Part 9

93 3 0
                                    

Lenora masuk kedalam rumah begitu saja tanpa menghiraukan orang-orang disekitarnya. Satu persatu dia menaiki anak tangga, belum sampai pada tangga terakhir, langkahnya terhenti karena Ibunya mengomel.

"Kalo pulang itu 3S, salam, salim, senyum. Nggak kayak tadi tiba-tiba dateng udah cemberut aja." nasihatnya. Lenora tidak menghiraukan, dia tetap melanjutkan langkahnya.

"Ganti baju terus makan!" teriaknya karena langkah putrinya yang semakin jauh.

Didalam kamar, Lenora melempar tas maroon-nya ke sembarang arah, lagi-lagi moodnya sedang tidak baik. Dia lalu mengambil buku diary di rak sebelah meja belajarnya dan membawanya ke atas kasur lalu menuliskan sesuatu disana.

Aku nggak tahu rasa yangku pendam hanyalah rasa kagum atau cinta, tapi yang jelas setiap lihat kamu aku jadi bahagia.
Kamu adalah alasanku selalu bersemangat dan tersenyum.
Tapi, semenjak aku mengetahui tentang hal ini
Rasanya, suasana hatiku menjadi tidak baik.
-Alexanora.

Setelah menuliskan kalimat yang singkat itu, dia ingin menangis saja rasanya, tapi dia tidak mau. Dia memilih menaruh diary-nya di meja sebelah kasur dan membiarkan diary itu terbuka lalu bergegas ke kamar mandi karena badannya yang lengket.

***

"Lily kok belum turun, Ma?" tanya Reno.

"Mungkin dia nggak mau turun, kamu kasih ini ke adik kamu ya, kamu kan tau sendiri kalo suasana hatinya nggak baik dia jarang mau makan." suruhnya yang diberi angggukan Reno lalu mengambil nampan yang sedari tadi berada digenggaman Mama-nya.

Reno menaiki satu persatu anak tangga, dan mengetuk pintu kamar Lenora.

Tok..tok..tok..

Tidak ada jawaban dari pemilik kamar.

"Ly." panggil Reno tapi tetap sama, tidak ada jawaban.

Reno membuka pintu perlahan, melihat ke berbagai sudut tetapi tidak ada Lily. Tak lama setelah itu, suara nyanyian dari kamar mandi membuat Reno tersadar bahwa sang pemilik kamar sedang mandi.

Reno meletakkan nampan di meja kecil samping kasur Lenora. Dia berniat segera pergi, namun ekor matanya mendapati sebuah diary yang terbuka. Dengan cepat dia mengambil diary milik adik kesayangannya dan membacanya. Tak sadar sudut bibir Reno terangkat.

Pantesan dari tadi bad mood, orang lagi galau, batin Reno.

Saat dia hampir menaruh kembali diary ke tempat semula, tiba-tiba.
"BANG VALEN NGAPAINNN!" teriak Lenora panik lalu merampas paksa diary-nya dari tangan Reno.

"Kalo lagi galau tuh harus tetep makan, nggak lucu kan kalo ada berita seorang siswi kurus karena keseringan galau." kekehnya menutup mulut dengan tangan.

"Dih siapa yang galau, wlee." jawab Lenora dengan menjulurkan lidah.

"Bohong, cantik-cantik tapi galau." ejeknya

"Galau itu trend, ya kali gue galau karena sakit hati." elaknya.

"Yaudah kalo gitu ini nanti dimakan, kalo nggak Mama bisa marah." perintah Reno menunjuk nampan berisi makanan.

"Iya-iya, udah sana keluar." suruhnya yang masih sibuk membenarkan handuk di rambutnya.

"Nyenyenye lagi galau sensi amat." Reno sangat senang menggoda adiknya itu.

"IH DASAR RESE! UDAH SANA KELUAR!" Lenora mendorong punggung Reno hingga keluar, lalu mengunci pintunya.

Punya kakak nyebelin banget, ungkapnya dalam hati sembari duduk ditepi ranjang.

Perihal RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang