Hangout

26 7 12
                                    

Hari pertama kegiatan belajar mengajar di sekolah ini, nampaknya tidak buruk juga. Yah, sekolah ini berada di urutan kedelapan dari sepuluh sekolah terbaik di Moniyan.

Baiklah, waktunya pulang.

Aku membereskan barang-barangku dan memasukannya ke dalam tas. Aku melirik sedikit ke arah Silvanna, dia tengah membaca sesuatu di buku tulisnya. Rangkuman mungkin?

Honorary Student...

Hm... Atau mungkin dia mengulur waktu sampai kelas kosong? Kemarin-kemarin dia juga begitu sih.

"Greebb!"

Tiba-tiba pundakku ditarik oleh seseorang dari belakang.

"Granger, boleh ikut kami sebentar?"

Suaranya familiar dan akrab sekali dengan yang namanya keidiotan sejati. Siapa lagi kalau bukan Alucard.

"Ada apa?" Aku bertanya.

"Ya udah kesini sebentar." Ujarnya sambil menarikku keluar dari ruangan kelas.

Di sana aku mendapati ada beberapa murid lain. Saat aku menatap mereka, mereka mengalihkan pandangannya. Ada apa nih?

"Jadi ada apa sampai membawaku ke sini?" Tanyaku kepada Alucard.

"Yah, soal itu sebenarnya kami-"

"Tunggu, aku tidak mau mendengarkannya hanya darimu. Ini aspirasi kalian bukan?" Aku memotong.

Aku menatap tajam ke arah mereka, mereka terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu. Jika kau ingin sesuatu, kau harus bertindak untuk memenuhinya sendiri. Orang-orang sini terlalu baik dan kikuk.

Tak lama salah satu dari mereka menarik napas dalam-dalam dan membusungkan dadanya. Dia berjalan maju dengan percaya diri.

Ah, orang ini yang dipilih sebagai ketua kelas.

"Maaf karena telah bertindak seperti pengecut tadi, ngomong-ngomong ini pertama kalinya aku berbicara denganmu Granger Hunter. Selain itu, apakah benar kamu berasal dari SMP Imperial?" Ucapnya.

"Ya, begitulah. Jujur aku tidak suka basa-basi jadi apa urusanmu?" Tanyaku.

"Yah, sebenarnya kami ingin minta tolong supaya menyampaikan ajakan kami ke Silvanna untuk hangout bareng. Tentu saja kamu juga diundang karena ini kebiasaan turun-temurun kami untuk memperingati hari pertama KBM." Jelasnya.

"Kenapa gak langsung aja ke orangnya?"

"Y-Yah soal itu, beberapa waktu yang lalu kami melakukan tindakan yang mengusiknya jadi kami tidak enak kalau-" Ucapnya namun kupotong.

"Aha... Ternyata bukan menjauhinya tapi bingung mendekatinya. Kalian ini benar-benar plin-plan ya? Justru Silvanna itu butuh teman. Kalau kalian mendekatinya baik-baik pasti kalian akan diterima." Potongku.

"Y-Yah, tapi- kau tahu, kami tidak pernah menghadapi orang yang mengalami hal "itu" jadi-uhh... Apapun yang terjadi tolong! Kau pacarnya bukan?" Ucapnya.

"Pacar? Kami berdua baru saling kenal selama dua minggu. Status kami berdua seharusnya masih kenalan." Aku membalas.

Apakah kepala mereka terbentur atau berbagi mimpi yang sama?

"Oh, baguslah kalau begitu." Ekspresinya, tidak. Ekspresi semua laki-laki yang menyertainya tersenyum lega, kecuali Alucard.

"Jadi apa kau akan membantu kami?"

Tiba-tiba saja dari arah pintu muncul sosok Silvanna yang tersentak kaget ketika melihat kami. Ah, aku juga gak ada agenda hari ini. Selain itu lomba tesis yang nenek tua itu suruh masih bulan depan ya kalau gak salah?

360° Angle - GravannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang