11 - |He said, "Give it back."|

1.7K 252 33
                                    

"Yoojin!"

Lelaki berkacamata itu menoleh ke segala penjuru. Mencoba mencari suara yang amat dikenalinya.

Ruang tak berujung yang tadinya bernuansa hitam pekat, memancarkan cahaya terang. Ketika membuka matanya lagi, dia berpindah tempat ke apartemen miliknya.

Posisinya, Yoojin tengah menghadap pintu utama. Lalu sebuah tepukan mendarat di bahu kanannya.

Ketika menoleh, tidak ada siapapun. Yoojin menunduk karena mendengar suara gemerincing koin.

Dilihatnya koin yang sama seperti yang sering digunakannya untuk bermain dengan Youra.

Masih ingat dengan stikernya? Koin itu, menandakan arah kiri yang mengarah ke dapur.

Yoojin bergegas ke arah sana. Sebuah koin menggelinding kearahnya.

Yang kali ini menandakan arah depan yang berarti Yoojin harus melangkah ke arah lurus.

Ketika memasuki dapur, ada sosok Youra yang duduk di meja makan. Saat Yoojin hendak menghampiri, seseorang datang dari arah belakang Youra.

Kening Yoojin berkerut heran. Matanya pun membola tak paham. Sosok itu, adalah dirinya sendiri.

'Yoojin' itu meletakkan botol susu di atas meja hadapan Youra.

Yoojin ingat. Ini adalah ketika Youra merajuk karena dirinya tidak memperbolehkan ikut.

Youra yang sedang merajuk itu, hanya diam dan tidak mau menatap dirinya.

Saat itu yang dirinya lakukan adalah memeluk Youra dan menciumi setiap jengkal wajahnya.

"Apakah ini semacam mengenang kembali..?" Tuturnya bermonolog pada diri sendiri.

Lalu 'Yoojin' melangkah menjauh dan keluar dari apartemen. Setelahnya Yoojin tidak tau apa yang Youra lakukan.

Seingatnya, sewaktu dirinya pulang, Youra langsung berlari menghampiri dan memeluknya dengan erat bersamaan dengan tangisan.

Bahkan dirinya saat itu belum sempat melepas sepatu dan berganti sandal rumah.

Ketika sadar dari lamunannya, Youra di meja makan sedang menangis dan melempar botol susu dengan kesal.

Bibir Yoojin spontan tersenyum gemas. Pantas saja, di meja makan sepulangnya waktu itu, ada jejak belepotan oleh beberapa tetes susu.

Sepersekian detik setelah menghempas si botol susu yang tidak tahu-menahu salahnya apa, Youra langsung meraihnya kembali dan meneguk seperempatnya.

Sisa waktunya, Youra habiskan dengan menjelajahi seisi rumah. Hingga membuat barang-barang berantakan.

Walau begitu, Yoojin yang menyaksikan melihat dengan jelas seberapa bosan dan kesepiannya gadis manis itu.

Beberapa kali Youra sempat termenung, atau kadang tiba-tiba melirik kesana-kemari seolah mewaspadai entah apa.

Dirinya saat itu pulang ketika di jam-jam tidur siangnya Youra. Karena itu, ketika dirinya pulang, setelah kejadian Youra yang berlari menghampirinya sambil menangis, Youra tertidur di pangkuannya.

Cahaya terang kembali bersinar menyilaukan matanya. Dan kali ini, Yoojin kembali ke posisi menghadap pintu.

Ketika menerima tepukan di pundaknya, Yoojin bergegas membalik tubuh, namun tetap tak menemukan siapapun.

Lagi-lagi ada sebuah koin yang menjadi pemandunya. Kali ini mengarah ke arah kamar.

Sepertinya kali ini beralur malam hari. Jam di dinding menunjukkan tengah malam.

Di atas kasur, 'Yoojin' sudah tertidur. Namun Youra sepertinya masih terjaga.

Jari telunjuk Youra mengetuk-ngetuk pipi 'Yoojin'. Terkadang berganti dengan gerakan mencubit atau memainkan bulu matanya.

Yoojin lagi-lagi merasakan dejavu. Dirinya terus memperhatikan gerak-gerik gadis itu.

Ketika petir bergemuruh begitu kerasnya, Youra refleks memeluk lehernya dengan erat sambil meneriaki namanya.

Tentu membuat 'Yoojin' jadi terbangun. Kedua tangannya memeluk pinggang Youra dengan sesekali mengelus punggungnya, bermaksud menenangkan.

Hujan deras kemudian mengguyur daerah Gangnam ini. Masih dengan diselingi petir yang terkadang bersuara memekakkan telinga.

Yoojin ingat, setelahnya Youra terus memeluknya sepanjang malam.

Youra berulang kali merengek takut, atau terkadang mengeluhkan berbagai macam hal, membuat dirinya jadi ikut terjaga.

Dan ajaibnya, dirinya ikhlas melakukan berbagai hal itu. Padahal, Yoojin adalah pribadi yang tidak suka repot untuk urusan tak penting.

Bibir Yoojin tersenyum simpul. Dirinya sadar. Bahwa semua ini menandakan, jika sosok Youra adalah hal penting baginya dan hidupnya.

Matanya dia pejamkan erat. Rasa sesak bercampur pedih kembali membuat hatinya mendidih. Dan Yoojin kembali bersedih.

Dia merasa tidak ingin kembali ke kesadarannya. Yoojin ingin terus di sini. Menetap dalam mimpi yang beradu dengan ilusi.

"Youra sayang Yoojin.."

Tubuhnya spontan membeku. Terkejut karena dirinya merasa berada dalam sebuah dekapan hangat.

Terutama dengan suara yang baru saja didengarnya, terasa amat nyata.

Yoojin membuka mata dan menatap sosok yang tengah memeluknya.

Youra mendongakkan kepalanya balik menatap Yoojin. Kedua tangan Yoojin terangkat menangkup kedua pipi halus Youra.

Youra dapat disentuhnya. Lidahnya kelu enggan bersuara.

Perasaan yang Yoojin rasakan campur aduk. Dirinya bahagia dapat bertemu, mendengar, bahkan menyentuh sosok yang amat di rindunya.

Namun Yoojin juga sedih karena sadar ini hanyalah mimpi. Yang akan berakhir bila dirinya terbangun.

"Jangan bangunkan aku. Cegat aku dalam kembali ke kesadaran. Tidak boleh.. jangan pergi.. kau tidak boleh pergi.. tidak lagi, ku mohon.."

Keduanya sama-sama menitihkan air mata. Youra menggeleng pelan. "Tidak bisa lagi, Yoojin. 'Tidak boleh dan jangan' itu sudah tidak akan bisa berlaku lagi.."

Yoojin memeluk tubuh Youra yang bergetar dengan erat. Seolah jika terlepas, maka tidak akan ada kedua kalinya.

Bersama ruang kamar yang berlampu redup, dengan keadaan di luar hujan deras, aura suram jadi tergambar amat jelas.

Pelukan Youra kian mengendur. Tapi Yoojin tidak sedikitpun melepaskan dekapannya.

Tubuh Yoojin jatuh terduduk, dengan tubuh Youra yang terbaring kaku dipangkunya.

Latar pun berganti pada gedung yang sekali dilihat langsung dikenalinya.

Ini, sama ketika di hari itu. Di hari Yoojin kehilangan Youra.

Yoojin yang ingin berdiri namun tak mampu, hanya bisa terus memeluk tubuh Youra.

Hingga, latar kembali berganti menampilkan hamparan makam.

Di hadapannya ada makam Youra. Yoojin menatap tubuh Youra yang masih di peluknya.

Yoojin kembali menangis ketika secara perlahan tubuh Youra meluruh jadi butiran halus.

Butiran itu melayang di udara bagai debu. Tangan Yoojin yang bergetar, menggantung di udara kosong.

"Kembalikan! Kembalikan padaku! Untuk satu itu saja! Ku mohon kembalikan!—Kembalikan!"

Tubuh Yoojin terduduk di atas kasur dengan nafas menderu tak beraturan. Pipinya basah karena air mata.

Tangan kanannya tergerak mencengkeram dada yang terasa amat sesak. "Kembalikan.. kembalikan padaku.."

꒰⑅INFINITY༚꒱˖ [Yoojin] - END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang