Tanda Orang Penuh Syukur
Apa saja tanda orang yang mudah bersyukur? Semoga kita termasuk di dalamnya, ya :).
1. Meyakini Penuh Tentang Qadha dan Qadhar
Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash)
Qadha dan qadhar adalah ketetapan Allah, yang mana Allah memiliki kuasa penuh atasnya. Tanda orang yang bersyukur salah satunya meyakini penuh tentang takdir Allah. Dia paham betul bahwa segala sesuatu tidak akan terjadi melainkan sudah dituliskan oleh Allah.
Bahkan daun yang terjatuh sekalipun, sudah dituliskan oleh Allah. Maka sebagai hamba-Nya yang mengimani qadha dan qadharnya, harusnya punya mampu berlapang dada atas takdir yang sudah menjadi ketetapan-Nya.
2. Punya Sikap Qonaah
“Sungguh bahagia orang yang masuk islam, diberi rizqi yang cukup, dan Allah jadikan orang yang qanaah terhadap apa yang Allah berikan kepadanya.” (HR. Ahmad 6572 & Muslim 1054).
Sikap qanaah adalah sikap ridha atas apa yang dimilikinya atau sikap yang merasa cukup dengan segala yang Allah berikan. Sikap qanaah menjadikan seseorang lebih tenang menjalani hidupnya karena dia fokus mensyukuri apa-apa yang dia miliki daripada terlalu banyak memikirkan apa-apa yang tidak dia miliki.
3. Gemar Membicarakan Hal Positif
Ketika bertemu dengan seseorang dan yang dibicarakan sebagian besar adalah hal yang positif, berarti orang tersebut termasuk dalam ciri orang yang bersyukur.
Mengapa gemar membicarakan hal positif termasuk tanda orang yang bersyukur? Karena orang yang suka membicarakan hal positif tandanya dia selalu berusaha memandang sesuatu dari sudut pandang yang baik dan optimis.
Berbeda dengan orang yang suka sekali berkata-kata yang negatif, seperti mengeluh, ghibah, mengumpat dan sejenisnya. Dapat ditebak dia kurang bersyukur atas nikmat Allah. Mengapa ghibah termasuk? Karena orang yang melakukan ghibah biasanya ada dua kemungkinan antara hasad atau sombong.
Hasad yaitu sikap dengki terhadap nikmat yang dimiliki seseorang, sehingga menjadikan dia mencari celah-celah kekurangan atau kesalahannya. Sementara sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain, sehingga memandang dirinya lebih baik dari orang lain yang menjadikannya bersemangat membicarakan aib-aib orang.
4. Mudah Tersenyum
“Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah.” (H.R. Tirmidzi)
Seseorang yang pandai bersyukur akan tampak pada aura wajahnya yang bahagia dan ceria. Meskipun hari-hari yang dijalani seseorang itu tidak selalu bahagia, tapi karena sikap syukurnya, dia berusaha menampakkan senyumnya di hadapan orang.
Ketika seseorang tersenyum, maka dia bisa dikatakan bersedekah karena dia menjadi salah satu penyumbang energi positif pada orang lain. Senyuman yang tulus dan sopan merupakan sikap menyenangkan.
5. Lebih Suka Mengalah
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 553)
Ketika sudah yakin bahwa rejeki setiap hamba sudah dijamin oleh Allah, maka seseorang tak akan dihantui rasa risau dalam dirinya dan dia akan lebih banyak mengalah karena paham bahwa Allah tidak pernah menyia-nyiakan kebaikan seorang hamba sekalipun hanya sekecil biji dzahrah.
Orang yang lebih suka mengalah karena dirinya tidak terlalu berambisi terhadap sesuatu yang belum pasti ditakdirkan untuknya. Dia tahu bahwa Allah lebih tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
Orang yang lebih suka mengalah bukan berarti lemah. Dia hanya berikhtiar semampu yang dia lakukan dan memasrahkan hasilnya pada Allah. Ketika menghadapi sebuah konflik perebutan, dia lebih suka mengalah jika memang itu tidak berkaitan dengan kedzaliman terhadap haknya. Jikalaupun memang terjadi kedzaliman, dia tidak terlalu merisaukan karena tahu bahwa Allah adalah hakim yang paling adil.
6. Tawadhu
Sikap tawadhu adalah sikap rendah hati. Selalu memandang dirinya tidak lebih baik dari orang lain. Ketika melihat orang yang lebih muda, dia berpikiran bahwa masa depan orang itu masih panjang, masih banyak kesempatan beramal ibadah daripada dirinya.
Begitu pun ketika melihat seseorang lebih tua dari dirinya. Dia memandang orang itu lebih banyak melakukan amal ibadah karena usianya yang telah banyak.
Ketika melihat orang yang bermaksiat, dia doakan hidayah dan dia berpikir bisa jadi ketika dia bertaubat, bisa lebih khusyu dari dirinya.
Ketika melihat orang ahli ibadah yang lebih banyak beramal dari dirinya, dia mendoakan keberkahan dan termotivasi, bukan malah merasa tersaingi atau hasad.
Berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat) adalah berlomba dengan saling menggandeng dan menyemangati dalam kebaikan. Bukan saling bersaing untuk terlihat paling baik di hadapan manusia.
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588)
“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865).
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabar Syukur Ikhlas
Literatura faktuSabar tanpa takar Syukur yang tak terukur Ikhlas tak harap balas