Gerald sengaja pulang tengah malam untuk menghindari Grizelle. Benar saja setibanya di apartement gadis itu sudah tertidur pulas. Gerald bernafas lega melihatnya. Lalu ia melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mengecek kondisi wajahnya.
Kini ia dapat melihat dengan jelas wajahnya yang sudah dipenuhi luka lebam. Pipi sebelah kanannya terdapat luka lalu ia menutupnya dengan hansaplast. Ia berharap kejadian hari ini tidak diketahui oleh orang tuanya.
Gerald menatap dengan intens pantulan wajahnya. Setelah puas mengamati paras tampannya lantas Gerald mencuci wajahnya dan kembali ke ranjang. Sebelum terjun ke alam mimpi ia memperhatikan Grizelle sekilas yang sudah tertidur nyenyak.
Beberapa jam kemudian malam telah berganti pagi. Grizelle bergerak mengubah posisi tidurnya. Saat ia membuka mata dilihatnya Gerald yang masih tertidur dengan luka lebam menghiasi paras tampannya.
"Astaga Gerald." gumam Grizelle panik
Saat Grizelle turun dari ranjang ia tiba-tiba teringat dengan pengakuan soal perasaannya pada lelaki itu. Lantas ia mengurungkan niatnya untuk membantu mengobati luka Gerald. Untungnya sekarang memasuki weekend jadi Gerald bisa beristirahat full seharian.
"Obatin nggak yaa, obatin nggak yaa, obatin nggak yaaa." Grizelle menopang dagu sambil duduk di ruang makan.
"Gue tuh sebenernya kasian tapi kok dia jahat banget ya nggak mau bales perasaan gue."
"Eitss tapi gue nggak boleh egois biar gimana pun Gerald itu selama ini selalu baik sama gue."
Akhirnya Grizelle memutuskan untuk membantu mengobati luka Gerald. Gadis itu bergerak membuka nakas mengambil kotak P3K. Perlahan Gerald membuka mata. Mengalihkan pandangan menatap Grizelle dengan tatapan sayu. Grizelle yang melihatnya lantas duduk di tepi ranjang.
"Habis gelut sama siapa lo?" tanya Grizelle sedikit acuh.
"Bukan siapa-siapa." sahut Gerald dengan suara serak.
Grizelle memperhatikan paras lelaki itu dengan intens. Lalu tangannya terulur untuk menyentuh luka yang ada pada sudut bibir.
"Ssshhhh." ringis Gerald
Grizelle meraba pipi lelaki itu. Yang ia rasakan sekarang adalah kehangatan. Berbeda dengan suhu tubuhnya sendiri yang terasa lebih dingin. Lalu Grizelle membuka laci untuk mengambil thermometer. Setelah dicek ternyata suhu tubuh Gerald mencapai 39 derajat celcius.
"Astaga Ger lo demam." ucap Grizelle panik
"Mungkin gue butuh istirahat."
"Gue anterin periksa ke dokter ya. Gue takut kalo nanti suhu lo makin naik lagi."
"Nggak perlu. Lagian gue juga mau balik ke rumah sakit kok."
"Bisa nggak sih lo itu nggak egois sama kesehatan lo sendiri. Sekarang ini lo lagi sakit, stop menomorsatukan orang lain daripada diri lo sendiri." omel Grizelle
"Orang lain yang lo maksud itu sangat berarti buat gue. Lo mana ngerti seberapa sulitnya gue untuk mengungkap kasus kematian orang tua gue!"
"Terserah lo aja deh kalo mau pergi, yaudah pergi." sentak Grizelle
Gerald beranjak dari ranjang lalu melangkahkan kaki keluar kamar. Sewaktu ia membuka pintu apartement ia mendapati kehadiran papanya.
Plak!!! Baron tak segan-segan melayangkan tamparan keras di pipi putranya itu. Semalam ia habis mendapat laporan kalau Gerald datang ke rumah sakit untuk menjenguk bi Iyem. Sontak hal itu membuat amarah Baron meluap. Putranya itu sangat keras kepala tiap dibilangin.
KAMU SEDANG MEMBACA
G.2 [ Geraldo & Grizelle ]
Ficção AdolescenteSaya berontak hanya ingin menuntaskan sesuatu hal yang belum terselesaikan - Geraldo Devantara Berawal dari Geraldo yang ingin menjalankan sebuah misi. Dan ternyata di tengah prosesnya, ada banyak kejutan tak terduga yang ia dapatkan. Termasuk hadir...