".. Akan kucari tau kebenarannya. Tuan Park HyungSeok, ini akan melelahkan," setelahnya HyungSeok pingsan.
Kemudian denting notifikasi dari ponsel Yoojin mengalihkan perhatian mereka. Iris mata Yoojin membulat kaget.
Yoojin spontan berbalik dan berlari dengan berteriak, "Tinggalkan, ada yang akan mengurusnya! Mandeok, ikut aku, cepat!"
Mobil mewah Yoojin melaju cepat dijalanan. Mandeok berada di mobil lain. Dan, belasan mobil lain mengikutinya.
Ketika sampai, Yoojin langsung keluar, membanting pintu mobil, berlari kedalam. Dengan orang-orangnya yang menghabisi musuh didepan, membuka jalan.
Yoojin masuk dengan ragu kedalam ruangan yang cukup ramai. "Jadi, Nyonya Jung membunuh putrinya sekaligus membunuh diri sendiri? Berarti bantuan dari kita percuma? Drama keluarga yang mengharukan..!"
"Siapa..?" Ucap Yoojin dengan nada lirih. Matanya menatap tubuh Youra yang berpelukan dengan Ibunya.
Darah terus merembes keluar dari punggungnya. Bahkan, daerah mereka terduduk, dibanjiri cairan kental berwarna merah itu.
Seisi ruangan menoleh pada Yoojin. "Kau, mantan klien kami? Aku tak tau bagaimana kau bisa disini, tapi ingin bekerjasama lagi dengan kami atau tidak? Kami berencana membangkitkan bisnis kembali."
Yoojin menatap orang yang berbicara dengan aura suram, "Asal tau saja, akulah yang meruntuhkan kalian. Serang dan habisi mereka."
Sepersekian detik setelah berucap begitu, orang-orang berjas hitam bergerombol masuk dengan barisan dikedua sisinya.
Si pembicara tadi, mengumpat kesal. Pihaknya kalah jumlah sekaligus kekuatan.
Tanpa peduli kekacauan yang tengah berlangsung, Yoojin mendekati tubuh Youra.
Yoojin berlutut. Posisi Youra membelakanginya. Tangannya terangkat mengelus punggung Youra yang lembab karena darah.
Tangan Yoojin bergetar. Tak menemukan pergerakan sedikitpun dari Youra. Walau ragu, Yoojin mencabut pisau itu. Pisau yang panjangnya menyamai penggaris.
Luka goresan yang amat dalam terukir disana. Yoojin langsung menarik Youra ke pelukannya. Tak peduli jas putihnya akan terkena noda yang mungkin akan sulit hilang.
Yoojin mengangkat tubuh Youra, mengabaikan tubuh Nyonya Jung yang jatuh limbung kelantai berdarah.
Melangkah keluar melewati tubuh Tuan Baek yang terbaring tak berdaya.
Di dalam mobil yang melaju menuju rumah sakit, membuat Yoojin kembali mengingat saat-saat mereka pertama kali bertemu.
Tak jauh berbeda dari ini. Youra yang dipangkunya, Youra memakai baju putih walau bukan dress yang sama, juga tak melupakan dirinya yang memakai jas putih seperti waktu itu.
Tangan Yoojin mengeratkan pelukan. Wajahnya dia benamkan disela leher Youra yang menguarkan bau darah. Dan untuk pertama kalinya, Yoojin menangis.
Benar-benar menangis dan bukannya sebuah topeng atau formalitas. 'Maaf aku terlambat.. kumohon tetaplah bertahan.. jangan begini, kau membuatku takut..!'
Sepanjang perjalanan, Yoojin terus bergumam 'maaf'.
-
Yoojin hanya terdiam. Dan terus begitu. Ketika di rumah sakit tadi, juga di pemakaman ini.
Matanya sudah membengkak sembab dan memerah. Pemakaman hanya dihadiri olehnya, Mandeok, VVIP bertopi putih itu, juga Seongeun.
Menyadari keadaan, mereka bertiga meninggalkan Yoojin sendirian. Memilih untuk menunggu di mobil masing-masing.
Tepat ketika yang lain tak terlihat lagi di mata, tubuh Yoojin jatuh terduduk. Tangannya yang tadinya terus terkepal erat, kini beralih menjambak rambut hitamnya.
Kacamatanya terjatuh ke tanah. Dan Yoojin pun kembali menitihkan cairan bening dari matanya.
Tak peduli bahwa pakaian hitamnya akan kotor. Atau penampilannya yang biasanya rapi kini berantakan tak karuan.
Tangannya beralih menekan dada yang terasa sesak. Yoojin ingin berteriak, tapi suaranya sedikitpun tak mau keluar. Bibirnya terbuka, menangis tak bersuara, dengan mata terpejam erat dan kepala tertunduk.
[Kurang lebihnya kayak gitu, terimakasih:)]
"Ini yang kau maksud..? Kenapa tak memberitahuku dulu kalau kau ingin istirahat? Kau bilang ingin disini terus karena menyenangkan! Kau bohong, Youra.. dan kau ingin aku melupakannya? I will never forget..!"
Selama hampir satu jam lamanya, Yoojin terus menangis disana. Tanpa tau bahwa Youra juga menyaksikan.
"Kak Shera, bisa season dua nggak?" Shera hanya diam. Menatap Youra dengan pandangan teduh, "Kau boleh disini sampai aku menjemputmu nanti. Meski begitu, Yoojin tak akan bisa melihatmu."
"Kakak mau kemana?" Shera tersenyum, "Aku harus menjemput yang lain juga."
"Yang lain? Mi Cha? Kak Nara?"
"Kau ikut Yoojin saja. Kau masih bisa menyentuh barang-barang kok. Karena kau bukan hantu. Hanya sekedar jiwa yang begitu..?"
"Berarti bisa nyentuh Yoojin?" Gelengan kepala Ia dapat sebagai balasan, "Tidak. Satu-satunya yang tidak bisa kau sentuh adalah Yoojin."
"Yang lain? Seperti Mandeok, Kak Seongeun?"
"Mereka bisa. Lumayan untuk kau takut-takuti."
"Yah, curang. Kenapa hanya Yoojin yang tak bisaaa?!" Shera mengendikkan bahunya, mendorong Youra pelan, "Pergilah."
Dan Youra, berlari menyusul Yoojin yang sedang menuju mobilnya.
Berbalik sejenak untuk menatap Shera yang memudar hilang, kemudian mengalihkan pandangannya pada makam yang berisi tubuhnya.
[Visualisasi Youra selama menjadi jiwa tak bertujuan di sisa kisah ini :)]
Kembali berlari mengikuti Yoojin, menyelinapkan diri ikut masuk dalam mobil dan duduk disebelahnya.
Tangannya tergerak ingin menyentuh namun terlewat karena tembus.
Selama perjalanan pulang itu, Yoojin terus diam tertunduk. Dengan Youra yang terus memandangi.
Keadaan berlalu dengan sunyi sepi. Hanya menyisakan deru mesin mobil sebagai backsound pengisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
꒰⑅INFINITY༚꒱˖ [Yoojin] - END✓
Fanfiction[Cerita telah tamat] - "Sayang Yoojin banyak-banyak!" Yoojin tertawa. Tangannya semakin mengeratkan pelukan. "Selamanya denganku, ya?" Yoojin menyodorkan jari kelingkingnya, menanti balasan. "Baik! Demi Yoojin! Aku janji!" Gadis manis dengan penyak...