Opening

415 8 2
                                    

Tentang Sabar, Syukur dan Ikhlas

Sabar, Syukur dan Ikhlas

Sabar, syukur dan ikhlas, tiga hal yang penting harus dimiliki oleh seseorang sebagai bekal untuk menguatkannya dalam perjalanan menyusuri belukar peta kehidupan yang selalu menjadi misteri di mana titik berhentinya.

Menjalani peran utama pada episode film kehidupan kita sendiri yang tak selalu mudah dan bahkan seringnya tak terduga. Penuh tantangan dan ujian ketika menjalaninya.

Sabar, syukur dan ikhlas, kira-kira mana yang harus kita miliki terlebih dahulu?

Aku memilih untuk membahas ikhlas terlebih dahulu, karena ketika kita kehilangan sesuatu atau menghadapi takdir ujian yang tidak terduga ... secara spontan perasaan kita akan merespon dan bereaksi. Rasa terkejut, marah, kecewa, sedih bahkan sampai hilang semangat dan putus asa.

Ibarat sebuah penyakit, respon-respon negatif itu perlu diobati sebelum menjadi semakin parah dan menjalar mengenai sisi lain yang bisa semakin memperburuk kondisi. Obat itu bernama ikhlas.

Ya, ikhlas untuk menerima bahwa segala takdir yang terjadi sudah ditulis dalam Lauh Mahfudz, sudah ditulis jauh sebelum kita dilahirkan ke dunia yang fana ini. Menerima dan yakin bahwa setiap takdir yang terjadi adalah yang terbaik untuk kita meskipun kita tidak menyukainya.

Bukankah Allah sudah berfirman bahwa boleh jadi kita menyukai sesuatu padahal itu belum tentu baik bagi kita dan boleh jadi kita membenci sesuatu yang padahal bisa jadi itu adalah yang terbaik untuk kita. Allah paling tahu apa-apa yang terbaik untuk kita dan kita hanyalah hamba-Nya yang sangat terbatas pengetahuannya.

Lalu yang harus dimiliki setelah ikhlas adalah sabar.

Mengapa sabar menjadi urutan kedua? Kenapa tidak syukur saja yang menempati urutan selanjutnya setelah ikhlas?

Jawabannya sederhana, karena untuk ikhlas tentu butuh sabar sebagai pengiringnya. Ikhlas itu tidak selalu mudah walau memilikinya akan menghadirkan ketenangan jiwa. Ikhlas butuh kesabaran supaya bisa menjaganya agar tetap utuh sampai akhir ditutupnya catatan amalan manusia.

Berapa banyak yang ikhlas diawal namun seiring berjalannya waktu, luntur keikhlasannya karena kurangnya sabar.

Terpancing sesuatu yang membuatnya gagal mempertahankan keikhlasan yang selama ini dijaga dengan baik.

Saat sudah mulai ikhlas, tumbuhlah sikap sabar. Sikap menerima dan tabah dalam menjalani hari-hari setelah kehilangan atau sikap sabar untuk menahan diri dari banyaknya keinginan dari sesuatu yang tidak dimiliki.

Sabar bukan berarti tidak bergerak, sabar hanyalah sikap tenang dan tidak marah menghadapi takdir yang  baginya tidak menyenangkan. Selebihnya adalah bangkit dan menapaki hidup dengan bersemangat melakukan kebaikan untuk menjadikan dirinya lebih baik.

Yang terakhir adalah sikap syukur. Jika sudah bisa meraih ikhlas dan sabar, otomatis akan menjadikan pribadi yang bersyukur. Pribadi yang bersyukur bukan hanya membuat nyaman pada dirinya sendiri. Pribadi yang bersyukur adalah pribadi yang menyenangkan bagi orang lain. Air mukanya begitu teduh dan memancarkan kebahagiaan, sampai orang tidak tahu bahwa di balik senyuman itu dia menghadapi ujian-ujian kehidupan.

Sabar syukur dan ikhlas saling berkaitan bagaikan suatu rangkaian mata rantai yang saling berkaitan kadang tak terputus.
Jika salah satunya hilang maka bagaikan tangan yang kehilangan salah satu jarinya tidak bisa maksimal dan tidak bisa melakukan aktivitas dengan utuh. Ikhlas adalah gerbang dari sabar dan syukur yang tulus.

Aku menuliskan ini, bukan karena aku adalah orang yang sudah mahir perkara ikhlas, sabar ataupun soal bersyukur. Namun tulisan ini juga merupakan pengingat untuk diriku sendiri agar selalu bisa menjaga ketiga hal itu dengan baik dalam kotak bekalku menjelajahi lorong waktu dari masa ke masa dalam kehidupanku.

Juga karena sebagai seorang muslim yang mempunyai tugas untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Semoga Allah mudahkan kita untuk amanah dan istiqomah dalam menjalankan kewajiban yang Allah berikan pada kita sebagai muslim. Serta semoga Allah mudahkan kita untuk meninggalkan perkara-perkara sia-sia terlebih perkara yang Allah haramkan untuk kita lakukan, aamiin ya Rabb.

Teladan terbaik tentu saja Rasulullah dan kemudian generasi setelahnya. Rasulullah adalah manusia pilihan yang diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Menyampaikan islam yang rahmatan lil alamin.

Segala tindak tanduk Rasulullah tentu saja tidak begitu saja terjadi, selalu ada hikmah, pelajaran dan teladan dalam setiap perilakunya. Oleh karena itu, menjalani kehidupan dengan mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah adalah jalan yang paling tepat untuk kita sebagai muslim, terlebih yang tengah mencari jalan kebahagiaan sejati.

Shalawat serta salam, semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. Serta para ulama yang meneruskan dakwah Rasulullah, semoga selalu diberkahi dan dalam lindungan Allah, aamiin.

Untuk siapapun yang tengah membaca tulisan ini, semoga bisa menghadirkan manfaat, inspirasi dan semangat baru. Semoga yang disemogakan bisa segera Allah ridhoi untuk bisa terwujud nyata dan menjadikannya sebagai kendaraan semangat untuk semakin taat dan dalam naungan hidup yang penuh keberkahan. Doa terbaik dariku untuk kalian.

Menutup paragraf ini, aku memohon maaf jika tulisan ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata baik terlebih sempurna. Namun semoga tidak menyurutkan niat untuk terus menjaga keikhlasan, kesabaran dan rasa syukur agar betah berlama-lama menjadi teman setia yang menemani untuk menapaki jalan juang kehidupan dengan penuh suka cita.

Selamat menikmati untuk menyelam dalam aksara tentang Ikhlas, sabar dan syukur yang penuh hikmah.

Sabar Syukur IkhlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang