Syukur itu ...
Syukur itu seperti ketika menanam padi, maka akan tumbuh rumput liar di sekitarnya. Seperti halnya seorang yang bersyukur, maka akan menumbuhkan kebaikan-kebaikan yang lain dalam dirinya.
Syukur itu seperti ketika seorang anak kecil diberi satu permen dan dia riang sekali. Maka orang yang memberi akan bahagia dan dengan senang hati akan memberikan permen lebih banyak pada anak kecil itu. Begitu pula dengan sikap syukur seorang hamba, semakin bersyukur semakin akan ditambah nikmatnya oleh Allah.
Syukur itu seperti pisau yang diasah, semakin sering diasah maka akan semakin tajam. Semakin sering hamba bersyukur, maka akan semakin peka akan kebaikan-kebaikan yang datang dan menjadikan hidupnya penuh dengan keberkahan.
Syukur itu seperti detak jantung dalam tubuh manusia. Jika tidak bisa lagi berdetak, maka matilah semua organ tubuh itu. Syukur pun demikian, apalagi rasa syukur dicabut dari hati seorang hamba, maka matilah hatinya. Tidak akan mampu lagi merasakan bahagianya kehidupan karena sulitnya bersyukur.
Syukur itu seperti oksigen dalam kehidupan manusia. Wujudnya yang tak terlihat seringkali diabaikan. Padahal tanpa oksigen, manusia tidak akan mampu bernapas. Dengan adanya oksigen yang cukup, akan menjadikan bugar tubuh manusia. Begitu pula rasa syukur yang seringkali diabaikan keberadaannya. Padahal jika rasa syukur itu dihadirkan dan dipedulikan, maka kesehatan hatinya akan baik dan berpengaruh pula pada kesehatan raga manusia.
Syukur itu seperti seseorang yang menyatakan cinta. Tak berarti jika hanya sekadar diucapkan lewat lisan, tapi harus dibuktikan dengan perbuatan. Dibuktikan dengan mendatangi walinya dan menjadi imam yang baik setelahnya. Rasa syukur yang hanya lewat begitu saja dalam lisan, masih belum sempurna tanpa diyakini dalam hati dan dibuktikan dengan ketaatan seorang hamba sebagai wujud syukurnya pada sang Penciptanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabar Syukur Ikhlas
Non-FictionSabar tanpa takar Syukur yang tak terukur Ikhlas tak harap balas