Part 4

112 3 0
                                    

"Hai." sapa cowok yang sedari tadi menyadari gerak gerik Keysa yang seperti mengghibahi-nya, padahal iya.

"H-hai juga." jawab Keysa terbata-bata.
Sial! gimana kalau cowok ini tau dari tadi gue omongin, batin Keysa.

"Hai." ulang cowok itu yang sekarang menarap Lenora yang sedang asik menggulung mie di piringnya.

Merasa dia diperhatikan akhirnya menatap cowok itu. Dia menjawab "Hai juga."

Setelahnya cowok itu pergi.

Aneh banget, padahal kemarin minta tanda tangan nggak gitu banget, gumam Lenora.

"Aneh banget gila." ucap Keysa bingung maksud dari cowok tadi.

Lenora hanya mengangkat bahu tanda tak tahu.

"Aduh kenyang." ucap Lenora memegangi perutnya, sudah seperti orang hamil saja.

"Tungguin gue habisin ini." sembari menunjuk ke arah piring. Keysa baru saja memakan mie-nya karena dari tadi sibuk mengghibahi cowok yang nggak jelas itu.

Setelah menunggu beberapa saat, mie Keysa sudah habis lalu mereka memutuskan untuk kembali ke kelas. Bersamaan dengan mereka yang menuju kelas, bel masuk berbunyi.

Didalam kelas Keysa masih saja mengingat kejadian dikantin, lalu tersenyum karena cowok itu aneh baginya.

Lenora yang menyadari hal itu, menyenggol lengan Keysa. Kemudian Keysa tersadar dari lamunannya.

Mereka kembali fokus menatap Pak Jaya yang sedang menerangkan materi.

Bel pulang sekolah berbunyi, tanda sudah selesai pembelajaran hari ini.

"Oke anak-anak saya cukupkan materi hari ini dan jangan lupa dipelajari dirumah ya." ucap Pak Jaya sambil memberesi beberapa kertas yang berserakan dimeja lalu memasukkan kedalam map. Pak Jaya terlihat membawa banyak map ditangannya.

"Iya, Pak." jawab semua murid.

Kebetulan hari ketiga MOS setelah istirahat sudah mulai kegiatan belajar mengajar. Jadi tak heran kalau Pak Jaya memasuki kelas dengan membawa beberapa map.

Keysa dan Lenora berjalan menuju gerbang sekolah, sesekali Lenora bertanya.

"Lo pulang dijemput siapa?" tanyanya.

"Nyokap." jawab Keysa singkat.

Lalu mereka melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai didepan gerbang, Keysa yang sudah dijemput oleh Ibu-nya, dan Lenora yang sudah dijemput oleh Bang Reno.

***

"Aduh anak cantik Mama udah pulang." ujar Ibu Lenora yang kini tengah menciumi pipi anak gadisnya itu.

Jelas saja Ibu Lenora memanggilnya dengan kata 'cantik' karena memang Lenora satu-satunya anak perempuan. Dan Reno juga satu-satunya anak laki-laki. Jadi anak orang tua Lenora hanyalah Reno dan dirinya.

"Ganti baju dulu terus makan siang sama Mama, Papa, dan Bang Reno, iyakan No?" tanya Ibu Lenora kepada anak laki-lakinya.

Tidak ada jawaban dari Reno membuat wanita paruh baya itu mengulangi ucapannya. "Renovalend Andersn Alexandre, dengar Mama kan?"

"Iya Mama Vania Aurora yang paling cantik seantero Jakarta." jawab Reno malas sembari menaiki anak tangga satu persatu.

Jadi kenapa orang tua Lenora dan Reno memberi nama yang lumayan sulit, karena supaya langka saja, dan setidaknya hampir ada kesamaan antara nama kedua anaknya itu. Tak sedikit juga yang mengucapkan nama anaknya dengan kekeliruan. Bagi orang yang tidak terlalu dekat dengan Lenora dan Reno, pasti beberapa kali harus membaca dan mengingat-ingat nama mereka supaya tidak terjadi kekeliruan.

Mereka semua sudah berkumpul di meja makan dan sudah memulai aktivitas makannya sejak 5 menit yang lalu.

"Gimana sekolah kamu?" tanya wanita paruh baya kepada anak wanitanya.

"Ya gitu, Ma. Baik-baik aja kok." ujar Lenora setelah mengunyah.

"Kalo Lily aja ditanyain terus, kalo Reno mah nggak pernah." ujar Reno yang sedikit kesal karena Vania yang lebih sering memperhatikan adiknya.

Lily itu panggilan sayang Reno ke Lenora, katanya biar beda aja dari yang lain.

"Iya anak Mama yang paling ganteng, gimana kuliah kamu?" tanya Vania dengan senyum mengembang.

"Iya, No. Gimana kuliah kamu?" tanya pria paruh baya didepannya.

"Biasa aja." jawab Reno cuek.

"Bang Valen mah gitu kalo ditanyain Mama sama Papa, pasti jawabnya cuek abiezzz." ungkap Lenora lebay.

Nah kalau Valen itu panggilan sayang Lenora ke Reno, alasannya sama, biar beda aja dari yang lain.

"Suka-suka dong, wlee" ledek Reno menjulurkan lidahnya.

Lenora hanya memutar bola mata malas, dia memilih melanjutkan makannya.

"Kalian harus rajin belajar ya Ra, No." ujar pria paruh baya, yang sudah dapat dipastikan kalau itu Papa-nya.

"Iya, Pa." jawab Reno dan Lenora bersamaan.

Setelah itu hening, hanya ada suara dentingan garpu dan sendok yang menghiasi ruang makan.

Kalau nama pria paruh baya yang biasa dipanggil Papa oleh Lenora dan Reno itu nama panjangnya Vano Andersn. Jadi bisa dibilang Andersn itu diambil dari nama belakang Papa-nya.

***

Malam hari, Lenora masih menyiapkan beberapa buku untuk besok pagi. Setelah selesai, dia beranjak naik ke atas kasur, bermain ponsel, lebih tepatnya menscroll Tiktok karena tentu saja tidak ada yang chattingan dengan dirinya.

Lenora melihat-lihat beberapa video random di Tiktok, membuatnya tersenyum dan tertawa kecil. Tak lupa, dia juga memakan beberapa makanan ringan dan meminum susu buatan Vania.

Ting!

Tanda notifikasi pesan masuk berbunyi. Membuat Lenora beralih membuka aplikasi WhatsApp dan membacanya.

Keysayang :
inget! jangan begadang, besok pulang sekolah kita ada latihan musik.

Cepat-cepat Lenora menjawab.

Alexanora :
iya siap!

Lenora yang notabenya lebay, jadi suka-suka dia memberi nama.

Setelah dirasa kenyang dan cukup lelah, Lenora membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata.

Perihal RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang