Aku, Granger sedang berjalan di lorong sekolah. Pandanganku memang lurus ke depan, namun pikiranku berkecamuk memikirkan perkataan kepala sekolah.
Dia adalah teman ibuku....
Tapi setidaknya dia ada di posisi netral.
Hn... Kenapa mau meraih impian saja sesusah ini?
Jika saja hari itu ayah tidak-
Tidak, justru Mr. Vance yang harus-!
Ugh...
Tidak, ini tidak boleh. Tidak ada lagi tempat di dalam hatiku untuk membenci. Lebih baik fokus ke impianku dan merubah diri, itu saja.
Baiklah, kudengar di daerah tenggara kota ini ada komplek peninggalan bekas abad pertengahan. Tampaknya itu akan menjadi spot pemotretan yang bagus. Kurasa tidak ada larangan memotretnya juga sih.
Ada seseorang yang datang...
"Grep!"
"Yo, Granger!" Sapa orang itu sok akrab. Dia langsung merangkulku tanpa peringatan.
"Ah, mohon maaf siapa ya? Apakah kita saling mengenal?" Tanyaku.
"Hm? Kau tidak ingat? Yang pagi itu..." Ucapnya.
Yang waktu pagi.... Ah!
"Oh, kau yang mencium lantai dengan lembut itu ya. Yah, aku paham kok rasa kangen." Ucapku melepaskan rangkulannya.
"Lembut matamu! Ah... Sepertinya citraku sudah down duluan ya." Balasnya dengan nada lesu.
Lagian salahmu sendiri...
"Jadi, ada apa?" Tanyaku.
"Eh? Ya-" Dia hendak berucap, namun aku memotongnya. "Ah, benar juga apa pendapatmu tentang fotografi?"
"Fotografi huh? Tidak berguna dan menghabiskan waktu. Lagipula siapapun bisa melakukan itu." Jawabnya spontan.
"Oh, begitukah? Kalau begitu sampai jumpa, aku harap kita tidak bertemu lagi." Balasku hendak meninggalkannya.
Dia berseru, "Tunggu sebentar! Eh, ah! Kudengar ekskul fotografi ditutu-"
Aku memotong perkataannya. "Ya, memang benar. Tapi aku tidak mau mengajakmu yakni orang yang membencinya."
"Ah, emang benar aku tidak terlalu menyukai fotografi. Tapi kalau soal mengedit video atau nonton film-film aku suka banget lho!" Jelasnya. "Karena itu, bagaimana jika kita mengubah namanya menjadi klub seni visual. Kalau begitu aku ikut!" Tambahnya.
"Kau pikir aku mau saja menerima orang yang baru saja menghina hobiku?" Ketusku sambil mulai berjalan menjauh.
Tiba-tiba dari belakang dia berseru, "Aku mohon! Izinkan aku bergabung! Aku adalah penggemar berat sutradara Hunter dan kau pasti juga adalah kerabat dekatnya dong! Nama keluarga kalian juga sama."
"Sutradara Hunter sudah meninggal bukan? Tidak ada gunanya lagi menggemarinya." Balasku.
"Baiklah! Kalau begitu Granger Hunter! Aku menantangmu dalam fotografi, siapa yang berhasil mengambil foto paling bagus dia menang!" Serunya lagi. "Kalau aku menang, kau harus membiarkanku masuk ekskulmu!" Dia menambahkan.
"Hn, aku tidak tahu apa niatmu mau bergabung denganku. Kita tidak saling kenal dan bahkan kau menghina hobiku di obrolan pertama kita." Balasku sambil menoleh ke arahnya. "Biar kutebak, kau hanya ingin menonton film gratis?" Tambahku.
"Y-Yah, s-sebagiannya karena itu sih. Tapi sebagian lagi-"
'Aku mengerti. Tapi karena kau yang menantangku, maka aku bebas menentukan aturannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
360° Angle - Gravanna
FanfictionHai, terima kasih karena telah mengklik cerita ini! Maaf kalau slow update... Ini adalah sebuah fiksi penggemar dari permainan mobile legends yang saya buat, dimana alur ceritanya terinspirasi dari beberapa anime. Sinopsis : Jika kehidupan orang i...