when he is not yours but you get hurt when they love someone else
*
"Tumben ke Rumah? Kenapa nih?"
Pertanyaan itu sukses membuat Miko tersentak dari lamunan nya. Dia langsung menoleh ke arah Vita yang sedang berjalan ke arah nya dengaan membawa nampan berisi minuman serta beberapa snack.
"Pasti ada hubungan nya sama Rekan? Sampai lo nekat malem-malem ke rumah" tebak Vita setelah ia duduk di samping Miko, dan meletakkan nampan
Miko mengangguk, memilih jujur. Vita memang selalu tau isi pikiran nya.
"Astaga Mik, masih aja ya lo.."
"Masih apa?"
"Masih aja mikirin kakel gak jelas kaya Rekan" tangan Vita terangkat mengacak rambut nya, "Padahal gue udah sering banget bilang, berhenti ngarepin Rekan
"-Berhenti jatuh cinta sama orang yang bahkan bisa bahagia tanpa lo
"Dan berhenti mikirin orang yang gak mikirin lo."
"Vit.." Miko menghembuskan nafas nya, "Gue udah usaha Vit, tapi hasil nya sama aja! malah makin ga bisa gue tahan"
Vita mendatarkan wajah cantik nya, "Ya itu karena lo ga niat! lo ga pernah sekalipun niat buat lupain Rekan!"
"Gue..gak tau.."
Vita mengacak rambut nya kasar, "Gak usah gila, hilangin perasaan lo, Mik"
Miko mengubah posisi duduk nya menghadap Vita, kemudian menatap Vita dengan pandangan sulit, "Lo gak akan ngerti Vita, lo kira gue juga mau kayak gini cuman karena cinta doang?"
"Kalau gitu buat gue ngerti Mik!"
Miko mengusap wajah nya kasar, kemudian manatap sabit Vita dengan manik yang kembali berkaca-kaca. "Asal lo tau, gue kayak gini karena gue ngerasa tersiksa sama perasaan gue sendiri Vit. Rasa nya gak enak, gue gak bisa jatuh cinta sama yang lain selama 3 tahun ini. Gue gak bisa lupain dia, dia terus muncul di dalam lingkaran hidup gue serta pikiran gue, sampai-sampai rasa nya gue pingin pecahin kepala gue biar gak kepikiran dia lagi. Tapi percuma, gue sama dia udah mirip magnet, tarik menarik. Dia selalu muncul bahkan di dalam mimpi gue sekalipun" Air mata nya yang sedari tadi ia tahan akhir nya jatuh juga, ada sakit yang harus ia tahan saat mengingat semua nya. Ia terisak dengan sangat sembari mencoba untuk terus melanjutkan ucapan nya.
"Lo coba bayangin aja, lo ada di posisi gue. Sama-sama saling suka, saling tau, tapi harus pura-pura gak kenal bahkan pura-pura gak ada perasaan, karena harus jaga perasaan orang lain.." kembali ada jeda yang di isi dengan isakan dari Miko,
"Kalau lo di posisi gue lo bakal pilih yang mana Vit? Ngancurin hubungan orang atau lo pilih pura-pura gak kenal dan milih ngelupain?"
Kalau di hadapkan dua pilihan yang sama-sama menyakitkan, Vita jelas akan memilih opsi yang ke dua. Merusak hubungan orang lain belum tentu kita bisa sebahagia itu. Ia lebih baik melupakan. Walau sakit, setidaknya ia tidak akan merusak hubungan orang. Terlebih lagi orang itu adalah Sahabat kita sendiri.
"Jelas opsi ke dua pilihan gue.." jawab Vita
"Itu juga yang gue pilih Vit, tapi ternyata gak semudah itu. Gue sakit waktu liat Rekan ciuman sama Gani, but he is not im yours.."
Saat itu juga, tubuh Vita di buat lemas. Kali ini Vita paham, kenapa Miko bisa sekacau ini.
Dengan hati-hati, di tarik nya tubuh Miko di dalam pelukan nya. Di usap nya punggung bergetar gadis tersebut. Isakan nya masih terdengar, malah semakin keras.
Seolah memberitahu nya, jika Sahabat nya benar-benar pada fase cinta yang menyakitkan.
"Gak usah di paksa lupain dia Mik, pelan pelan aja. Gue percaya, nanti lo pasti bakal bisa lupa. Inget pelan-pelan dan gak usah di paksa..
"Kata orang nikmatin aja rasa sakit dari proses ikhlas, insyaallah semua bakal baik-baik aja. Its okey..gue ada di sini buat lo.." ucap Vita, ia tak mau menghakimi Miko lagi, karena sesungguhnya mereka sama-sama terluka dengan perasaan masing-masing.
"Harus nya dulu gue gak pergi gitu aja, harus nya dulu gue gak usah percaya sama yang gue liat. Setidak nya kalau gue gak pergi, mungkin jalan kisah nya gak serumit ini.."
Benar, seharus nya dulu Miko tidak gegabah pindah sekolah saat melihat Rekan berciuman dengan gadis di lorong sekolah. Seharus nya Miko mencari bukti dahulu.
Padahal saat itu gadis itulah yang mencium Rekan, bukan Rekan yang mencium gadis itu. Dan padahal dulu Rekan menunggu Miko datang ke acara kelulusan nya.
Tapi sekali lagi, nasi sudah menjadi bubur, mereka berdua sudah di hadapkan oleh rumit nya takdir. Yang kini mengharuskan memilih antara melupakan atau menghancurkan. Dan opsi paling aman adalah Melupakan.
"Buka hati lo Mik.." Miko melepaskan pelukan nya, mengusap kasar air mata nya, ia menatap Vita dengan keadaan kacau
"Walaupun selama 3 tahun ini lo seakan nge jaga perasaan lo buat Rekan, tapi sekarang coba buat buka hati lo buat orang yang bener-bener sayang sama lo, contoh nya Reza yang mau jagain lo" Miko menarik rambut nya pelan, bersandar pada sandaran sofa milik Vita.
Miko hanya takut jika nanti Reza tau yang sebenarnya, dia akan berfikir jika diri nya hanya sebuah pelampiasan. Dan berujung menyakiti pemuda itu.
"Reza baik kok.." ucap Vita sekali lagi
"Kok lo tau?"
"Feeling gue kuat, dan biasanya feeling sahabat itu gak pernah salah.." Ucap Vita dengan percaya diri.
"Tapi semua keputusan ada di tangan lo, kalau lo belum ngerasa siap..kasih Reza pengertian, kasian dia nanti semakin berharap dan lu nya masih gagal move on ke Rekan.."
Miko hanya bisa menatap Vita yang memberi petuah-petuah pada Miko saat Galau brutal.
Bisa Miko pastikan ia masih menyukai Rekan, debaran acak yang mendominasi diri masih menjadi penentu sebuah rasa saat Miko bertemu dengan Rekan. Tetapi atensi Reza juga tidak dapat Miko hindari.
"Besok temenin gue ya ke salon.."
"Ngapain?"
"Potong rambut sama cat rambut. Gue udah ambil keputusan, gue bakal lupain Rekan dan coba nerima atensi Reza di hidup gue.." ucap Miko dengan sorot mata yang penuh keraguan di dalam nya.
"Kalau itu buat lo lebih baik, gue bakal dukung lo."
"-asal jangan sampai lo maksain perasaan lo, itu bakal lebih gak enak lagi Mikoci.."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalau kalian di posisi Miko, kalian bakal pilih yang mana nih?