2. Mau mengakui kesalahanTidak semua orang bisa dengan beraninya mengakui kesalahan diri. Mengakui kesalahan dari sikap kita yang keliru membutuhkan mental dan kesiapan yang bisa jadi tidak main-main tergantung dari besar kecilnya permasalahan.
Resiko dibenci, dicaci, ditinggalkan maupun dicap tidak baik adalah bentuk-bentuk tantangan yang akan dihadapi terhadap orang yang mau mengakui kesalahannya. Juga belum tentu saat kita meminta maaf atas kekhilafan yang terjadi, kita mendapat maaf.
Mengantongi maaf dari kesalahan yang kita perbuat tidaklah semudah yang dikira. Ada orang-orang yang sikapnya keras sehingga sulit sekali untuk memberi maaf orang yang telah berbuat salah padanya. Bahkan sekalipun dendamnya sudah terbalaskan, belum tentu maaf itu diberikan.
Meminta maaf atas sebuah kesalahan dan mengakuinya hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang pemberani. Dia berani mengambil resiko apapun ketika dia mengakui kesalahannya.
Ketika kita berani mengakui kesalahan dan meminta maaf, kita akan tahu bahwa meminta maaf kepada Allah lebih mudah daripada meminta maaf terhadap makhluk Allah. Ketika kita mengakui kesalahan di hadapan Allah dan memohon ampunan, dengan senang Allah membuka pintu maaf terhadap siapa saja yang bertaubat kepada-Nya. Lain halnya dengan manusia yang banyak pertimbangan ketika ada seseorang yang datang meminta maaf kepadanya.
Selain itu, dari tidak mudahnya mengantongi maaf dari manusia, kita belajar untuk lebih berhati-hati dalam bertindak supaya tidak menyakiti manusia atau makhluk Allah yang lain.
Mengakui kesalahan tidak lantas menjadikan kita manusia yang rendah. Justru dengan kita mengakui kesalahan, kita telah membuat sebuah anak tangga untuk naik kelas karena kita paham kesalahan kita dan berusaha memperbaiki dengan mengakuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabar Syukur Ikhlas
Non-FictionSabar tanpa takar Syukur yang tak terukur Ikhlas tak harap balas