Risk • 10 ( Last )

595 76 2
                                    

💘

Pagi-pagi sekali, Harin bangun mengalahkan rasa kantuknya dan sudah melakukan tugasnya sebagai istri yang baik. Ia sudah selesai mencuci pakaian, membersihkan rumah dan sekarang sedang memasak sarapan untuk suami tercintanya. Harin sangat senang karena jadwalnya hari ini bebas sampai dua minggu ke depan. Sekarang ia punya waktu luang lebih untuk berdua saja bersama Seulho. Melakukan apa saja yang mereka mau. Atau mungkin akan pergi liburan ke luar kota? Bagaimana kalau ke luar negeri? Kenapa tidak? Mereka sudah sama-sama bekerja keras beberapa hari belakangan dan berhak untuk mendapatkan liburan yang sepadan.

“Kang Harin!”

“Di dapur!” teriaknya balik. Harin yang sedang mengupas kulit pisang tiba-tiba gugup mendengar suara itu. Sesuatu akan terjadi. Pastinya.

“Apa ini? Apa kau yang melakukan ini?!” Seulho menghampiri Harin dengan langkah cepat. “Kapan? Katakan padaku! Kenapa aku tidak tau?” tanyanya bertubi-tubi sambil memperlihatkan layar ponselnya. Panik. Apa yang baru saja ia baca ini sangat mengejutkannya. Seulho terbangun saat mendengar banyak notifikasi masuk di ponselnya, bahkan sampai detik ini.

“Selamat pagi juga...” Harin tersenyum manis dan berjinjit mengecup bibir Seulho.

“Jawab aku Harin.” Seulho mundur selangkah, terlihat tidak senang. Harin tau benar apa maksud Seulho. Semalaman, ia sudah membayangkan reaksi Seulho akan seperti ini atau lebih parah. Tapi ini adalah pilihan Harin. Ia tidak bisa lagi mundur.

“Baiklah. Duduklah dulu, aku akan mengatakannya.” Harin menarik kursi untuk Seulho. Seulho duduk tanpa melepaskan pandangannya dari Harin. Harin menghela nafas berat melihat wajah serius Seulho sekarang. “Aku melakukannya sudah lama, saat kita bertengkar waktu itu tepatnya. Aku melakukan interview diam-diam dan menceritakan semuanya. Tentang pernikahan kita.” jelasnya pelan. “Dan aku rasa ini waktu yang tepat untuk mengumumkan status kita pada orang-orang.” Harin menggenggam tangan Seulho di atas meja. Wajah Seulho tidak bisa ia baca.

Harin bahkan tidak meminta ijin kepada manajemennya saat ia melakukan rekaman eksklusif ini dengan salah satu majalah online mingguan gaya hidup wanita yang pemiliknya cukup ia kenal.

Sore kemarin Harin mendapatkan pesan dari salah satu temannya yang adalah seorang paparazi untuk media yang cukup kontroversi. Apa yang dilakukannya pada Bogum hari itu ternyata benar akan dijadikan sebuah berita. Tapi Harin tenang saja menanggapinya. Yang akan menjadi masalah mungkin adalah perlakuan kasarnya pada Bogum sedangkan selebihnya adalah fakta.

Terima kasih atas info dari temannya itu. Jadi Harin langsung memberikan ijin rekaman itu untuk rilis secepatnya dan ternyata pagi ini. Video itu bukan hanya sebagai pengalihan berita tapi juga sebagai bukti kebenaran.
Ini adalah pertama kalinya Harin tidak takut dengan apa yang akan menimpa reputasinya dimasa depan.

“Kau sudah melakukan apapun untukku. Sekarang ini adalah giliranku, Seulho. Aku mohon jangan marah.”

Seulho bersandar lemah di kursinya. Memijit pelipisnya yang berdenyut. Terbayang betapa santainya Harin di video yang berdurasi 3 menit itu. Senyuman lebar tidak lepas dari wajahnya setiap kali menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Artikel-artikel tentang pernikahan mereka bermunculan dan menjadi trending topic. Menuai berbagai macam reaksi dan komentar. Positif dan negatif. Semua orang sekarang membicarakan mereka. Harin juga merilis beberapa buah foto pernikahan garden party mereka sebagai bukti tambahan.

“Apa kau gila Harin? Apa yang kau pikirkan?! Tidak masalah kalau ini tentang aku. Tapi ini tentangmu Harin, kau. Oh Tuhan.” Seulho mengusap wajahnya kasar. Ia bisa menerima semua cacian untuknya tapi tidak untuk Harin. Kesalahan yang dilakukannya waktu dulu saja masih bisa terdengar sampai sekarang apalagi ini. Seperti kiamat kecil jilid dua. Tapi apakah ini sebuah kesalahan?

⨾ OUR RISK OUR CHOICE ⨾ end ⨾Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang