8. Riki dan Jihan

35 6 3
                                    

"Lo pulang aja Han, gue masih lama." Loara berujar kepada Jihan yang ada di depannya.

"Terus? Lo gimana Ra?" Tanya Jihan.

Langit sore ini begitu gelap, pertanda rintikan hujan akan datang membasahi kota Yogyakarta.

Jihan dan loara masih berada di kelas loara, Jihan menunggu loara yg sedang membersihkan kelas.

"Gue bawa jas hujan kok, aman gue mah. Yang ga aman tuh elo, kagak bawa jas hujan, jadi mending cepet pulang." ujar loara.

Jihan menimang, harus kah ia menunggu loara, atau kah pulang?

"Gausah ngeyel Han, cepetan pulang,"

Jihan tampak masih enggan untuk pulang, "Jihannes syaputri, Lo gamau sapu ditangan gue ini ngehantam wajah lo kan?" tanya loara.

Jihan buru buru menggeleng, ia segera ngacir meninggalkan kelas loara.

Sebenarnya jikalau pun sapu itu melayang, bagi Jihan tidak sakit. Namun ia khawatir, wajah nya yang cantik bisa memar karna hal tersebut.

Tentu saja ia tidak mau wajah cantik nya tersakiti. Bisa bisa jika tersakiti, senja tidak akan mau dengan dia, kan menakutkan.

Jihan segera berlari menuju parkiran, berharap langit menunda untuk menjatuhkan puluhan, ratusan, bahkan ribuan butiran kristal nya.

Ia sudah berdiri di samping motor nya, segera lah ia memakai helm berwarna oranye bercampur abu abu itu.

Buru buru ia menyalakan mesin motor nya. Saat ia akan melajukan motornya, suara seseorang yang dia kenal memanggil, membuat ia mengurungkan niatnya.

"JIHANNN!!!!" Teriakan cetar khas dari pemuda bertubuh bongsor itu membuat Jihan menoleh.

Bisa ditebak itu siapa? Betul! Human bernama lengkap Riki Ardiansyah inilah yang memanggil dirinya.

"Apa sih? Ganggu orang mau pulang aja." Tanya Jihan dengan sedikit emosi.

"Gausah ngegas dong,"

"Gue tuh cuman mau ngasih Lo ini." Lanjut nya.

Ia menyodorkan sebuah tas kresek, yang didalam nya Jihan tebak berisi jas hujan.

"Ini teh naon?" Tanya Jihan.

Riki menghela nafas, "jas hujan bego, ga liat apa?" Jawab nya dengan malas.

"Yakan gue cuman mastiin bodat, sensi banget si, pms ya Lo??"

'ctakkk'

Riki yang terlanjur kesal segera menjitak jidat Jihan, tak terlalu keras, tapi ngilu bung.

"Biji mata bapak Lo pms."

Jihan segera mengelus jidat nya yang terasa ngilu, oh tidak! Jika ini bengkak bisa bisanya ia berubah menjadi jelek.

"Bisa ga gausah ngejitak jidat gue juga, bisa bengkak ini."

"Dih? Kenapa sih emang nya." Tanya Riki penasaran, ini perasaan Riki saja atau memang Jihan sedang fase minta dihujat?

Dengan wajah tengil nya Jihan pun menjawab, "soalnya nanti gue ga cantik, terus si senja ga suka lagi ke gue, kan ngeriiii."

Sialan.

Batin Riki berteriak, dasar anak bapak Joan. Tengil nya minta ampun!

"Yaudah sini, biar kagak bengkak." Tangan Riki bergerak mengelus jidat Jihan, sentuhan nya sangat lembut, bahkan Jihan pun sampai terdiam membisu.

Ia baru melihat sisi Riki yang ini, sisi yang lebih lembut dan tidak membuat nya naik pita. Jika boleh meminta, Jihan ingin riki selamanya seperti ini.

'tess, tess'

Langit sungguh berperasaan, ia terharu melihat keduanya yang sedang berdamai. Butiran kristal perlahan jatuh, sedikit demi sedikit, menebarkan aroma tanah khas saat hujan yang bisa membuat siapa saja terlena.

"Cepet pake jas hujan nya Han, gerimis ini." Suruh Riki.

Jihan pun segera mengambil dan memakai jas hujan berwarna oranye bercampur dengan putih itu, warna kesukaan nya.

"Lah terus Lo gimana rik?" Tanya jihan.

Riki tersenyum, "gue cowo, hujan gabakal bikin gue sakit kalik." Ujar Riki dengan disertai wajah tengil nya itu.

"Yaudah ya Han gue balik dulu, cepetan pulang, jangan main hujan. Ntar Lo sakit." Riki segera berlari menuju gerbang, meninggalkan Jihan yang termenung di sebelah motor nya.

Jihan tergelak, merasa segala perilaku pemuda itu, mengingatkan nya akan ucapan beberapa tahun silam.

"Rasa cinta itu gaada yang bisa nebak, juga gaada yang bisa ngelarang. Jadi, jikalau waktu ngebuat gue cinta sama Lo, itu bukan salah gue. Karna pada dasarnya gaada yang bisa menebak itu semua, kecuali waktu."

• • • •

Riki or senja?

Aku galau milihnya.

Apa harus dua duanya ya??🤔🤔🤔

Janji KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang