Dua Racun

6 2 0
                                    

Setelah menemukan sebuah fakta jika Arkan itu ternyata adalah anak dari pria yang dibunuhnya dulu, Bagas sangat menyesal karena selama ini telah mempercayai orang yang salah. Bagaimana jika lelaki itu akan mengungkap semua kesalahannya?!

"Gimana pun caranya aku harus keluar darisini." gumam Bagas.

Pria paruh baya itu mencoba untuk menghubungi anak buahnya diam-diam. Jangan sampai Iris tau soal dia yang ingin kabur dari rumah sakit. Ia merasa sangat kesal saat tidak ada satu pun dari mereka yang menjawab panggilannya.

Iris yang baru selesai mengantarkan ayah mertuanya ke depan sudah kembali memasuki ruang inap suaminya. Dilihatnya suaminya itu yang sedang grusak-grusuk lalu merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Lama banget sih sayang." ucap Bagas sedikit merengek.

Iris tersenyum simpul. "Maaf mas. Tadi aku mampir bentar ke kantin buat beli roti."

"Iya gapapa. Papa tadi langsung pulang atau gimana? Ada sesuatu yang disampein sama kamu nggak?"

"Oh itu papa tadi ngajakin ngobrol bentar. Dia cuma nanyain soal kabar Ruben."

Bagas manggut-manggut mendengarnya. Ia menatap intens manik mata istrinya yang saat ini sedang berdiri di samping brankar. Wanita itu melirik jam yang bertengger manis di pergelangan tangan.

"Udah malem mas, waktunya istirahat."

"Ma, aku rasa kita harus pulang sekarang deh." ucap Bagas secara tiba-tiba.

"Kondisi kamu kan belum sembuh total. Tunggu sampe besok pagi dulu ya,"

"Yaudah deh kalo gitu." kata Bagas mengalah.

Pria paruh baya itu beralih posisi tidur membelakangi Iris. Sesekali ia memejamkan mata berharap fakta yang ditemukannya terkait dengan Arkan tidaklah benar. 

Hari ini Gerald mendatangi kediaman Mahesa bersama dengan Arkan untuk menemui seseorang. Hubungan keduanya lumayan membaik setelah mengetahui tujuan yang mereka capai ternyata sama.

"Ayo turun." ajak Gerald menggerakkan dagu

Kedatangan Gerald hari ini disambut para bodyguard  Mahesa yang tengah berjaga di halaman rumah. Ini kali pertama bagi Arkan menginjakkan kaki di rumah seorang pengusaha nomor 1 di Indonesia.

"Sebentar Gerald. Bukankah ini orang yang waktu itu nyamar jadi dokter buat celakain bi Iyem, ya?" tanya Haris

"Iya om, tapi tenang karena sekarang dia berada dipihak kita."

"Maksud kamu? Dia sudah tidak lagi menjadi tangan kanannya pak Bagas?"

Gerald mengangguk singkat. Setelahnya ia melanjutkan langkah memasuki rumah Mahesa diikuti oleh Arkan dan yang lain. Tujuan kedatangan Gerald kali ini adalah untuk bertemu dengan Pak Aris. Semenjak penculikan beberapa waktu lalu, Gerald memilih untuk mengamankan pria itu di rumah Mahesa.

"ABAANG GANTEEENG." seru Hana berlari ke arah Gerald.

"Jangan lari-lari Hana nanti jatuh." tegur Gerald

Gadic kecil itu memamerkan cengiran polosnya. Mata belo nya beralih menatap seorang lelaki asing yang berdiri di samping Gerald.

Gerald menoleh dan membuka suara. "Kenalin diri lo." 

"Hei, panggil bang Arkan aja ya." ucap Arman terdengar sangat kaku

"Abang ganteng Hana pergi dulu ya dadahh." pamit Hana melirik takut ke arah Arkan

Gerald menepuk pelan bahu Arkan. "Anak kecil aja tau kalo muka lo itu nyeremin, makanya mereka takut."

"Sialan!" umpat Arman dengan galak

G.2 [ Geraldo & Grizelle ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang