Kalung Rosario?
Keysa yang memperhatikan mata Lenora langsung paham, dengan cepat dia berpamitan kepada Reyza dan Aland.
"Kalo gitu kita duluan ya" pamitnya dengan menggeret Lenora yang masih sibuk dengan pikirannya.
"Tunggu dulu, Sya"
"Ayo pulang, kita izin aja hari ini nggak bisa dateng ke ruang musik buat latihan" Keysa mengalihkan pembicaraan.
"Gue bilang tunggu!" bentak Lenora. Keysa hanya diam menuruti.
"Apa ini yang lo maksud mau ngasih tau gue tentang Aland?". Keysa bungkam.
"Jawab gue, Sya! ini yang lo maksud?" Keysa masih saja dengan pendiriannya, bungkam seribu bahasa.
"Sya, gue mohon jawab pertanyaan gue." ucapnya lirih.
"I-iya, Ra. Hal ini yang mau gue kasih tau ke lo." ucapnya merasa bersalah.
"Kenapa lo nggak bilang sejak awal?"
"Gue nggak mau lo terluka."
"Tapi dengan lo sembunyiin ini bikin gue terluka!" Lenora refleks meninggikan suara.
"Gue minta maaf, Ra. Gue nggak ada maksud buat lo kayak gini" tatap Keysa tulus dan memohon.
"Lo nggak perlu minta maaf. Lo nggak salah, gue-nya yang nggak cari tau tentang dia, tapi gue malah seenaknya jatuhin perasaan gue ke dia." ucapnya lirih.
Keysa hanya bisa menenangkan Lenora dan berkata "Mending kita izin aja ya, Ra?"
"Nggak, kita kan bakalan lomba, jadi kita harus profesional, Sya."
"Tapi lo yakin berangkat?" tanyanya memastikan, Lenora mengangguk.
Keduanya melanjutkan langkahnya menuju ruang musik. Saat masih di koridor sekolah, keduanya saling diam. Sudah seperti bermusuhan saja.
Keysa yang sedari tadi bertengkar dengan pikirannya dan Lenora yang sedari tadi memikirkan Aland. Keysa tidak ingin membuat Lenora tambah sakit, mau tidak mau, Keysa harus jujur sekarang.
"Ra." panggilnya, Lenora menoleh.
"Yang lo denger waktu jalan ke toilet itu bener, lo nggak salah denger." Lenora hanya diam, menunggu Keysa melanjutkan perkataannya.
"Gue tadi spontan panggil Aland dengan kata Hen. Soalnya dia kalo di gereja suka dipanggil Mahen." jujurnya.
Mata Lenora sudah berkaca-kaca saat ini. Seperti ada yang menyesakkan dalam dadanya. Tapi dia berusaha menahan.
Gue emang menyadari kalo wajah Aland itu Kristenable, tapi gue juga nggak tahu kenapa waktu pertama kali liat Aland, apalagi dia main gitar, saat pandangan pertama itu gue langsung suka sama dia, batinnya.
"Oh iya." jawab Lenora santai
"Maafin gue udah nyembunyiin ini dari lo" ucapnya penuh penyesalan. Lenora hanya memberi jawaban lewat anggukan.
Rasanya sakit, banget. Tapi mau gimana lagi, gumam Lenora.
"Udah nggak usah dibahas." Lenora angkat bicara, dia rasa sudah cukup untuk mengetahui kenyataan ini.
Kali ini, dia tidak bersemangat untuk latihan nanti, padahal biasanya dia sangat menanti hari latihan.
"Gue tau muka lo nggak bisa bohong." ungkap Keysa yang menyadari perubahan raut wajah Lenora. Lenora tidak menjawab, kali ini dia mempercepat langkahnya meninggalkan Keysa.
Sesampainya di ruang musik, semuanya sudah lengkap. Kak Citra memberi instruksi untuk segera menempatkan diri dan memulai latihan dengan sungguh-sungguh.
Lenora yang bad mood rasanya ingin pulang saja, dia paham betul mengapa suasana hatinya menjadi kurang baik. Tapi dia tidak boleh egois, dia harus profesional. Maka dia singkirkan rasa bad moodnya itu.
Sekarang masing-masing dari mereka sudah latihan berkali-kali. Mungkin sudah 5x terlihat dari masing-masing peluh yang menetes dari dahi.
"Kak Citra liat latihan kalian hari ini sangat bagus, pertahankan untuk besok lusa. Semoga bisa mendapatkan hasil yang maksimal." ujar Kak Citra memperlihatkan senyum manisnya.
"Setelah beres-beres kalian boleh pulang, istirahat ya jangan begadang." lanjut Kak Citra kemudian mulai membersihkan ruang musik.
Sudah 20 menit mereka membersihkan ruangan, sekarang tinggal Lenora dan Keysa yang masih diruang musik, mereka sengaja ingin pulang paling akhir. Tentu saja menunggu jemputan.
"Ini udah beres semua, ayo pulang." ujar Keysa sembari mengusap kedua tangannya karena banyak debu. Lenora mengangguk.
Ketika mereka sedang berjalan menuju gerbang sekolah, dering dari ponsel Keysa berbunyi.
"Halo." suara seorang dibalik telepon
"Iya kenapa bas?" tanya Keysa
"Hari ini aku nggak bisa jemput kamu gapapa yang? soalnya sepulang sekolah aku harus nganter Mama ke rumah sakit." jelas pria tersebut.
"Iya gapapa, aku bisa pulang naik ojek online kok, kamu hati-hati ya."
"Iya sayang, kamu juga hati-hati. Love you."
"Love you too." tambah Keysa lalu mematikan sambungan telepon.
Dunia serasa milik berdua, yang lain ngontrak mbak, umpat Lenora.
"Kenapa, Sya?" tanya Lenora heran.
"Oh tadi cowok gue gabisa jemput." jelas Keysa.
"Widihh! sejak kapan lo punya cowok?"
"Udah dari smp kali." ungkapnya.
"Lo mah gitu nggak pernah cerita. Malahan gue terus yang cerita sama lo" kesalnya menghentak-hentakkan kaki.
"Lain kali kalo ada waktu gue cerita."
"Janji?" tanyanya seperti anak kecil. Keysa mengangguk.
"Yaudah kalo gitu lo kerumah gue aja sekalian cerita, kan nggak ada yang jemput juga." ajak Lenora bersemangat, seperti sudah hilang perasaan bad moodnya.
"Lain kali aja ya, Ra. Gue mau istirahat buat persiapan besok lusa. Kalo ada waktu gue janji deh main kerumah lo." tolak Keysa dengan halus.
"Oke." jawab Lenora cepat.
Tak terasa mereka sudah sampai di depan gerbang. Lenora yang melihat Reno menjemput lalu berpamitan dengan Keysa "Gue duluan ya." sembari melambaikan tangan dan diberi anggukan oleh Keysa. Kebetulan hari ini Reno libur kuliah jadi bisa jemput Lenora deh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perihal Rasa
Teen FictionAku rasa pertemuan waktu itu membuatku terus mencintaimu hingga saat ini. Kamu yang sederhana, namun mampu membuatku jatuh cinta. - - - - - - - Semoga suka🤍✨ Cerita ini pertama kali di publikasikan pada tanggal 13 April 2022.