok, menggenggam kedua tangan kecil milik Hyunsuk.

My Stupid Soulmate [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang