Seberapa pentingnya ikhlas dalam kehidupan diri kita? Tentu kita tahu jawabannya, sangat penting! Dengan ikhlas, kita bisa lebih tenang menjalani cuaca hari dalam hidup kita.
Tanpa ikhlas, yang ada hanyalah kekusutan hati. Tanpa ikhlas, hari-hari akan dipenuhi dengan keluhan yang tak ada habis-habisnya. Bahkan jika kita tidak peduli dengan pentingnya menghadirkan ikhlas, niscaya mengeluh akan menjadi kebiasaan sehari-hari.
Seperti sebuah nasi, jika dibiasakan, mengeluh bisa menjadi makanan pokok yang jika tanpanya seperti belum lengkap ketika makan.
Salahkah mengeluh? Tidak sepenuhnya salah. Menjadi salah jika terus menerus ‘dirawat’ dan ‘dipupuk’ sehingga menjadi tumbuh subur. Mengeluh itu baik dan bahkan berpahala, jika mengeluhnya pada Allah di dalam dhuha, istikhoroh, atau sholat tahajud. Mengeluh itu baik jika yang kita keluhkan adalah tentang bagaimana caranya agar diri kita menjadi lebih baik dan lebih taat dari sebelumnya.Mengeluh perkara dunia dan ambisi mendapat kesenangan dunia hanya akan menggerus rasa syukur dalam diri. Kesulitan di dunia yang datang menghampiri memang berat untuk dijalani, Allah ingin tahu seberapa kokohnya tauhid keimanan kita dengan ujian-ujian yang diberikan-Nya. Apakah akan semakin taat pada Allah ataukah malah terus mengeluh dan mencaci maki takdir dengan menjadikan mengeluh sebagai kebiasaan dan makanan sehari-hari, naudzubillah min dzalik.
Karenanya, penting bagi kita menghadirkan dan merawat ikhlas dalam diri kita. Yakin bahwa tidak ada satu kebaikan atau usaha yang luput dari penilaian Allah. Manusia bisa saja tidak memberikan apresiasi dan bahkan ada yang malah mencela kebaikan atau usaha yang kita ikhtiarkan, tapi jangan lupa ada Allah yang maha mengetahui segalanya. Allah tidak akan mengabaikan begitu saja ikhtiar kebaikan seorang hamba. Segala kebaikan akan dicatat sekecil apa pun.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 216)
Allah Maha Mengetahui apa yang paling baik untuk hamba-Nya. Allah bahkan tidak akan menguji seorang hamba melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dengan meyakini bahwa setiap takdir Allah, baik atau buruk pasti mengandung hikmah, kita akan lebih mudah menghadirkan keikhlasan dalam hati kita.
Ikhlas itu pahit dan berat. Tapi ikhlas itu indah ... laksana bunga-bunga warna-warni yang tumbuh menghiasi sebuah taman hati. Ketika ikhlas sudah tertancap kuat dalam hati, maka ketenangan dan kebahagiaan hidup akan lebih mudah kita rasakan.
Pujian tak lagi jadi candu ketika paham bahayanya bagi pahala amal-amal kebaikan kita. Kita akan lebih senang tersembunyi agar pahala kebaikan yang kita harapkan akan lebih mudah kita jaga. Kecuali jika menunjukkan kebaikan untuk syiar agama, tentu boleh boleh saja. Namun jangan lupakan untuk lebih memperbanyak amal kebaikan yang disembunyikan daripada yang ditunjukkan, agar bisa lebih ikhlas lagi dalam beramal.
Celaan manusia juga tak lagi menjadi racun mematikan yang membuat kita kejang-kejang hingga sulit tidur dan sesak menjalani hari. Yakinlah bahwa sebanyak apapun manusia berupaya memberi keburukan pada diri kita, namun jika Allah tidak meridhoi dan menolong kita, maka keburukan itu tidak berarti apa-apa. Kita dihisab atas perbuatan kita sendiri. Kita tidak akan dihisab atas celaan orang lain.
Jadi, luaskanlah lagi samudera keikhlasan hati kita menerima ucapan-ucapan orang lain. Perbanyak instrospeksi diri. Jika memang ucapan orang itu adalah nasehat yang baik, ambillah walau pahit. Tapi jika ucapan orang hanya celaan tanpa makna, abaikan saja jangan masukkan ke dalam hati meski memang kenyataannya tidak selalu mudah melakukannya, tapi pasti bisa jika dicoba. Pelan-pelan saja ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabar Syukur Ikhlas
Non-FictionSabar tanpa takar Syukur yang tak terukur Ikhlas tak harap balas