"Araa" panggil Jihan.
Saat ini mereka masih berjalan menuju asrama Jihan, membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari taman.
Mereka berbincang hal hal random, meskipun perbincangan itu hanya di dominasi oleh Jihan. Sedangkan loara hanya menanggapi seadanya, sedikit lelah memang menanggapi Jihan yang seperti anak kecil.
"Hm?" Jawab Loara
Ingat lah Loara sudah lelah menghadapi si kecil Jihan, ingin rasanya membuang Jihan ke sungai. namun, Loara bergantung ke Jihan. Susah memang.
"Gajadi deh" kan . . . Loara hanya bisa mengelus dada sabar, capek banget sebenernya Loara itu.
Gerbang asrama Jihan sudah terlihat, gerbang yang menjulang tinggi itu menyambut mereka. Meskipun Loara sudah sering datang, namun ia masih terkagum kagum dengan gerbang asrama Jihan ini.
Jihan melepaskan gandengan tangan nya, dan kemudian berlari masuk ke pos penjagaan. Ia akan meminta izin ibu penjaga asrama agar membolehkan Loara menginap di kamar asrama Jihan, perlu diketahui asrama putri sekolah Jihan dan Loara memiliki penjaga perempuan.
"MBA YANA! LOARA MAU NGINEP INI, BOLEH APA ENGGA??!?!?" Teriak jihan
Memang jarak antar tempat Jihan awal berlari agak jauh dari pos penjagaan, tapi . . . Bisa engga gausah teriak gitu? Ibu penjaga juga ga se budeg itu kan sampe ga denger, kenapa harus teriak gitu? Yang malu ini Loara masalah nya.
'ini gue malu banget anjir' Loara menunduk malu saat beberapa siswi menatap ke arah nya.
Terlihat Jihan sedang berbincang dengan Bu Yana --- penjaga asrama. Setelah selesai Jihan berlari ke arah Loara, Loara bingung. Anak ini tidak capek? Sungguh anak yang hebat.
"ARA!! AYO MASUK EYY!" Loara yang mendengar itu pun segera masuk ke area asrama.
° ° ° °
Saat ini Loara dan Jihan sedang tiduran di kasur Jihan. Loara yang memainkan handphone nya, dan juga Jihan yang sedang nonton Drakor.
"Gue laper. Lo ada bahan makanan ga?" Tanya Loara.
Jihan yang sedang fokus menonton kemudian menoleh. "ga ada sih, gue ga sempet belanja. Gue males mau belanja, jadi . . . Ara yang belanja ya??" Wajah Jihan di buat seimut mungkin, agar Loara mau.
"Tuman!" Loara memukul kepala Jihan, tak keras tapi lumayan sakit.
"Akhh! Sakit bego" adu Jihan.
Loara mah bomat, ia pun segera beranjak pergi ke supermarket untuk berbelanja. Mumpung ini belum jam sepuluh malam, kalau udah jam sepuluh kan berabe.
"Gue pergi Han!" Teriak Loara sambil membuka pintu keluar.
Jihan hanya mengangguk dan melanjutkan nonton Drakor.
'Ehh, bentar . . . Loh??!! Kalo dia ketemu si anjing itu gimana?' batin Jihan.
"Jihan kenapa Lo goblok banget si bangsat" jerit Jihan.
°°°°
Disisi lain, Loara sedang berjalan menuju supermarket terdekat untuk membeli bahan makanan. udara malam hari begitu menusuk, sehingga Loara mengeratkan jaket nya.
Loara keluar dari asrama, malam ini begitu ramai sehingga Loara tak merasa sendiri. Mengambil nafas panjang kemudian menghela nafas dengan agak berat.
'Entah kenapa gue capek banget' batinnya.
"Loara!" Suara berat memanggil Loara.
Loara mengenali suara itu. Dengan berat hati Loara menoleh kebelakang, ekspresi muak Loara berikan terhadap pemuda di hadapan nya.
"Why? "
"Ayo kita bicara, Lo salah paham. Sumpah, gue bener bener ga -- " ucapan pemuda itu terpotong "Gue ga peduli sama sekali, mau itu Lo ataupun bukan gue beneran ga peduli. Pergi dari hadapan gue" usir Loara
"Loa . . . Please, biar gue jelasin" ujar pemuda itu.
"Lo gamau pergi? Oke! Biar gue yang pergi, muak gue ngeliat wajah Lo" Loara segera pergi meninggalkan pemuda itu, ia tidak memperdulikan pemuda itu yang memanggil.
Loara berlari agar terhindar dari pemuda brengshake itu. Untung lah supermarket sudah terlihat di depannya, segera lah dia masuk dan berbelanja. Ia berdoa semoga pemuda itu tak menunggu nya, dan juga. jika pemuda itu menunggu nya ia berdoa agar Jihan datang bagai pahlawan penyelamat.
Dua puluh menit ia berbelanja, Loara menengok ke depan supermarket berharap pemuda itu tak ada Disana. Namun, keberuntungan tak berpihak pada Loara
Loara menghela nafas. 'Ga ada cara lain, gue harus cepet pulang. dan satu satunya cara, gue keluar terus langsung pulang aja'
Loara segera membayar ke kasir, dan dengan terburu-buru keluar. Namun sayang seribu sayang, loara tak bisa dengan mudah lepas dari pemuda ini.
Tangan Loara di cekal oleh pemuda itu, sehingga mau tak mau loara harus kembali menanggapi pemuda ini.
"Loa. Ayo kita omongin, gue ga bermaksud, gue itu di jebak loa" ucap pemuda itu.
"Udah gue bilang kalo gue ga peduli, lepasin tangan gue" loara memberontak agar tangan nya terlepas dari pemuda itu, namun karna dasar nya kekuatan loara tak sebesar pemuda itu tentunya dia tetap tak bisa melepaskan nya.
'Ayolah jihannes syaputri, gue mohon tolongin gue'
-Bersambung-

KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Kita
Historia CortaHanya sebuah cerita, tentang persahabatan antara Loara Permata dan juga Jihannes Syaputri. Kisah perjalanan Loara dan Jihan, kisah cinta, kehidupan, masalah, Dan yang lainnya. Menguatkan satu sama lain, membantu berdiri di saat salah satu dari mere...