Risk • 1

774 88 9
                                    

💘

Harin membuka pintu mobil, keluar dengan cepat lalu menutupnya dengan kuat. Mengejutkan seseorang yang masih didalamnya. Harin masuk kedalam rumah dengan langkah panjang meninggalkan Seulho. Seulho yang masih didalam mobil hanya bisa memperhatikannya dalam diam. Ia lalu mengusap kasar wajahnya dan mendesah berat. Ia dalam masalah besar sekarang. Lagi.

Tidak lama setelah itu Seulho ikut masuk kedalam rumah. Diruang tamu, ia melihat Harin duduk disofa sambil menelpon seseorang dengan suara yang serius. Seulho duduk diseberang Harin dengan perlahan, menghadapnya. Berharap semuanya baik-baik saja.

"Oke, aku mengerti. Terima kasih." Harin menutup telponnya. Tatapan mereka bertemu. Harin mendesah melihat wajah suaminya.

"Harin, dengarkan penjelasan ku-"

"Penjelasan apa lagi, Seul?!" marah Harin. Seulho menatapnya terkejut. Ini bukan pertengkaran pertama mereka tapi ini adalah pertama kalinya ia mendengar suara tinggi Harin yang membentaknya. "Kau pikir apa yang kau lakukan, huh? Kau ingin memukul anak sekolah. Begitu?"

"Apa? Harin, itu tidak seperti yang kau lihat." Seulho membela diri. Tidak. Ia membela Harin, istrinya.

"Lihat apa yang terjadi sekarang. Banyak artikel memberitakan mu!" Harin menunjukkan layar ponselnya. Foto-foto yang merekam kelakuan Seulho di Coffee Shop sore tadi langsung menjadi viral di dunia maya. "Kau seharusnya berpikir tentang aku sebelum melakukan sesuatu yang bodoh, Seulho." darah Harin mendidih sampai ke ubun-ubun. Seulho menatapnya sendu. Bodoh.

"Tapi itu salahnya. Dia-"

"Mereka hanya anak-anak!"

"Aku tau itu. Tapi mereka sudah keterlaluan, Harin-"

"Apapun itu, kau tau aku punya reputasi. Dan aku sangat mencintai pekerjaanku ini. Aku tidak ingin kehilangan pekerjaan yang sudah lama aku bangun dengan keringat kerja kerasku hanya karena kecerobohan mu. Apa kau tidak mengerti?" Harin memijat pelipisnya. Pusing.

Nama baiknya kembali tercoreng karena Seulho, suaminya. Baru lima bulan yang lalu kasus penipuan atas nama Seulho di agensi lamanya bekerja ditutup. Faktanya Seulho hanya dijebak dengan kontrak bermasalah yang ditandatanganinya beberapa tahun yang lalu, jauh sebelum ia mengenal Harin. Kasus yang seperti disengaja untuk menjatuhkan nama Bae Harin yang selama ini dikenal sebagai artis yang bersih. Begitu ketatnya persaingan di industri ini. Ibarat pepatah nasi sudah menjadi bubur. Walaupun Seulho tidak bersalah tapi hal itu tetap menyeret nama Harin yang membelanya. Banyak fans dan netizen yang kecewa dan mengomentarinya sebagai pelindung seorang penipu tanpa mengetahui cerita yang sebenarnya. Dan sekarang Seulho kembali menjadi berita, bertengkar dengan anak sekolah. Yang benar saja! Harin masih tidak percaya ini terjadi.

Seulho hanya terdiam ditempatnya. Ia menatap Harin dengan serba salah.

"Benar. Ini salahku.." Seulho mengalah. Ia tidak ingin Harin semakin kesal padanya. Seulho tau Harin pasti lelah karena seharian melakukan Photoshoot untuk majalah mode. Dan sekarang ditambah masalah yang tidak sengaja dilakukannya. Ia tidak ada pilihan lain. "Maafkan aku." sesal Seulho. Ia seharusnya bisa menahan diri dalam situasi apapun.

"Jangan meminta maaf. Aku benci padamu." tanpa menolehnya Harin bangkit dari sofa menuju kamar. Tidak menyadari kata-katanya yang menyakitkan. "Kau hanya manajer disini Kang Seulho." teriaknya. "Ya Tuhan! Kenapa aku memilihmu?!"

Seulho tetap diam. Tidak bersuara. Tidak bergerak. Kata-kata Harin terus menggema di telinganya. Benci. Hanya manajer. Kenapa ia dipilih? Harin menyesal telah menikah dengannya. Dada Seulho sesak.

>>>>

Harin menutup pintu kamar dengan kuat. Ia melempar tas mahalnya sembarangan dilantai dan duduk ditepi ranjang. Membuka hak tingginya dengan kesal. Ia mendesah panjang. Apa yang terjadi hari ini sangat melelahkan tubuh dan pikirannya. Gila dan stres. Harin membuka pakaiannya dan langsung masuk kedalam kamar mandi. Ia butuh ketenangan.

Lima belas menit. Harin keluar merasa lebih segar. Ia tersenyum kecil, sejenak melupakan masalahnya tapi kemudian ia mengernyit bingung. Seperti ada yang hilang. Seulho tidak ada. Seulho tidak mengikutinya ke kamar.

"Kemana dia?" Harin mengikat jubah mandinya dan berjalan keluar. Sepi. "Seul?" panggilnya. Tapi tidak ada jawaban. Harin melangkah ke dapur, mengedarkan pandangannya sejenak dan Seulho juga tidak ada di sana.

Harin mengingat pertengkaran mereka tadi. Apa yang dikatakannya tadi? Kata-kata kasar itu. Ia berlari dengan panik keruang tamu, berharap Seulho masih di sana tapi tidak ada siapapun. Harin sendiri di rumah. Ia menilik keluar dari tirai jendela dan mobil mereka yang terparkir juga tidak ada. Seulho pergi membawanya. Harin menggigit bibir bawahnya lalu mendesah untuk kesekian kalinya hari ini. Sedikit merasa bersalah.

"Apa aku sudah berlebihan?.." Harin hanya berharap Seulho akan segera pulang.

Mereka akan bicara dan menyelesaikan masalah ini bersama-sama.

... bersambung

Love tip & other stories at
karyakarsa.com/authorka
Thanks 🤓

⨾ OUR RISK OUR CHOICE ⨾ end ⨾Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang