Care

21 2 0
                                    

Gerald tak langsung pulang ke apartement, melainkan ia mampir terlebih dahulu ke panti asuhan tempat ia diasuh dulu. Lelaki itu mendatangi ibu penjaga panti yang menggantikan bibi untuk mengorek beberapa informasi. Duduk di ruang tamu seraya ingin bertanya-tanya sedikit.

"Bu, kalo boleh tau tempat bi Iyem dirawat itu tepatnya di rumah sakit mana ya?"

"Sebening kasih den." 

"Emang udah berapa lama bu, bi Iyem dirawat disana?"

"Kurang lebih dua mingguan den. Bi Iyem itu terlalu egois sama kesehatannya sendiri. Beliau lebih mementingkan orang lain daripada dirinya. Makanya dia sampe jatuh sakit kayak gitu."

"Yaudah makasih ya bu atas informasinya. Kalo gitu Gerald mau pamit pulang dulu." ucap Gerald. "Oh iya jangan bilang papa ya bu kalo Gerald habis dari sini." 

Ibu penjaga panti tersebut mengangguk singkat. Diam-diam dari kejauhan ada seseorang yang tengah mengintainya. Gerald sepertinya belum menyadari kehadiran seseorang itu.

Dilain tempat Grizelle sedang menyaksikan film horor sendirian. Sudah berulang kali ia melirik pintu apartement berharap melihat kedatangan Gerald. Namun, faktanya lelaki itu tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya. 

Mamanya juga lebih parah lagi. Sepertinya wanita paruh baya itu melupakan janjinya yang akan mengabari Grizelle lebih dulu jika ia telah sampai di tempat tujuan. Dan Grizelle pun lebih mengedepankan egonya untuk tidak menanyakan kabar mamanya.

Merasa penantiannya sia-sia menunggu kepulangan Gerald, lantas Grizelle pun memilih untuk pergi ke kamar. Setengah jam kemudian Grizelle merasakan kehadiran seseorang. Lantas ia turun dari ranjang dan hendak pergi keluar. Sewaktu ia tiba di ambang pintu kamar ia mendapati Baron yang tengah menampar pipi Gerald begitu keras.

"UDAH BERAPA KALI PAPA PERINGATKAN SAMA KAMU UNTUK TIDAK DATANG KE PANTI ASUHAN ITU LAGI. HAH?!!!"

Gerald menyeka darah yang ada di sudut bibirnya. "Jadi papa nyuruh orang buat ngintai pergerakan Gerald, gitu?"

"Kalo iya mang kenapa?! Papa nggak suka ya liat kamu ingkar janji kayak gini!"

"EMANG SALAH KALO GERALD MAU CARI TAU PENYEBAB KEMATIAN ORANG TUA KANDUNG GERALD SENDIRI?!!"

"IYA SALAH!'

Gerald menyunggingkan senyum. Lalu ia membuka suara lagi. "Apa jangan-jangan ini ada sangkut pautnya sama papa lagi." 

"MAKSUD KAMU APA?! KAMU NUDUH PAPA KALO PAPA YANG UDAH NGEBUNUH ORANG TUA KAMU?!!" 

"Kalo bukan papa terus kenapa papa marah-marah nggak jelas kayak gini?!"

"Itu karena kamu udah berani kurang ajar sama papa." geram Baron

"Emang papa nggak malu dateng kesini cuma buat ngelabrak Gerald. Ntar kalo Grizelle denger pembicaraan kita terus ngadu sama orang tuanya gimana, coba? Nantinya yang malu bukan Gerald tapi papa sendiri."

"Papa nggak peduli. Yang terpenting sekarang papa mau ngasih peringatan sama kamu lagi untuk tidak pernah menginjakkan kaki di panti asuhan itu." 

Setelah mengatakan itu Baron mengedarkan pandangan. Untung saja Grizelle dengan cepat mencari tempat untuk bersembunyi. Setelah puas meluapkan amarahnya, Baron memutuskan untuk kembali ke rumah. Gerald menatap kepergian ayahnya dengan tatapan penuh kecurigaan.

Setelah dirasa aman Grizelle keluar dari tempat persembunyiannya. Gerald berbalik dan terkejut mendapati Grizelle yang tengah menatap ke arahnya sambil menyilangkan tangan di depan dada.

"Lo habis nguping ya?" tanya Gerald 

Grizelle tak menjawab. Ia masih merasa kesal mengingat kedekatan Gerald dengan seorang gadis di kampusnya. Gerald sendiri tidak merasa bersalah sama sekali. Justru ia malah melangkahkan kaki memasuki kamar. Berbaring di ranjang tanpa ada niatan untuk mengobati lukanya.

G.2 [ Geraldo & Grizelle ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang