Hangout 3

25 7 7
                                    

"Hah? Kakak, barusan itu beneran?" Tanya Dyrroth.

Silvanna memalingkan wajahnya, lalu dia mengangguk mengiyakannya.

Dyrroth bisa saja meresponnya dengan tawaan, itu jika dia tidak memiliki hati sebagai seorang adik. Senakal-nakalnya seorang adik dia pasti masih peduli dengan kakaknya.

"Kakak, kakak memang udah bisa lupain kejadian itu?" Tambahnya dengan raut wajah yang agak sedih.

Silvanna terdiam, menatap kosong ke arah meja. Sementara Alucard dengan agak ragu duduk di salah satu kursi di area meja kami.

"Pesanannya sudah menuju kemari. Bagaimana jika kita nikmati itu dulu dan lupakan topik berat ini untuk sementara waktu?" Aku berucap.

Tepat setelah itu menu yang aku pesan tiba.

Ada es krim kacang merah, dengan saus serta bubuk coklat dan beberapa wafer coklat, yang satu ini untuk Dyrroth.

Lalu untuk Silvanna ada es krim vanilla-stroberi yang dikelilingi beberapa buah stroberi dan bluberi. Lalu ada beberapa wafer juga yang tertancap di es krimnya. Ada juga meses yang tertabur di atasnya.

Sementara aku sendiri hanya memesan secangkir kopi arabika. Jujur aku belum pernah mencoba kopi ini, tapi dari yang kudengar rasanya memang agak asam namun menyegarkan. Yah, berhubung aku gak terlalu suka manis sih.

"Wah... Dewasa banget huh? Kenapa gak pesan yang lain aja?" Tanya Alucard.

"Aku hanya sedang ingin memesan ini. Memangnya kenapa?" Balasku.

"Ah ya, gak kenapa-kenapa kok." Ujarnya.

"Apa yang kau pesan?" Tanyaku.

"Hm, cappucino numero uno!" Ujarnya dengan lantang, menirukan logat orang Italia.

Bertepatan dengan itu pesanan miliknya datang di antar oleh pelayan lain. Yup terdapat secangkir cappucino panas di sana. Tapi, yah-

"Kalau kamu yang mengucapkan itu terdengar seperti nomor satu dari belakang." Celetukku.

"Hm, apanya?" Tanyanya.

Jadi dia mengucapkan itu tanpa tahu artinya? Haduh, tapi wajar saja. Mungkin dia sering lihat iklan itu atau keikut tren.

"Kau tahu arti numero uno?" Tanyaku.

"Ah, enak mungkin?" Jawabnya.

"N-Nomor satu. Benar?" Ucap Silvanna.

Aku mengangguk.

"Oh, berarti... Oi ngeledek lu ya?" Ketus Alucard.

"Hm, baguslah kalau kau tahu. Ngomong-ngomong maaf telah seenaknya memesan, bagaimana rasanya?" Tanyaku kepada Silvanna dan Dyrroth.

"Enak!" Ucap Dyrroth yang daerah mulutnya penuh dengan saus coklat.

"Aku benar-benar ragu kalau dia adikmu dan kau kakaknya." Ucap Alucard setelah melihat perbedaan sikap kedua orang ini.

***

Chapter 12
~Hangout 3~

Chapter 12~Hangout 3~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
360° Angle - GravannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang