Hari pertama masuk SMA, benar-benar mendebarkan. Tapi, yah tidak ada gunanya juga untuk dikhawatirkan. Rasanya pasti sama saja dengan masa awal SMP.
Sudah satu bulan sejak hari itu dan sekarang aku tinggal sendiri.
Di sebuah ruangan indekos yang fasilitasnya tersedia secara lengkap. Kamar mandi sendiri, kasur, dan sebuah mesin cuci yang digunakan secara bergantian. Bangunannya bagus dan terawat, tidak ada retak di dindingnya yang berwarna hijau.
Harga sewanya memang ada di atas rata-rata. Namun dengan uang tabunganku sekarang, aku bisa tinggal di sini sampai masa SMA selesai. Itu saja sudah cukup...
Aku tidak menyesal meninggalkan kemewahan yang kumiliki. Aku lebih memilih tinggal sendiri dan banting tulang daripada harus terkekang di sana.
Seragam sudah terpakai dengan rapi.
Tas, sudah siap.
Rambut, ah... masih agak berantakan. Akan kurapikan lagi, hm... dimana sisirnya ya?
Bagus, sudah siap.
Sekarang tinggal pakai sepatu dan aku siap menjalani hari pertamaku...
***
Hari Pertama SMA
~360° Angle~
***
Kota ini benar-benar indah, tidak seperti ibukota. Orang-orangnya ramah dan bahkan tidak segan menyapa orang baru. Tempatnya juga masih asri dan banyak taman di sekitar sini. Cocok untuk spot mengambil gambar.
Aku melihat jam tanganku, masih ada tiga puluh menit sebelum pukul delapan - waktu masuk sekolah. Dengan berjalan kaki, kurasa hanya butuh lima belas menit lagi untuk sampai.
Di depanku ada sebuah pertigaan dan aku hendak berbelok ke kanan. Namun, aku meluangkan waktu sejenak untuk menengok ke kiri.
Di sana kudapati seseorang dengan seragam yang sama sepertiku sedang berlutut. Rambutnya berwarna putih... Dia albino?
Pantas saja dia memakai seragam musim dingin.
Lalu tampak sesuatu berwarna hitam bergerak-gerak di dekatnya. Kemungkinan besar itu adalah kucing.
Selain itu aku juga tidak tahu apakah dia memakai lensa kontak atau tidak, tapi matanya berwarna ungu.
Pemandangan yang indah, jika saja aku membawa kamera.
The White Maiden and The Black Cat
"Ugh..." Sebuah suara kecil keluar dari mulut gadis itu. Kucing tadi menjauh namun dengan perlahan, mungkin dia sudah bosan.
Gadis itu berdiri, menatap ke arah kucing tadi yang menjauhinya. Ah!
Benar juga aku harus segera pergi. Yah, meskipun aku yakin aku tidak akan terlambat. Dengan segera aku berbalik dan hendak melanjutkan langkahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
360° Angle - Gravanna
أدب الهواةHai, terima kasih karena telah mengklik cerita ini! Maaf kalau slow update... Ini adalah sebuah fiksi penggemar dari permainan mobile legends yang saya buat, dimana alur ceritanya terinspirasi dari beberapa anime. Sinopsis : Jika kehidupan orang i...